Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Surah Al Ikhlas.
"Ah Tante benar, maafkan kebodohan saya Tante, maafkan!" ucap Hafizah menyesal bicara bukan bukan dengan wanita cantik jelita itu.
Tetapi semua itu muncul karena rasa prihatin dan kekhawatiran nya melihat keadaan sang papah yang belum juga mampu bangkit dari keterpurukan nya itu.
Memang disini dia masih punya paman dan bibi serta kakek dari pihak almarhumah mamah nya, serta om dan Tante dari pihak papah nya tetapi untuk sementara ini, papan nya melarang mereka saling berhubungan dalam bentuk apapun juga, ini menjaga jangan sampai orang lain terlibat masalah pertikaian dalam keluarga Alam.
"Sudahlah Tante, anggap saja semua nya hanya candaan saja, jangan di pikirkan lagi, benar kata Tante, jurang pemisah terlampau besar dalam hidup kita, Fizah jadi malu sama tante!" ucap dara itu tertunduk malu.
"Tapi Kalian masih mau jadi anak anak Tante kan?" tanya Yuanchi Juan.
Hafizah menggelengkan kepala nya.
"Kenapa?, karena Tante tidak bisa menikah dengan papah kalian?" tanya Yuanchi Juan lagi.
Sekali lagi dara cantik itu menggelengkan kepala nya.
"Lalu?" ....
"Kami tidak bisa memanggil mamah kepada orang yang bukan mamah kami, itu saja Tante, maafkan kami Tante, benar kata Tante, terlalu besar jurang yang memisahkan kita, papah seorang duda beranak tiga, pegawai bengkel biasa, bukan orang kaya, sementara Tante, masih muda dan cantik, kaya raya, serta keyakinan kita yang memang berbeda" ucap Hafizah dengan raut wajah sedih.
"Tapi kita masih bisa berteman kan?" tanya Yuanchi Juan.
Tak ada kata kata jawaban, hanya anggukan lemah dari Hafizah.
Tak ada lagi kata kata yang terucap, diam dengan pikiran mereka masing masing, hingga Yuanchi Juan pamit pulang.
Tanpa melepas kepergian Yuanchi Juan, Hafizah menutup pintu rumah, dan mengunci nya dari dalam. Seolah olah dara cantik baru menanjak remaja itu sudah mengunci hati nya untuk Yuanchi Juan.
Perih, sedih, Yuanchi Juan berjalan serasa tidak menapaki tanah berlapis bata pres itu.
Cukup lama Yuanchi Juan termenung didalam mobil nya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan lagi.
Dia sangat menyukai sepasang remaja kembar itu, namun kedua anak remaja itu tidak ingin didekati, karena persyaratan yang mereka buat sangat berat.
Dia harus menikah dengan papah mereka, duda beranak tiga.
Ah, membayangkan saja tidak pernah dia lakukan jika kelak menikah dengan duda beranak tiga, meskipun dia tampan, tetapi tetaplah duda beranak tiga.
Lagi pula sambutan pria itu sangat tidak bersahabat dengan nya, jangankan untuk mesra, ramah saja tidak.
Kedudukan sosial mereka yang sangat jauh berbeda dia seorang CEO bahkan owner sebuah perusahaan terkemuka, sedangkan pemuda itu hanyalah seorang karyawan Bengkel mobil biasa.
Belum lagi masalah keyakinan mereka yang berbeda, meskipun di hati nya banyak hal yang tidak masuk akal di keyakinan nya sekarang, tetapi untuk pindah keyakinan, tidak ada terbersit sedikit pun juga di dalam hati nya sekarang.
Dia ingin berlari meninggalkan keluarga kecil itu sejauh jauh nya, tetapi bayangan dara cantik yang ceria itu terus menari di pelupuk mata nya, membuat hati nya seperti rindu ingin berjumpa dengan dara cantik itu.
Ya!, kupu kupu kecil yang ceria, yang terbang diantara tangkai tangkai bunga mekar di taman.
Bidadari bermata sayu penuh kedukaan itu menyita seluruh perhatian nya.
Ingin sekali Yuanchi Juan membuat mata sayu penuh duka itu menjadi ceria menatap Dunia ini nan indah ini.
Pelan merayap, Yuanchi Juan menjalankan mobil nya di tengah kepadatan lalu lintas, hingga tiba disebuah toko buku yang cukup besar dengan halaman yang luas.
Yuanchi Juan segera memarkirkan mobil nya di halaman toko buku itu karena bosan dengan lalu lintas yang padat merayap itu.
Sebenar nya tidak ada niatan didalam hati nya untuk membeli buku apapun, hanya iseng, berkeliling di stan buku buku itu.
Namun tiba tiba mata nya tertuju kepada sebuah buku tebal di stan kitab kitab Islami, yaitu Al-Qur'an tafsir dengan terjemahan bahasa Indonesia.
Iseng, dia membuka lembar pertama, justru surah Al ikhlas karena dia membuka dari sisi kiri ke kanan bukan dari kanan ke kiri.
Membaca arti dari surah Al ikhlas itu, tiba tiba dada nya merasa perih, hati nya seperti tertampar dengan keras nya, dan tanpa sadar, air mata nya menetes keluar.
Inilah jawaban dari kegelisahan dan kebingungan hati nya selama ini. "Tuhan itu memang seharus nya esa, kuasa, hebat, tempat mahluk nya bergantung, bukan nya yang mengurus diri nya sendiri pun tak bisa. Bagai mana mengurus seluruh mahluk nya? Bila mengurus diri nya sendiri pun tidak bisa" pikir Yuanchi Juan sejenak.
Buru buru dibawa nya buku itu ke tempat kasir, "apakah saya bisa membeli buku ini?" tanya nya pada kasir.
Wanita penjaga kasir itu menatap kearah nya beberapa saat, "mba non muslim?" tanya nya.
"Ya, saya bukan muslim, tetapi saya tertarik dengan buku ini!" jawab Yuanchi Juan.
"Kalau niat mbak membeli kitab ini sekedar untuk melecehkan nya saja, saran saya sebaik nya tidak usah dibeli mbak, karena tidak akan ada guna nya, hanya mendatangkan permusuhan saja, tetapi bila niat mbak ingin mempelajari isi nya, maka belilah!" saran wanita muda penjaga kasir tadi.
"Saya sangat buta dengan agama ini, saya ingin mempelajari isi kitab ini dulu, sebelum saya menentukan langkah hidup saya kedepan nya, karena selama ini, yang dijejalkan kedalam telinga saya tentang agama ini hanya hal hal negatif saja" jawab Yuanchi Juan jujur.
Sekali lagi wanita cantik penjaga kasir itu menatap wajah Yuanchi Juan , seolah olah ingin melihat kesungguhan dari nya.
"Kalau begitu, belilah, tetapi ketahuilah mbak, ayat ayat Alqur'an itu banyak ayat ayat mantiq yang tidak bisa dipahami begitu saja, perlu kajian ilmu khusus agar tidak salah paham, saran saya sambil memahami isi kandungan Al-Qur'an tafsir ini, lebih baik nya lagi, mbak sambil berguru, agar tidak salah memahami nya" saran wanita itu dengan lembut.
"Saya bingung mbak, harus belajar kemana?, mbak ada rekomendasi?" tanya Yuanchi Juan lagi.
"Datanglah ke kampung dalam mbak, di sana ada seorang ustadzah lulusan Mesir yang sangat baik, nama nya neng umi Habibah atau ustadzah umi Habibah, beliau selalu bersedia berkonsultasi setiap beliau ada waktu, masalah mbak masuk Islam atau tidak, tidak ada paksaan mbak, hanya saja tempat mbak belajar dan bertanya itu pada orang yang tepat, tanya saja di kampung dalam dekat mesjid, semua orang kenal dengan neng umi Habibah ini!" ujar petugas kasir itu seraya membungkus kitab Al-Qur'an tafsir dengan kertas, lalu memasukan nya kedalam kantongan plastik.
Selesai membayar harga kitab Al-Qur'an tafsir itu, Yuanchi Juan segera berlalu dengan mobil nya menyusuri kepadatan lalu lintas.
Dengan bantuan dari Mbah Google, dan bertanya sana sini, akhirnya Yuanchi Juan tiba juga di depan sebuah rumah besar berhalaman luas di kampung dalam dekat dengan mesjid.
Seorang pria tua nampak sangat kharismatik sedang menyapu daun daun kering di halaman rumah itu.
Saat mobil Yuanchi Juan memasuki pekarangan yang luas itu, pria tua itu menghentikan kegiatan nya seraya tersenyum ramah kearah tamu nya yang baru datang itu, seolah olah pria tua ini memang sengaja sedang menantikan kedatangan nya sedari tadi.
"Alhamdulillah, rencana mu sungguh indah ya Allah!" gumam nya seraya menganggukkan kepala nya kepada Yuanchi Juan yang keluar dari mobil nya.
"Selamat sore pak, apakah ada ini rumah neng umi Habibah?" tanya Yuanchi Juan gugup melihat kharisma pria tua itu.
"Selamat sore juga nak, benar!, benar sekali nak!, ini rumah kediaman neng umi Habibah, kalau boleh tahu, ada apa ya nak?" tanya pria tua itu dengan ramah sekali.
"Saya ingin belajar memahami isi kandungan Al-Qur'an dengan neng umi Habibah, saya non muslim pak, hanya saja saya tertarik dengan Al-Qur'an ini, bolehkah pak?" tanya Yuanchi Juan sangat berharap sekali.
"Oh boleh boleh, kenapa tidak, kita tidak akan pernah tahu hidayah Allah itu datang lewat apa, ayo kita masuk!" ajak pria tua itu mengajak Yuanchi Juan duduk di teras rumah nya yang memang besar itu. Ada beberapa korsi disana.
"Kalau boleh tahu, bapak siapa ya?" tanya Yuanchi Juan melangkah dibelakang pria tua itu.
"He he he, saya Kiai Rahmat ayah dari neng umi Habibah nak, duduklah dulu nak, saya panggilkan umi nya dulu!" ucap Kiai Rahmat seraya melangkah masuk kedalam rumah.
Beberapa saat kemudian, Kiai Rahmat muncul bersama seorang wanita muda yang cantik, mengenakan jilbab putih.
"Ini ada yang mencari eneng!" ujar Kiai Rahmat.
"Ada apa ya mbak?" tanya neng umi Habibah duduk di dekat Yuanchi Juan seraya menatap kearah wanita cantik itu sambil tersenyum.
"Saya ingin mengaji tentang Al Qur'an, ada yang bilang dari pada membaca tafsir sendiri, lebih baik lewat bimbingan guru, agar tidak salah memahami ayat demi ayat, bisakah ustadzah membimbing saya?" tanya Yuanchi Juan kikuk menghadapi kharisma dari neng umi Habibah yang luar biasa itu.
"Memang sebaik nya seperti itu mbak, pada dasarnya, membaca Al-Qur'an itu ada ilmu nya, satu huruf di dalam Al-Qur'an itu mengandung makna luas, saya mau tahu, apa motifasi mbak hingga mau belajar memahami Al-Qur'an, bukankah mbak non muslim?" tanya neng umi Habibah.
Yuanchi Juan mengeluarkan Al-Qur'an tafsir yang baru dia beli tadi, membuka halaman pertama dari kiri, pada surah Al ikhlas.
"Saya tidak mengerti ustadzah, bagian ini serasa menampar hati saya, membuat saya ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang Islam" ucap Yuanchi Juan.
Neng umi Habibah tersenyum ramah mendengar pernyataan dari tamu nya sore ini.
"Bolehkah saya tahu nama mbak, agar kita bisa lebih akrab lagi?" tanya neng umi Habibah.
"Ya ampun ustadzah, maaf sekali, saya sampai lupa memperkenalkan diri, kharisma ustadzah membuat saya gugup, nama saya Yuanchi Juan ustadzah!" jawab Yuanchi Juan agak gugup menatap kharisma dari sang ustadzah cantik ini.
...****************...