Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"
Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PINTU KE MASA LALU
Elena menatap pesan di ponselnya dengan ekspresi dingin, mencoba menekan rasa takut yang mulai merayap di pikirannya. Ancaman itu jelas, tetapi juga membuka kemungkinan bahwa dia semakin dekat dengan kebenaran. Ia tahu betul bahwa menyerah bukanlah pilihan. Dengan tekad yang semakin bulat, dia memutuskan untuk pergi ke Gereja St. Mary—lokasi yang terhubung dengan simbol di Rumah Holloway.
Dia menyalakan mesin mobil dan mulai menyusuri jalan sempit yang mengarah keluar dari pusat kota. Rivermoor sepi dan lengang, hanya dihiasi lampu jalan yang berkedip-kedip, menciptakan bayangan menari di trotoar yang basah. Kabut masih tebal, membuat pandangan hanya sejauh beberapa meter ke depan.
Saat mobil melaju perlahan, Elena tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa dia sedang diawasi. Setiap kali dia melirik kaca spion, ada bayangan samar yang tampak mengikuti dari kejauhan, tetapi selalu menghilang saat dia mencoba fokus.
---
Gereja St. Mary – 03:02 AM
Gereja tua itu berdiri di atas bukit kecil, dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi yang sudah lama tidak terurus. Bangunannya menjulang suram dengan menara lonceng yang retak di bagian atas. Pintu kayu besar di bagian depan terlihat kokoh meskipun catnya sudah terkelupas dan penuh coretan vandalisme.
Elena keluar dari mobil, menggenggam senter dan pistol di tangan yang berbeda. Dia menatap gereja itu dengan penuh waspada sebelum berjalan menuju pintu utama. Ketika dia mendorong pintu itu, suara berderit panjang menggema di dalam ruang kosong yang gelap.
Udara di dalam gereja dingin dan lembap. Barisan bangku kayu berdebu tersusun rapi di kedua sisi, sementara altar di ujung ruangan tampak kosong, hanya dihiasi lilin-lilin yang sudah lama padam. Jendela-jendela kaca patri yang dulunya megah kini sebagian besar pecah, membiarkan cahaya bulan masuk dan menciptakan pola-pola bayangan aneh di lantai.
Elena menyorotkan senter ke sekeliling ruangan, memperhatikan setiap sudut dengan teliti. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tetapi suasana di sini terasa berat, seperti ada sesuatu yang bersembunyi di balik kegelapan.
Dia mendekati altar dan menemukan sebuah buku besar tergeletak di atasnya. Sampulnya dari kulit tebal dengan simbol yang sama seperti yang dia lihat di Rumah Holloway. Dengan hati-hati, dia membuka buku itu dan membaca halaman pertama:
“Perjanjian Malam Terakhir.”
---
Narasi Buku:
"Hanya mereka yang dipilih yang akan melihat kebenaran. Pengorbanan adalah kunci untuk membuka pintu ke dunia lain. Ritual ini harus dilakukan di tempat yang suci, di bawah cahaya bulan purnama. Mereka yang tidak mematuhi aturan akan menerima kutukan yang tak terhindarkan."
---
Elena membalik beberapa halaman lagi, tetapi tulisan di dalamnya semakin kabur, seolah-olah tinta sengaja dihapus. Namun, di bagian tengah buku, ada sebuah peta kecil yang menandai lokasi tertentu di sekitar Rivermoor. Salah satu titik di peta adalah kuburan tua di belakang gereja.
Elena menutup buku itu dengan cepat, menyadari bahwa waktu semakin mendesak. Dia keluar melalui pintu samping yang menuju halaman belakang gereja. Kabut di luar lebih tebal, membuat setiap langkah terasa seperti melangkah ke dalam jurang yang tidak terlihat.
---
Kuburan Tua – 03:25 AM
Kuburan itu dipenuhi batu nisan tua dengan ukiran yang hampir tidak terbaca. Beberapa batu nisan miring, dan sebagian lainnya tertutup lumut. Di tengah-tengah area kuburan, ada sebuah makam besar dengan pintu besi yang terkunci rapat. Simbol yang sama dengan yang ada di buku dan Rumah Holloway terukir di pintu itu.
Elena mencoba mendorong pintu besi, tetapi tidak bergerak. Dia menyalakan senter dan menemukan sebuah tulisan kecil di bagian bawah pintu:
"Hanya mereka yang membawa kunci kebenaran yang bisa masuk."
Dia mundur selangkah, berpikir keras. Kunci kebenaran? Apa maksudnya? Apakah itu berarti sesuatu yang dia temukan di Rumah Holloway atau di arsip polisi?
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Elena berbalik dengan cepat, mengarahkan senter dan pistol, tetapi tidak ada siapa-siapa. Hanya keheningan yang menjawab.
Namun, saat dia menoleh kembali ke makam, pintu besi itu terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan tangga yang mengarah ke bawah tanah. Bau busuk menyeruak, membuat Elena hampir muntah. Tapi dia menekan rasa jijiknya dan mulai menuruni tangga itu, pistol di tangan kanan dan senter di tangan kiri.
---
Ruang Bawah Tanah Gereja
Ruang bawah tanah itu jauh lebih besar dari yang dia duga. Dindingnya terbuat dari batu kasar, dan lantainya dipenuhi dengan simbol-simbol aneh yang diukir dengan darah kering. Di tengah ruangan, ada sebuah lingkaran ritual dengan lilin-lilin yang masih menyala meskipun tidak ada orang di sana.
Elena melangkah lebih dekat, memperhatikan setiap detail. Di tengah lingkaran, ada sebuah patung kecil yang tampak menyeramkan—seorang sosok tanpa wajah yang memegang sebuah kunci besar di tangannya.
Sebelum dia bisa mengambil patung itu, suara berbisik kembali terdengar, kali ini lebih keras dan jelas.
"Selamat datang, Elena. Sudah lama kami menunggumu."
Elena membeku. Suara itu tidak berasal dari satu arah, melainkan dari seluruh ruangan. Bayangan di dinding mulai bergerak, membentuk sosok-sosok yang mengelilinginya. Mereka tidak memiliki wajah, tetapi Elena bisa merasakan tatapan mereka yang dingin dan menghakimi.
Dia mengangkat pistolnya, tetapi tangan gemetar membuatnya sulit untuk membidik.
“Apa yang kalian inginkan?” tanyanya dengan suara gemetar.
"Kebenaran. Dan kau adalah bagian dari itu."
Seketika, patung di tengah lingkaran bersinar terang, dan kunci di tangannya mulai melayang ke arah Elena. Cahaya menyilaukan membuatnya menutup mata, dan ketika dia membukanya lagi, dia sudah berada di tempat yang berbeda—sebuah ruangan kosong dengan cermin besar di depannya.
Di cermin itu, Elena melihat dirinya sendiri. Tapi bayangannya tersenyum, sementara dia tidak.
"Kau sudah membuka pintu, Elena. Sekarang, waktumu hampir habis."