NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nasihat Reaa

Calista dan Kenneth melangkah masuk ke rumah orang tua Calista, di mana mereka disambut dengan hangat oleh kak Resa, Jehar, bibi, dan baby sister Jehar. Calista merasakan lega ketika melihat bahwa papa Artama tidak ada di rumah. Jika saja Papa ada di sana, bisa jadi dia tidak akan bisa bersenang-senang dengan Jehar dan mengambil kado dari Randy tanpa gangguan.

“Jehar... ponakan onty... makin ganteng aja!” Calista menggoda Jehar, dan anak kecil itu hanya tertawa gemas mendengar pujian Calista.

“Gak sabar banget nih kayaknya punya anak,” goda kak Resa sambil tersenyum lebar, melihat ekspresi penuh harapan di wajah Calista.

“Apasih, kak? Orang biasa aja...” Calista menjawab sambil tersipu malu. Dia masih merasa tidak percaya bahwa dia akan segera menjadi seorang ibu.

“Ken, si Calista kalau tidur nggak bisa diem ya?” tanya kak Resa kepada Kenneth, yang sudah cukup akrab dengan keluarga Calista.

“Kakak!” Calista merengut, membuat Kenneth tertawa manis.

“Iya kak, Calista tidurnya kebanyakan gaya,” Kenneth mengiyakan, tak bisa menahan tawa melihat reaksi Calista yang kesal.

“Sabar ya, Ken. Nanti juga biasa kok sama kelakuan Calista yang begitu,” ujar kak Resa sambil mengelus bahu adiknya.

“Aku sih sebenarnya cuma takut bayi-nya kejepit aja, kak. Soalnya Calista hampir setiap saat tidurnya tengkurap,” balas Kenneth sambil menunjukkan ekspresi khawatir.

“Emang iya?! Sok tahu kamu!” Calista merajuk, tetapi dalam hati dia merasa tersentuh dengan perhatian Kenneth.

“Emang bener kok, kan aku yang benerin posisi kamu setiap malam,” jawab Kenneth sambil tersenyum penuh arti.

“Emang susah Calista tuh,” gumam Resa sambil memperhatikan adiknya yang sedang bermain dengan Jehar.

Setelah beberapa saat, kak Resa memanggil Calista. “Cal, ayo ikut sebentar, kakak mau ngomong sama kamu di taman belakang.”

“Sini Cal, Jehar-nya biar sama aku aja,” Kenneth menghampiri Calista dan mengambil Jehar dari gendongan Calista.

“Main sama om dulu ya,” ujar Kenneth lalu membawa Jehar bermain, sementara Calista dan Resa pergi ke taman belakang.

“Mau ngomong apa, kak?” tanya Calista dengan rasa penasaran.

“Kamu nggak kasihan sama Kenneth?” Resa memulai perbincangan dengan serius.

“Maksudnya apasih, kak?” Calista bingung dengan pertanyaan kakaknya.

“Kapan kamu mau putusin Randy? Walaupun Kenneth udah tahu hubungan kalian berdua, tapi tetap aja Cal tidak enak. Sekarang kamu posisinya sudah resmi jadi istri sah Kenneth,” saran kak Resa dengan nada lembut.

“Aku juga nggak tahu, kak. Aku masih sayang sama Randy dan aku belum bisa lepasin dia,” jawab Calista dengan suara pelan, mengungkapkan ketidakpastiannya.

“Kakak kasih kamu pilihan, kamu lebih pilih anak kamu atau kamu pilih Randy?” tanya kak Resa tegas.

“Ya, aku pilih anak aku lah, kak!” jawab Calista mantap, seolah baru menyadari tanggung jawab yang ada di hadapannya.

“Nah, kalau kamu lebih pilih anak kamu, cepat putusin Randy dan coba buat jatuh cinta sama Kenneth,” tegas kak Resa. “Kakak bukan mau ikut campur, tapi coba lihat Kenneth... pikirin perasaannya...”

Calista pun menoleh ke arah Kenneth yang sedang asyik bermain dengan Jehar. Melihat Kenneth yang tampak bahagia membuat hati Calista bergetar. Dia tahu bahwa Kenneth sangat mencintainya dan berusaha untuk menjadi sosok yang baik untuknya dan bayi yang akan lahir.

“Kakak tadi sempat melihat kado kamu dari Randy. Kakak nggak sengaja buka karena kakak kira itu paket berkas buat mas Juna,” Resa pun mengambil paper bag yang lumayan besar dan memberikannya kepada Calista.

Calista merasa penasaran dan segera membuka kado dari Randy. Begitu membuka, ia menemukan sebuah gaun merah dan tas berwarna hitam di dalamnya. Hatinya bergejolak saat melihat hadiah itu, bukan karena bentuknya, tetapi karena makna yang terkandung di dalamnya.

“Keluarga Kenneth nerima kamu apa adanya, sementara keluarga Randy nggak, Cal,” ceplos Resa yang membuat Calista terkejut.

“Kakak tahu dari mana?” tanya Calista kaget, tidak mengira kakaknya tahu tentang hubungan itu.

“Kakak tahu dari tante-nya Randy. Tante-nya Randy nggak tahu kalau kakak itu kakak kamu, jadi dia main nyerocos aja cerita soal hubungan kamu yang nggak direstui sama keluarganya,” jawab Resa, mengungkapkan betapa rumitnya situasi yang dihadapi Calista.

“Pikirin baik-baik, sudah saatnya kamu jadi dewasa,” ujar kak Resa lalu meninggalkan Calista sendirian di taman.

Calista merenung sejenak, terbenam dalam pikirannya. Ia melihat jam di tangannya dan menyadari bahwa waktu sudah hampir pukul enam. Calista harus segera pergi karena sebentar lagi pasti papa Artama dan mama Yesa akan pulang.

“Ken, kita pulang,” panggil Calista, mengajak Kenneth segera pergi. Dia merasa terbebani dengan banyak pikiran setelah pembicaraannya dengan kak Resa.

Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa canggung. Calista terus memperhatikan gaun merah dan tas yang diberikan oleh Randy, merasa tidak ada niat untuk memakainya. Dia lebih memilih untuk tidak terikat pada hadiah itu, tetapi hatinya terus berkonflik.

Kenneth yang menyetir tidak berani mengajak Calista berbicara. Dia hanya diam sambil memperhatikan ekspresi wajah Calista yang terlihat berat. Kenneth tahu Calista sedang berpikir keras, mungkin tentang keputusan penting yang harus diambil.

Kelelahan mulai menyelimuti Calista, dan dalam perjalanan, dia akhirnya tertidur di dalam mobil. Kenneth yang melihat Calista tertidur tersenyum lembut. Dia sangat mencintai wanita di sampingnya itu dan bertekad untuk selalu mendukungnya, apapun keputusan yang akan diambilnya nanti.

Setelah beberapa waktu, mereka sampai di rumah. Kenneth membangunkan Calista dengan lembut. “Cal, kita sudah sampai.”

Calista membuka mata dan mengerutkan keningnya, masih merasa mengantuk. “Oh, kita sudah sampai? Kenapa nggak bangunin dari tadi?”

“Maaf, aku lihat kamu tidur nyenyak,” Kenneth menjawab sambil tersenyum, merasa bahagia melihat wajah Calista yang lelah namun cantik.

Setelah keluar dari mobil, mereka berdua masuk ke dalam rumah. Calista mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari perasaan bingung yang mengganggu hatinya. Di dalam rumah, suasana terasa hangat.

Setelah makan malam, Calista beranjak ke kamar untuk beristirahat. Di dalam kamar, dia mengeluarkan gaun merah dan tas dari Randy dan menatapnya dengan penuh rasa campur aduk. “Kenapa harus semenyakitkan ini?” gumamnya pada diri sendiri.

Tiba-tiba, Kenneth mengetuk pintu kamar. “Cal, boleh masuk?”

“Masuk,” jawab Calista sambil menyembunyikan gaun di balik bantal.

Kenneth masuk dan duduk di tepi tempat tidur. “Kamu baik-baik saja? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu.”

Calista menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku hanya berpikir tentang banyak hal. Tentang hubungan ini, tentang Randy, dan tentang masa depan kita.”

Kenneth menatap Calista serius. “Apapun yang kamu putuskan, aku akan mendukungmu. Yang terpenting adalah kebahagiaanmu, Cal.”

“Ken, kadang aku merasa bingung. Aku masih sayang Randy, tetapi aku juga ingin memberikan yang terbaik untuk anak kita. Rasanya berat,” Calista mengungkapkan perasaannya dengan tulus.

Kenneth mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Calista. “Aku mengerti. Tapi ingat, kamu tidak sendiri. Kita bisa melaluinya bersama-sama.”

Calista mengangguk, merasakan kenyamanan dalam pelukan Kenneth. Dia tahu bahwa apapun yang terjadi, dia tidak sendirian. Kenneth akan selalu ada untuknya, menjadi penopang saat dia merasa goyah.

“Terima kasih, Ken. Aku akan mencoba untuk lebih jujur pada diriku sendiri dan pada kamu,” Calista berjanji, merasa sedikit lebih ringan.

“Bila perlu, kita bisa bicarakan semua ini lagi. Aku siap kapan pun kamu butuh,” Kenneth menjawab dengan tulus.

Dengan perasaan tenang, Calista merebahkan diri dan menatap langit-langit kamar. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi dengan

1
Fajarina
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!