Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.
Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.
Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.
"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pindah
"Ma, mama tadi apa-apaan sih? Kenapa Mama bersikap kayak gitu ke Tiana?" cecar Aska sepulangnya dari cafe. Sejak perjalanan pulang tadi, Aska sudah mencoba menahan diri agar tidak lepas kontrol dan marah pada sang ibu yang terus bersikap sinis pada Tatiana. Bahkan sang ibu terus bersikap acuh tak acuh, seolah tak menganggap keberadaan Tatiana.
"Kamu itu yang apa-apaan, Aska? Kamu dikasi apa sih sama perempuan itu sampai tergila-gila padanya? Pelet? Atau selangkang@n?" sentak ibu Aska membuat mata laki-laki itu membulat sempurna.
"Ma, Tatiana bukan perempuan seperti itu. Dia perempuan baik-baik."
"Kalau dia perempuan baik-baik, kenapa bisa menjadi janda di usia muda? Dalam keadaan hamil lagi. Bisa jadi dia dicerai karena anak yang perempuan itu kandung bukan anak suaminya. Bahkan bisa juga, dia cuma bohong kalau dia janda. Sebaliknya, dia itu hamil di luar nikah. Bapaknya nggak jelas. Lon te. Perempuan murahan," hina mama Aska membuat Aska benar-benar tak habis pikir dengan pikiran sang ibu. Apakah sebegitu hinanya seorang wanita yang hamil tanpa suami. Memangnya apa salahnya janda di usia muda? Bisa saja sang suami yang nggak bener atau bisa jadi sang suami yang sudah berpulang. Memang Aska belum memastikan Tatiana itu janda cerai atau janda ditinggal mati. Namun dilihat dari bagaimana sikap dan perilaku Tatiana selama mengenalnya, ia bisa mengetahui kalau Tatiana perempuan baik-baik. Bahkan ia tak pernah mau diajak jalan berdua. Jangankan jalan berdua, diantar pun ia menolak.
"Ma, tidak ada perempuan yang mau menjanda. Tidak ada. Setiap wanita pasti berharap menikah hanya satu kali seumur hidup. Namun tak ada yang tahu garis takdir seseorang. Begitu juga Tatiana. Aska yakin, ia pun tidak ingin menjadi seorang janda. Jangan menilai buruk janda muda, Ma. Mama harus ingat, mama punya anak perempuan. Jangan karena mulut mama yang tidak bisa dikontrol ini justru berimbas pada yang lain."
"Heh, kamu mau bandingin mbakmu sama janda gatel itu? Apa kamu nggak mikir, mereka bagai bumi dan langit. Memangnya apa kurang mbakmu itu? Dia cantik, kaya, berpendidikan, setia juga, mana mungkin kakak ipar kamu melepaskan mbakmu yang sempurna itu. Pokoknya mama nggak mau tau, jangan dekat-dekat janda itu lagi. Kayak nggak laku aja. Percuma punya wajah ganteng dan pekerjaan mapan kalau yang digaet malah janda. Mending janda tanpa anak, eh ini ada anaknya. Mana nggak jelas juga anaknya itu anak siapa. Jangan-jangan anak haram."
"Ma ... " Aska sampai tak sengaja meninggikan suaranya karena kata-kata sang uji yang sungguh tak terduga. Yang ia tahu ibunya itu selalu bersikap baik dan tak pernah menghina orang lain. Namun kali ini, hanya karena status Tatiana yang kabarnya adalah seorang janda, mamanya sampai menghina Tatiana sedemikian rupa. Aska yang seorang laki-laki saja merasa sakit hati, apalagi Tatiana bila mendengar segala hinaan sang ibu.
"Kamu membentak mama demi wanita murahan itu?" mata mama Aska membulat sempurna.
"Aku nggak bermaksud seperti itu, Ma, hanya saja kata-kata mama itu sudah sangat keterlaluan."
"Pokoknya kalau mama bilang nggak setuju ya nggak setuju. Mama akan mengatur pertemuan keluarga kita dengan keluarga pak Cokro. Sepertinya perjodohan kamu dan Sinta akan mama lanjutkan," ucap Mama Aska acuh tak acuh.
"Ma, aku nggak mau dijodohin."
"Ma, udahlah, kalau Aska memang menyukai perempuan itu, apa salahnya sih? Anak kita juga nggak mungkin kan milih perempuan sembarangan. Papa percaya kalau perempuan yang Aska pilih merupakan perempuan ... "
"Lebih baik papa nggak usah ikut campur. Ini urusan mama. Mama yang berhak mengambil keputusan. Pokoknya mama akan melanjutkan perjodohan ini. Titik. Tak ada penolakan. Kalau sampai Aska menolak, liat saja apa yang akan mama lakukan pada perempuan itu," ucap Mama Aska dengan nada mengancam.
Aska menghela nafas kasar. Sementara sang ayah, hanya bisa menepuk pundak Aska agar lebih bersabar.
...***...
Sepulang dari cafe, Tatiana merebahkan tubuhnya di ranjang. Seketika memori mama Aska yang menatapnya sinis dan berbicara ketus menyiratkan ketidaksukaannya pada dirinya. Seketika itu pula kerinduannya pada mama Sakinah menggeliat. Mama Sakinah bukan hanya sekedar ibu mertua, tapi ia sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Mama Sakinah selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Persis seperti mendiang ibunya sendiri. Sementara papa Ismail, meskipun lebih banyak diam, tapi cara papa Ismail memperlakukannya dengan baik. Ia juga sering memperhatikannya. Meskipun ia dari kalangan biasa, tapi keluarga Samudera memang memperlakukannya dengan baik. Hanya Samudera sendiri saja yang selalu bersikap dingin. Entah bagaimana kabar laki-laki itu saat ini, Tatiana benar-benar tidak tahu.
Terkadang ada rasa rindu yang membuncah dalam di setiap kesendiriannya. Ingin rasanya ia bertemu atau sekedar menghubungi, tapi ia sadar, itu takkan baik. Baik untuk dirinya maupun Samudera. Sudah cukup ia menghalangi kebahagiaan Samudera. Kini saatnya ia melepaskan. Meskipun terkesan egois, terutama bagi sang calon buah hati. Tapi bertahan pun buat apa. Yang ada nanti buah hatinya ikut merasakan apa yang ia rasakan selama ini dan sebagai seorang ibu tentu Tatiana tak rela. Biarlah mereka hanya hidup berdua, yang penting Tatiana akan berjuang untuk kebahagiaan calon buah hatinya.
...***...
"Sam, kamu serius ingin pindah ke rumah sakit di pinggir kota?" tanya Mama Sakinah saat Samudera mengutarakan keinginannya untuk bekerja di sebuah rumah sakit yang ada di pinggir kota. Semua berawal dari cerita sang teman yang merupakan sesama dokter. Ia bercerita rumah sakit tempatnya bekerja kekurangan dokter spesialis. Akibatnya pasien harus dirujuk ke rumah sakit kota bila keadaannya tak memungkinkan.
"Sam serius, Ma. Bukan maksud Sam berlari dari masalah, hanya saja ... "
"Mama paham. Kau membutuhkan waktu untuk memikirkan segalanya. Mama yakin, bila kau dan Tiana masih berjodoh, kalian pasti akan kembali dipertemukan." Mama Sakinah tidak ingin menentang keinginan putranya. Ia ingin memberikan waktu agar Samudera bisa bersikap lebih bijak di kemudian hari. Namun besar harapan, kedua anak dan menantunya masih berjodoh hingga kembali dipertemukan di kemudian hari. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Bila Tuhan sudah berkehendak, maka semuanya pasti akan terjadi.
"Lalu bagaimana dengan Ana?"
"Nanti Sam akan bicarakan dengan Ana. Ana bisa memilih tetap tinggal di sini dengan mama atau ikut denganku."
Mama Sakinah sebenarnya sedih. Sudah kehilangan menantu kesayangannya, lalu kini anak dan cucunya pun akan menjauh. Namun sekali lagi, mama Sakinah tidak ingin menentang keinginan Samudera. Ia yakin, apapun yang Samudera lakukan sudah dipikirkannya dengan matang-matang. Anggap saja, perpisahan ini merupakan ajang pendewasaan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...