Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
“Jadi, ini terakhir kali Kita bertemu ?”
“Ya…” Yuki merasa canggung dengan situasi yang ada. Dia merasakan kesedihan Raymond. “Maafkan Aku, tapi Aku memang harus pergi”
“Bolehkan Aku mengantarkanmu”
Yuki menautkan alis. “Ini masih jam sekolah Raymond. Kau tidak bisa membolos. Ingat, siang ini Kau ada wawancara mengenai beasiswamu dengan pihak universitas.” Ujar Yuki mengingatkan dengan wajah serius.
Raymond akan mengikuti wawancara terakhir yang dijadwalkan siang ini, selepas jam istirahat siang berakhir. Dia akan masuk ke salah satu Universitas bergengsi di luar negeri. Sama seperti Yuki, Raymond juga mengambil jurusan kedokteran.
Itu adalah impian Raymond semenjak kecil. Impian yang pada akhirnya juga memberi pengaruh pada Yuki.
Yuki tidak mau mengacaukan hidup Raymond. Dia ingin melihat Raymond menjadi sukses dan perlahan melupakan Yuki.
“Sampai gerbang sekolah, Apa Kau setuju ?” Tawar Raymond cepat dengan penuh harap.
“Ya..baiklah” Kata Yuki akhirnya, memilih mengalah.
Yuki selesai membereskan barang-barang yang rencananya akan dibawa Yuki ke dunia asalnya. Memasukkan semuanya dalam tas sekolah. Kemudian Dia menutup pintu loker dan menguncinya.
Raymond menunggu dengan tenang sampai Yuki merasa siap. Dia membantu Yuki membawakan tas Yuki di punggungnya. Berjalan beriringan di sepanjang lorong sekolah. Yuki terkejut ketika Raymond meraih tangan Yuki. Mengandengnya dengan erat.
Yuki memandang tangan mereka yang bergandengan
“Raymond… Apa yang kau lakukan?”
Raymond Tersenyum, meski ada kesedihan di matanya. “Menghargai setiap detik yang tersisa. Aku ingin kita pergi bersama, bahkan jika hanya untuk saat ini.”
Tangan Raymond terasa hangat. Mengingatkan Yuki dengan kenangan saat Mereka masih bersama sebagai sepasang kekasih. Raymond selalu mengandeng tangan Yuki seperti yang Dia lakukan sekarang. Yuki menahan mati-matian keinginannya untuk menangis. Walau bagaimanapun juga, Dia adalah pacar pertama sekaligus ciuman pertama Yuki. Laki-laki pertama yang pernah dicintai Yuki.
Yuki sudah mengambil keputusan. Apapun yang terjadi, Dia tidak boleh goyah.
Beberapa murid berdehem menggoda saat melihat Mereka berjalan sembari bergandengan tangan. Tapi Raymond tidak peduli. Dia tetap mengandeng tangan Yuki dengan erat.
...****************...
Raymond berdiri diam ketika pada akhirnya Yuki menceritakan sebagian kecil mengenai asal-usulnya dan kemana Dia akan pergi. Yuki melakukannya karena tahu, Raymond akan berusaha mencarinya jika Dia masih berpikir Yuki ada didunia ini.
Setelah mendengarkan cerita Yuki. Raymond tenggelam dalam pikirannya.
Bel pergantian pelajaran berdering nyaring. Suara riuh rendah dari murid sekolah terdengar, bersatu dengan langkah kaki Mereka saat memasuki kelas masing-masing.
Baik Yuki mauupun Raymond tidak bergeming ditempatnya. Mereka seolah menunggu sampai suasana cukup tenang, sebelum mengucapkan perpisahan.
“Jangan lagi mempermainkan perasaan orang. Segera temukan wanita yang baik untukmu” pinta Yuki tulus, memecah kesunyian yang terjadi.
“Itu karena Aku selalu mencintaimu Yuki” jawab Raymond lirih.
Yuki tertawa canggung. “Hentikan merayuku seperti sekarang. Aku sudah tidak akan lagi terpengaruh dengan gombalan berbisamu”
Sekarang halaman sekolah benar-benar sepi. Hanya tinggal Mereka berdua di dekat gerbang sekolah. Teman-teman sekelas Mereka, yang kebetulan melihat Mereka dari jendela kelas. Langsunt menyoraki Mereka dengan nyaring. Membuat kehebohan yang terdengar sampai kelas lainnya.
Yuki menghela nafas sembari menatap Raymond dalam. Mengabaikan sorak-sorak yang menggoda Mereka.
Inilah akhir pertemuan Mereka…
Rasanya sangat berat. Yuki dan Raymond sudah mengenal cukup lama. Meskipun hubungan Mereka tidak berjalab baik, tapi Raymond adalah orang yang selalu mempercayai Yuki meskipun orang lain terus mencela Yuki.
Yuki menganggukan kepala. Dia perlahan melepaskan genggaman tangan Raymond. Mengambil kalung di lehernya, kalung dengan ukuran wajah Yuki. Tanpa ragu Tuki memakaikan pada Raymond.
“Belum-belum Aku sudah sangat merindukanmu. Bisakah Kau tidak pergi Yuki ?” Pinta Raymond memohon.
Yuki menggelengkan kepala pelan. “Aku tidak bisa Raymond, Maafkan Aku” kata Yuki penuh penyesalan. “Selamat tinggal Raymond. Terimakasih sudah ada dalam hidupku selama ini”
Yuki berjinjit mendekatkan wajahnya, dan secara alami Raymond membungkukkan badannya ke arah Yuki. Yuki mencium pipi Raymond sebagai salam perpisahan.
“Aku akan menjadi kuat Yuki. Aku akan mencarimu. Saat Kita bertemu lagi, Kau tidak boleh mengusirku pergi. Biarkan Aku mengikuti kemanapun Kau pergi”
“Aku berharap Kau menjadi dokter Raymond” kata Yuki mengingatkan lagi. “Bukan menghabiskan waktumu untuk mencariku. Aku sudah tidak akan berada didunia ini”
“Aku….Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu” bisik Raymond sedih.
Aku juga
Namun, Yuki memilih tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung. Dia tidak ingin memberi harapan pada Raymond sekecil apapun. Yuki tahu, harapan itu akan lebih melukai Raymond nanti.
Teman-teman sekelas Mereka semakin bersorak nyaring menyaksikan kemesraan antara Yuki dan Raymond. Menimbulkan keriuhan tersendiri. Mereka tidak menyadari seperti apa yang di rasakan Yuki dan Raymond. Mereka berpikir kemesraan itu adalah kebahagiaan, bukan perpisahan.
Yuki mendongak, memandang satu per satu wajah teman-temannya. Ini terakhir kalinya Yuki bisa melihat Mereka. “Ini… terakhir kalinya aku melihat kalian.” Kata-kata ini terasa pahit di lidahnya Yuki.
Daripada Mereka, tampaknya Yuki yang lebih dulu di wisuda dan meninggalkan bangku sekolah lebih cepat.
"Aku pergi" pamit Yuki.
Perlahan Yuki melangkahkan kaki. merasa berat meninggalkan semua yang dia cintai. Setiap langkah terasa seperti mengukir kenangan di dalam hatinya. Meninggalkan Raymond yang tidak bergeming di tempatnya. Yuki menundukkan kepala, terus menguatkan hati untuk melangkah maju.
Apa yang ada di belakangnya, akan menjadi masa lalunya di kemudian hari.
Bulir air mata membasahi Pipi. Yuki tidak tahan lagi dan berbalik kebelakang. Raymond masih berada di tempatnya. Terus memandang Yuki. Dengan latar belakang sekolah tempat Yuki menimba ilmu selama ini
“Sampai jumpa, Yuki. Aku pasti akan menemukan cara untuk menemukanmu” teriak Raymond kencang.
Daun berguguran di antara Mereka. Seperti sebuah kenangan.
Yuki melambaikan tangan, tersenyum riang untuk menyembunyikan kesedihannya.
Yuki Perlahan melambaikan tangan, berusaha tersenyum meski hatinya hancur. “Semoga kita bisa bertemu lagi. Selamat tinggal” kata Yuki untuk terakhir kalinya. Kali ini Dia tidak akan mendebat keinginan Raymond.
Suatu hari nanti. Kelak. Jika Yuki merindukan dunia tempatnya di besarkan. Yuki pasti akan selalu mengingat Raymond. Seorang cowok yang menjadi pacar sekaligus cinta pertama Yuki.
...****************...
Ketika tiba di rumah. Yuki terkejut saat melihat di depan pintu penghubung sudah bersandar tas ransel besar, yang biasa di pakai Phil untuk berkemah dan mendaki gunung. Tas ransel itu penuh dengan barang yang di klaim Bibi Sheira dengan label "akan di perluhkan Yuki suatu saat nanti".
"Untuk apa semua barang ini Bibi ?" Tanya Yuki nyaris tidak percaya. Dia mencoba menarik tas ransel dengan kedua tangannya. Tapi tidak berhasil. Mungkin ada lebih dari sepuluh kilo beratnya. "Bagaimana Aku bisa membawanya ?"
"Semua adalah barang yang akan Kau butuhkan suatu saat nanti di sana. Jangan banyak protes. Kau cukup menyeretnya masuk ke dalam pintu penghubung, bukan menggendongnya sepanjang waktu. Tidak akan terlalu berat" ujar Bibi Sheira puas, di tangannya terdapat catatan kecil berisi daftar barang yang telah di centang olehnya.
Menandakan bahwa Dia adalah orang yang rapi dan terstruktur.
Yuki menggerutu dalam hati sambil masih mencoba menyeret tas ransel, untuk mengetahui kekuatannya. Apakah Dia sanggup atau tidak Yuki untuk menyeret tas tersebut masuk ke dalam pintu penghubung.
Bisa, tapi butuh tenaga yang besar.
Yuki memutuskan diam. Tidak berdebat dengan Bibi Sheira karena Dia yakin pasti Dia tidak akan menang melawan Bibi Sheira.
Yuki berjongkok, membuka tas ransel dan memindahkan beberapa barang dari tas sekolah ke dalamnya. Menyumpalkan dengan asal ke ruangan yang tersisa. Melihat hal itu, Bibi Sheira langsung mengomel dan mengusir Yuki.
“Hey! Itu tidak rapi! Jangan hanya menyumpalkan barang-barang. Biarkan aku yang menyusunnya.”Dengan segera Bibi Sheira mengambil alih tugas Yuki untuk menyusun barang yang baru di bawanya ke dalam ransel.
“Baiklah, aku akan masuk ke kamar.”
Yuki tidak membantah. Dia masuk ke dalam kamar. Memasukkan beberapa barang lain ke dalam tas sekolahnya. Sebelum tiba di rumah, Yuki telah menghubungi pengacaranya untuk memindahkan segala aset dan warisan Putri Ransah kepada Bibi Sheira. Yuki juga membatalkan semua kontrak kerjanya, dengan alasan sakit dan harus berobat ke luar negeri untuk waktu yang tidak di tentukan.
Yuki menyelesaikan packing dengan cepat, menyadari bahwa waktu semakin mendesaknya. Dia perlu siap untuk perjalanan yang penuh risiko.
Setelah semua selesai, Yuki berdiri berkeliling. Terakhir kali menatap barang-barangnya sebelum berangkat.
“Semoga ini semua berjalan lancar. Aku harus kuat.”
Kata Yuki sembari menyentuh cincin di jari manisnya, mengingat janji yang telah diambilnya.
Bibi Sheira Masuk ke dalam kamar.
“Semua sudah siap, Yuki. Sekarang, saatnya untuk pergi. Ingat, kamu bukan hanya pergi untuk dirimu sendiri, tetapi untuk semua orang yang mencintaimu.”
Yuki Menyadari makna di balik kata-kata Bibi Sheira.
“Aku akan mengingatnya. Terima kasih, Bibi. Aku tidak akan mengecewakanmu.”