"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuduhan
Rasanya sesak sekali dadanya saat ada wanita lain mask kerumah tangganya. Meksipun Sasmita yakin jika suaminya tak melirik wanita lain. Tapi yang namanya kucing disogok ikan asin pasti di jilat juga, dan lama-lama akan di makan. Membayangkan itu saja membuat dadanya semakin sesak.
"Ya, Allah jauhkanlah aku dari prasangka buruk ini." Batinnya merasa sakit.
Melihat ketiga orang yang bercengkrama hangat membuat air mata Sasmita tak terbendung, apalagi melihat ibu mertuanya yang tampak begitu senang jika bersama Lilis, berbeda dengan saat bersama dirinya, untuk sekedar bertanya saja rasanya ogah dan merasa jijik padanya.
Sasmita kembali dengan kesibukannya yang berkutat di dapur, biarlah mereka mengobrol sesuka hati, yang penting dirinya melayani suami.
Grep
Sasmita tersentak saat sebuah tangan memeluk tubuhnya, wanita itu menoleh dan mendapati senyum diwajah suaminya.
"Aku pikir belum bangun," Katanya sambil mengecup pipi Sasmita.
"Udah tadi, ini mau masak mas minggir dulu," Katanya yang merasa tak enak. Apalagi di depan ada ibu mertuanya dan orang lain. Jika hanya ada mereka berdua saja tak masalah.
"Kenapa, begini juga bisa masak, kok." Hardi masih memeluk perut Sasmita menghirup aroma rambutnya.
"Ngak enak Mas, kalau ibu lihat." Katanya sambil mencoba melepaskan diri.
"Biar-"
Ehem
"Kalian ini gak tahu malu! padahal ada kami disini!"
Sasmita langsung melepaskan tangan suaminya yang memeluknya, sedangkan Hardi tampak tersenyum masam.
Sasmita bisa melihat wajah tak senang ibu Rita dan wajah Lilis yang masam.
"Ibu ganggu aja, lagian kami kan pasangannya halal Bu." Katanya sambil berlalu pergi, namun perbuatan Hardi membuat Sasmita membulatkan matanya sempurna.
"Masak yang enaknya," Katanya sambil berlalu pergi setelah mencium pipi istrinya didepan ibu Rita dan Lilis.
Wajah Sasmita tampak panas, ia tak berani mengangkat kepalanya.
"Dasar ngak tahu malu!" Kesal Bu Rita sambil melenggang pergi, sedangkan Lilis mengepalkan tangannya dengan sorot mata tajam.
*
*
Satu minggu dirumah membuat Sasmita tidak betah, apalagi ada ibu mertuanya yang tak kunjung pulang.
Hari ini Hardi katanya sudah mulai bekerja, Hardi mendapat pekerjaan di sebuah car wash. Lumayan untuk pemasukan sambil menunggu panggilan di perusahaan lain.
Sasmita yang akan keluar rumah mendadak langkah kakinya berhenti saat mendengar suara ibu mertuanya.
"Mau kemana kamu, suami kerja kamu malah mau keluyuran." Hardiknya dengan nada ketus.
Bu Rita menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatap menantunya dengan tatapan sinis.
"Mita mau coba cari kerja Bu," Katanya dengan nada yang masih sopan.
"Alahh bilang aja kamu mau ketemu sama selingkuhan mu yang cacat itu kan."
Deg
"Maksud ibu apa? Siapa pria cacat yang ibu-"
"Siapa lagi kalau bukan majikan mu itu! Aku tahu kalau dia suka belikan kamu makanan mahal dan kalian sering pergi berdua." Nada Bu Rita semakin tak enak didengar.
Bukan tanpa alasan Bu Rita bicara, dia memang pernah melihat Sasmita pergi kerumah sakit dengan majikannya yaitu Riko, dan saat itu Bu Rita juga sedang berada di sana bersama Lilis. Tanpa Sasmita tahu jika kedua orang itu justru mengikuti kemana Sasmita pergi dan mereka melihat Sasmita membeli kue ditoko mahal.
"Bu, ibu jangan menuduh tanpa bukti. Itu namanya fitnah Bu, selama ini Mita benar-benar kerja." Tutur Sasmita dengan jujur, dia tak habis pikir dengan tuduhan ibu mertuanya.
"Cih, kamu pikir saya percaya, atau jangan-jangan kamu selama ini dapat gaji besar juga hasil jual diri!"