Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah makan malam, Kasih yang merasa terlalu lama menunggu Dimas masuk kamar akhirnya turun ke bawah mencari Dimas di ruang kerjanya. Kasih merasa dia harus memberitahukan pada Dimas tentang oma Aurel yang datang mencarinya di sekolah. Meskipun dia akan mengkhianati Aurel, tapi Kasih tidak mau mengambil resiko menyembunyikannya dari Dimas.
“Kak Dimas, boleh aku masuk?” tanya Kasih sambil mengetuk pintu. Dia ingat kemari masuk tanpa mengetuk pintu dia mendapat teguran dari suaminya. Terdengar suara sahutan dari dalam, Kasih membuka pintu dan masuk ke dalam.
“Ada apa?” tanya Dimas dengan dingin. Sepertinya dia sedang sibuk dan tidak mau di ganggu.
“Heemm, tadi Aurel bertemu seseorang di sekolah.” Dimas yang tadinya seperti enggan mendengarkan Kasih langsung mengalihkan perhatiannya pada istrinya itu. dia berdiri mendekati Kasih.
“Siapa?” tanyanya.
“Awalnya Aurel tidak mau bilang padaku siapa, dia bahkan bilang tidak kenal. Tapi setelah aku mengajaknya membeli beberapa buku cerita dan komik dia akhirnya mau bilang padaku siapa wanita yang tadi dia temui,”
“Langsung saja katakan, siapa yang menemui Aurel di sekolahnya,” tanya Dimas tidak sabaran.
“Aurel bilang itu oma. Jangan bilang padanya yah aku memberitahu Kak Dimas, soalnya aku sudah janji tidak akan bilang pada Kak Dimas.”
Dimas nampak kesal dan marah mendengar orang tua mantan istrinya datang mencari Aurel. Dia mengepalkan tangannya membuat Kasih takut melihatnya.
“Kau ada di mana? Kenapa kau membiarkan Aurel bicara dengan orang asing?” tanya Dimas lagi.
“Tadi kan Kak Dimas meminta Vera membawaku ke showroom mobil,” jawab Kasih dengan ketus karena sepertinya Dimas menyalahkannya karena lalai menjaga Aurel.
“Kau pikir Vera tidak melapor padaku begitu dia kembali ke perusahaan.” Kasih menunduk, ingin rasanya air matanya jatuh menets karena nada bicara Dimas yang mulai meninggi.
“Apa Kak Dimas tidak bisa sedikit lebih baik padaku, walaupun Kak Dimas menikahiku hanya untuk sebuah alasan, walaupun alasan yang jahat sekalipun, tidak bisakah Kak Dimas lebih baik sedikit saja padaku.” Kasih mengusap matanya yang mulai berair. Dia adalah Kasih Permata, sejak kapan dia menjadi gadis yang mudah meneteskan air mata.
Dimas yang mendengar ucapan Kasih mendekatkan dirinya pada istrinya itu, semakin dekat hingga punggung Kasih membentur tembok. Kasih menunduk saat tubuh Dimas sudah menempel pada tubuhnya. Dimas mengangkat dagu Kasih dengan jarinya.
“Kau ingin aku bagaimana? Apa kau ingin aku mengelusmu seperti ini, atau kau mau aku menciummu…” Dimas mendekatkan bibirnya mencoba mencium Kasih, tapi gadis itu dengan cepat memalingkan wajahnya. Dia tahu Dimas hanya sedang mengejeknya.
“Kak Dimas keterlaluan.” Kasih mendorong tubuh Dimas lalu keluar dari ruang kerja suaminya. Dia membanting pintu ruang kerja Dimas, cukup keras hingga membuat beberapa pelayan yang masih ada di dalam rumah itu kaget di buatnya.
“Ternyata Ibuk Kasih berani juga yah sama Pak Dimas,” ujar salah satu pelayan.
“Iya, Buk Muli saja tidak pernah membanting pintu di depan Pak Dimas.” Ujar yang lain merasa Kasih sangat berani pada suaminya. Mereka tidak tahu saja bagaimana perlakuan Dimas padanya, siapapun pasti tidak akan bisa sabar menghadapi suami seperti Dimas.
“Dasar gunung es sialan. Sudah dingin tidak berperasaan. Padahal aku kan masih belajar menjadi seorang Ibu. Bukannya berterima kasih malah menyalahkan aku.” Oceh Kasih sepanjang menaiki tangga.
Kasih berdiri di depan pintu kamar utama, “Ck, aku tidak mau melihat wajahnya malam ini.”
Kasih lalu mengetuk pintu kamar Aurel. Tidak di kunci, Kasih langsung masuk saja.
“Kamu belum tidur?” tanya Kasih melihat Aurel masih membaca komik yang tadi mereka beli. Tapi seperti biasa, Kasih tidak akan mendapat jawaban.
Tidak Papanya, tidak anaknya, sama-sama bikin kesal.
“Tante boleh pinjam komiknya kalau kamu sudah baca?” tanya Kasih lagi yang selalu berusaha menjadi lebih dekat dengan Aurel. Gadis itu hanya mengangguk.
“Aurel,” Aurel menoleh.
“Tante tidur di sini yah, Tante lagi kesal sama Papa kamu.” Gadis itu masih tidak menjawab, tapi dia menggeser tubuhnya sedikit ke pinggir dan memberikan satu bantal pada Kasih.
“Terima kasih.” kata Kasih langsung merebahkan tubuhnya dan menarik selimut.
“Aurel,” Aurel menoleh lagi.
“Tante boleh tanya sesuatu tidak?”
“Tanya apa?” akhirnya gadis itu bersuara. Kasih bangun dari berbaringnya.
“Kalau seandainya suatu hari nanti mama kamu datang, kamu mau ikut sama mama kamu?” Aurel menatap Kasih, tatapannya datar tanpa makna.
“Aku akan tetap sama papa,” jawabnya. Kasih makin penasaran.
“Memangnya kamu nggak sayang sama mama kamu?” tanya Kasih lagi.
“Kenapa, Tante sudah tidak mau melihatku di rumah ini,” Aurel bertanya balik.
“Bukan, tapi…”
“Aku ngantuk.” Aurel meletakkan komiknya di atas nakas lalu menutup matanya. Kasih tidak bisa lagi melanjutkan pertanyaannya, padahal dia sudah berharap Aurel mau cerita banyak padanya.
Sementara Dimas menjadi sedikit khawatir mengetahui orang tua mantan istrinya datang menemui putrinya di sekolah.
“Mau apa mereka menemui Aurel,” tanyanya pada dinding di dalam rungan itu. Dimas lalu menghubungi sekertarisnya.
“Ini aku,” ujarnya saat panggilan terhubung.
“Siapkan orang untuk menjaga putriku selama dia berada di luar. Aku tidak mau ada orang yang bertemu dengannya atau mendekatinya.”
“Baik, Pak.” Jawab Harlan dari seberang telepon.
“Apa kau sudah menemukan Monika?” tanya nya lagi. Dimas memang meminta orang mencari di mana keberadaan Monika, bukan kuatir karena mantan istrinya itu tidak ada kabar, hanya saja dia ingin memastikan Monika tidak akan membuat ulah.
“Belum Pak, orang kita terakhir kali melihatnya di sebuah mall tiga tahun yang lalu. Dia mendorong seorang wanita di depan tangga,” Dimas berdiri dari duduknya mendengar Monika mendorong seseorang. Dia baru tahu karena dia memang baru menanyakan tentang mantan istrinya setelah tiga tahun.
“Siapa?” tanya Dimas kawatir karena hanya Mia yang bisa membuat Monika melakukan hal sekeji itu.
“Kami tidak tahu, tapi sepertinya wanita yang di dorong Ibu Monika orang penting karena saat kejadian banyak pengawal wanita itu yang langsung mengejarnya.” Dimas mengepalkan tangannya. Pasti Mia, setelah dengan kejam memisahkan dirinya dari Mia, Monika masih ingin mencelakainya.
“Lalu apa yang terjadi pada wanita itu,” tanya Dimas lagi.
“Kami tidak tahu, Pak. Tapi wanita itu tidak jatuh saat di dorong karena ada yang menarik tangannya.” Dimas kembali duduk dengan tenang mendengarnya. Dia yakin suami Mia pasti memberi pelajaran padanya karena berani berniat jahat pada istrinya.
“Ingat, mulai besok aku mau ada aorang yang menjaga putriku,”
“Baik, Pak.”
Sambungan telepon lalu terputus. Dimas sungguh tidak habis fikir, kenapa Monika masih ingin mencelakai Mia. Padahal dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Tiga tahun ini Dimas benar-benar tidak tahu kabar Mia. Dia benar-benar tidak mau mengusik kebahagian wanita yang pernah menemani hari-harinya itu. Walau rindu masih sering datang menyapa, tapi Dimas tetap memilih menyiksa dirinya dengan rindu.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....