NovelToon NovelToon
Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Return 1984: Mulai Dari Sultan Perkebunan

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah sejarah / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chuis Al-katiri

Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Awal Kisah dan Rahasia Sang Ayah

Bab 4: Awal Kisah dan Rahasia Sang Ayah

Pagi yang cerah di Sekayu membawa ketenangan di rumah keluarga Brata. Di meja makan, hidangan sederhana namun menghangatkan sudah tersaji: nasi goreng dengan potongan ayam, telur mata sapi yang tampak menggoda, dan teh manis hangat yang mengepul. Amanda, si bungsu yang penuh semangat, duduk di kursi kecilnya sambil bersenandung kecil, menikmati roti selainya. Arya, kakaknya, duduk di samping Amanda, memperhatikan keluarganya dengan perasaan campur aduk.

Meski suasana tenang, pikiran Arya penuh dengan pertanyaan. Percakapan kemarin tentang ingatan masa depan kedua orang tuanya masih berputar di kepalanya. Ini adalah dunia baru yang memberikan begitu banyak peluang, tapi Arya tahu bahwa langkah yang salah bisa membawa kehancuran.

“Arya,” suara Brata tiba-tiba memecah keheningan pagi itu. Ayahnya menatapnya dengan sorot mata lembut. “Kamu sudah merasa cukup sehat untuk kembali ke sekolah?”

Pertanyaan itu membuat Arya terdiam sejenak. Dalam kehidupannya yang sebelumnya, ia selalu unggul di sekolah, tetapi lingkungan sekolah sering kali menjadi medan pertempuran sosial yang melelahkan. Namun kini, dengan pengetahuan dari masa depan, ia tahu dirinya memiliki keunggulan besar.

“Sepertinya aku sudah cukup sehat, Ayah,” jawab Arya akhirnya, dengan nada penuh keyakinan meski sedikit ragu di hatinya. “Aku rasa aku bisa mulai kembali Senin nanti.”

Amanda langsung bersorak kecil, senang mendengar keputusan kakaknya. “Kak Arya nanti antar adek ke TK ya!” katanya dengan ceria, sambil mengayunkan kakinya.

Arya tertawa kecil dan mengacak rambut Amanda. “Iya, tentu saja. Adek kesayangan Kakak harus diantar dengan baik,” katanya dengan nada menggoda.

Brata menyeringai kecil sambil menyeruput tehnya. “Bagus, Arya. Kesehatan itu yang utama. Jangan memaksakan diri, ya.”

***

Sambil menikmati sarapannya, Arya merasa bahwa inilah waktu yang tepat untuk bertanya sesuatu yang selama ini ia pendam. Setelah meneguk teh hangatnya, ia mengalihkan pandangannya ke Brata.

“Ayah, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Arya membuka percakapan dengan hati-hati.

“Tentu saja,” jawab Brata sambil meletakkan cangkir tehnya. “Apa yang ingin kamu tahu?”

Arya memiringkan kepala, menatap ayahnya penuh rasa ingin tahu. “Bagaimana ingatan masa depan Ayah kembali? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Brata tersenyum kecil, seolah-olah sedang mengenang sesuatu yang sangat berarti. “Itu terjadi di tahun 1967,” katanya perlahan, suaranya terdengar seperti sedang bercerita tentang legenda yang sudah lama terlupakan. “Saat itu Ayah masih remaja, baru berusia 19 tahun. Ingatan itu datang perlahan-lahan, seperti potongan mimpi yang aneh dan tidak masuk akal. Awalnya Ayah tidak percaya, tapi semakin banyak hal yang sesuai dengan ingatan itu, Ayah mulai memahami bahwa ini adalah panduan untuk hidup Ayah.”

“Panduan?” Arya bertanya dengan antusias. “Jadi Ayah tahu apa yang akan terjadi?”

Brata mengangguk. “Ya, hingga tahun 1992. Itu adalah batas ingatan Ayah. Tapi ingatan itu bukan hanya tentang masa depan, Arya. Ingatan itu juga membawa beban besar. Ayah tahu bahwa hidup ini tidak akan mudah, tapi Ayah juga sadar bahwa peluang besar menunggu.”

Arya terdiam sejenak, merenungkan kata-kata ayahnya. “Lalu bagaimana Ayah memulai semuanya?” tanyanya akhirnya.

Brata tersenyum kecil, tampaknya senang melihat rasa penasaran di wajah putranya. “Baiklah, Ayah akan ceritakan.”

***

“Ketika ingatan itu datang, Ayah masih tinggal di Kutoarjo. Saat itu, keluarga kita sangat miskin, Arya. Mbah Kakung hampir tidak mampu menyekolahkan Ayah, apalagi Ayah adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Karena itu, Ayah baru mulai sekolah dasar di usia sembilan tahun.”

Arya mengangguk, mencoba membayangkan kondisi sulit yang dihadapi keluarganya saat itu. “Jadi Ayah lulus SMA di usia 20 tahun?” tanyanya dengan penasaran.

“Betul sekali,” jawab Brata. “Waktu itu, setelah lulus SMA, Ayah tahu bahwa Ayah harus membuat perubahan besar. Dengan ingatan masa depan, Ayah memutuskan untuk mempersiapkan diri mengikuti tes masuk Akpol.”

Namun, nada Brata berubah sedikit muram. “Sayangnya, persiapan satu tahun itu tidak cukup. Ayah gagal dalam tes Akpol. Berdasarkan ingatan Ayah, satu-satunya cara untuk menjadi polisi adalah melalui tes di Lampung. Jadi Ayah memutuskan untuk merantau ke sana, tinggal bersama paman Ayah.”

Arya mendengarkan dengan saksama, mencoba memahami betapa sulitnya perjalanan ayahnya. “Apa yang Ayah lakukan di sana?” tanyanya lagi.

“Di Lampung, Mbah Kakung memberikan Ayah uang Rp 200.000 sebagai bekal,” Brata melanjutkan. “Uang itu Ayah gunakan untuk membeli tanah murah di dekat pelabuhan Bakauheni. Harganya hanya Rp 1.000 per hektar. Dalam satu tahun, Ayah berhasil membeli 80 hektar tanah, sebagian besar dari hasil panen sayur dan umbi-umbian yang Ayah tanam di tanah itu.”

Arya tersenyum lebar. “Ayah memanfaatkan ingatan masa depan dengan sangat baik.”

Brata tersenyum kecil. “Betul. Ayah tahu bahwa pada tahun 1970, pelabuhan Bakauheni akan diperluas dan pemerintah akan membutuhkan lahan tambahan. Ayah berusaha membeli sebanyak mungkin tanah di sekitar sana.”

***

Brata melanjutkan ceritanya dengan nada yang lebih bersemangat. “Pada tahun 1970, tanah itu dibeli oleh pemerintah untuk memperluas pelabuhan. Harga yang mereka tawarkan adalah Rp 5 juta per hektar. Dengan 200 hektar tanah, Ayah mendapatkan Rp 1 miliar.”

Arya menatap ayahnya dengan kagum. “Uang sebanyak itu pada waktu itu... luar biasa sekali!”

Brata tertawa kecil. “Itu adalah jumlah yang besar, Arya. Tapi itu baru permulaan. Uang itu Ayah gunakan untuk membeli tanah di Tanjung Enim, yang Ayah tahu memiliki cadangan batubara besar.”

***

“Setelah Ayah selesai dari SPN Betung dan ditempatkan di Tanjung Enim, Ayah langsung memanfaatkan uang dari penjualan tanah di Lampung,” lanjut Brata. “Ayah membeli 20.000 hektar tanah di hutan dengan harga Rp 5.000 per hektar. Tanah itu memiliki cadangan batubara yang belum dieksplorasi.”

Arya mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia mulai memahami bagaimana ayahnya memanfaatkan setiap peluang yang datang. “Bagaimana Ayah bisa yakin tanah itu memiliki cadangan batubara?” tanyanya.

“Ayah menyewa jasa seismik dari PT Bukit Asam untuk memverifikasi cadangan batubara di sana,” jawab Brata. “Hasilnya? Tanah itu memiliki cadangan hampir 3 miliar ton. Selain itu, Ayah juga membeli 10.000 hektar di dekat kota Tanjung Enim. Tanah itu memiliki cadangan 20 juta ton batubara yang lebih mudah diakses.”

Arya terkejut mendengar angka-angka tersebut. “Jadi Ayah sudah tahu potensi besar di tanah itu sejak awal?”

“Betul,” jawab Brata sambil tersenyum. “Dan karena itu, Ayah mengajukan kerjasama dengan PT Bukit Asam. Dengan bantuan pengacara, Ayah berhasil mendapatkan 10% saham dan royalti dari hasil tambang di tanah itu.”

***

Namun, perjalanan itu tidak selalu berjalan mulus. Brata melanjutkan ceritanya dengan nada serius. “Ketika Ayah mulai mendapatkan deviden dari hasil tambang, ada senior Ayah yang iri. Dia melaporkan Ayah ke Polda Sumsel, menuduh Ayah melanggar aturan karena terlibat bisnis.”

Arya menahan napas. “Lalu apa yang terjadi?”

“Ayah dipanggil ke Polda dan dihadapkan pada sidang oleh Angkatan Darat dan Kepolisian,” kata Brata. “Tapi dengan bantuan pengacara, Ayah bisa membuktikan bahwa Ayah tidak terlibat langsung dalam pengelolaan bisnis. Ayah hanya pemegang saham.”

Arya merasa lega mendengar hal itu. “Jadi Ayah dibebaskan?”

“Ya,” jawab Brata sambil tersenyum tipis. “Tapi Ayah tetap mendapat hukuman disiplin. Sebagai gantinya, Ayah dimutasi ke Sekayu. Di sinilah perjalanan baru kita dimulai.”

***

Arya masih penasaran dengan pendapatan ayahnya. “Jadi, Ayah mendapatkan deviden tahunan dari tambang itu?”

“Betul,” jawab Brata. “PT Bukit Asam bisa menambang sekitar 1 juta ton batubara per tahun, dengan harga Rp 70.000 per ton. Dari royalti 10%, Ayah mendapatkan sekitar Rp 7 miliar per tahun, sebelum pajak.”

Arya tertegun mendengar jumlah itu. Ia menyadari bahwa keluarganya memiliki sumber daya yang sangat besar. “Uang sebanyak itu… Apa rencana Ayah dengan semua itu?”

“Sebagian besar Ayah gunakan untuk membeli aset baru dan menyimpannya sebagai cadangan masa depan,” jawab Brata. “Tanah, emas, dan properti adalah prioritas Ayah.”

***

Cerita itu ditutup dengan momen refleksi. “Di Sekayu, Ayah memulai lagi dari awal. Tapi kali ini dengan keluarga. Semua ini Ayah lakukan untuk kalian, Arya,” kata Brata sambil menatap putranya dengan penuh makna.

Arya merasakan kebanggaan dan tanggung jawab yang besar. Ia tahu bahwa pengetahuan dari masa depan adalah senjata, tapi bagaimana ia menggunakannya akan menentukan masa depan keluarganya.

***

Percakapan itu menghabiskan hampir seluruh pagi. Sulastri, yang mendengar sebagian cerita dari dapur, akhirnya memanggil mereka untuk makan siang. “Arya, Ayah, sudah waktunya makan siang.”

Arya berdiri sambil tersenyum. “Cerita Ayah terlalu seru, jadi tidak terasa waktu berlalu.”

Brata tertawa kecil. “Masih banyak cerita, Arya. Tapi itu untuk lain waktu.”

Mereka berjalan ke meja makan bersama, meninggalkan ruang makan yang masih dipenuhi sisa-sisa kisah perjuangan.

1
RidhoNaruto RidhoNaruto
buat game coc bang 👍😁
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang.
RidhoNaruto RidhoNaruto
up bang
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Ozie
awal cerita yang memerlukan banyak gelas kopi...
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa
thalexy
Aku bener-bener kagum, teruslah menulis thor!
Sri Sudewi
lanjut thor
Kuyung Agung: Terima kasih. tolong baca terus sampai tamat dan jangan lupa sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!