Malam Yang Merenggut
Terdengar Musik yang terus di putar dengan kencang di sebuah bar hotel, disertai dengan banyaknya wanita cantik yang menikmati serta berjoget dengan riang. Malam yang penuh dengan kegembiraan, yang tak lain adalah sebuah pesta bujang seorang gadis yang akan segera menikah dengan pujaan hatinya. Ia bernama Dara Adrianna Fauza, gadis cantik dan manis, anak sulung seorang pengusaha sukses.
"Dar, gue ngak nyangka banget Lo bakalan nikah. Selamat ya bestie?" Ucap salah seorang gadis yang merupakan teman SMA dara.
"Iya. Makasih yah bestie. Gue doain semoga Lo cepet nyusul yah? Biar gantian, gue yang di undang." Ucap Dara sambil tersenyum.
Dara yang merasa haus pun segera mengambil sebuah jus untuk di minum, ia pun meminumnya.
Pesta terus berjalan dengan lancar, semua teman dara menikmati pesta dengan bahagia. Seketika dara yang sedang bersama dengan teman-temannya pun menjadi pusing. Mata menjadi sangat berat, pandangannya buram. Dara memilih untuk menjauh dari keramaian dan memilih duduk untuk rebahan. Saat hendak duduk, Dara yang tak bisa menahannya pun terjatuh tak sadarkan diri di sebuah sofa.
Tiba-tiba mata Dara terbuka sedikit, ia sedikit sadar dan melihat dirinya sudah berada di sebuah kamar. Dalam pandangannya yang buram, ia melihat seorang pria mendekat padanya dan meniduri dirinya di atas kasur. Pria itu terus memaksakan dirinya pada Dara. Ia terus menciumi dara terus menerus. Dara yang setengah sadar terus menerus merontak, berusaha melepaskan dekapan pria itu.
"Jangan, tolong jangan lakukan ini. Tolong lepasin aku."ucap dara yg kini air matanya sudah mengalir.
Pria itu tak menghiraukan Dara, ia terus beraksi dengan hawa nafsunya. Kini dara merasakan kesakitan karena dorongan kuat pria itu.
"Hentikan. Ahhk..."desis Dara.
Pria itu terus melakukan dorongan terus menerus hingga mencapai kenikmatan. Dara hanya pasra dengan apa yang terjadi. Ia tidak tau siapakah pria yang telah merenggut kehormatannya. Pria itu sejenak berhenti dan berbisik pada Dara.
"Kamu tenang saja, aku akan bertanggung jawab."ucap pria itu dan langsung melanjutkan aksinya lagi.
Selang beberapa menit berlalu kini pria itu sudah selesai dan membersihkan dirinya. Dara di tinggal terengah-engah. Namun tak kuat untuk membuka matanya lagi. Ia pun kembali tak sadarkan diri.
5 jam berlalu, jam kini menunjukkan pukul 06.00. Dara pun sadar dan terkejut mendapati dirinya tanpa busana dan hanya di selimuti di kamar hotel. Dara menangis sejadi jadinya karena kehormatannya kini sudah di renggut oleh seorang pria tidak dikenal. Ia bingung apa yang harus ia katakan pada keluarganya, terlebih pada calon suaminya. Padahal ia akan segera menikah dan membangun rumah tangga bersama pujaan hatinya. Tapi sangat di sayangkan, hal menjijikkan ini terjadi padanya.
"Ini ngak mungkin, ini ngak mungkin terjadi." Ucap Dara dengan tangisan.
"Siapa dia? Siapa yang tega lakuin ini sama aku? Siapa?"ucap Dara histeris dan terlihat sangat kacau.
Dara pun memilih membersihkan dirinya dan segera pulang.
Sesampainya di rumah, baru saja masuk, Dara di sambut dengan tamparan keras oleh ayahnya. Saking kerasnya sampai Dara tersungkur di lantai. Pipinya menjadi merah.
"Dasar anak kurang ajar. Tidak tau malu. Berani-beraninya kamu pulang ke sini setelah menghabiskan malam di hotel bersama laki-laki lain."ucap papanya Dara yang bernama Arman Abhimana Fauza, Seorang pengusaha sukses. Papanya terlihat sangat marah.
Dara terkejut karena papanya bisa tau apa yang terjadi.
"Sini kamu."ucap Arman menarik kasar Dara.
"Apa yang ada di dalam pikiran kamu? Sampai kamu melakukan hal menjijikkan seperti ini. Memalukan. Kamu ngak mikirin repotasi keluarga ini? Apalagi kamu itu akan segera menikah. Kamu ngak mikirin perasaan Aldo? Gimana perasaan Aldo sama keluarganya?"ucap Arman.
Dara hanya menunduk dan tak mampu menatap mata papanya. Hanya air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Mata Dara sampai bengkak karena menangis.
Arman langsung melempar beberapa foto pada Dara, foto dirinya bersama seorang pria di kamar hotel. Entah siapa yang memberikan foto-foto itu pada Arman. Apa ini sebuah siasat?...
"Pa, papa jangan marah gitu sama kak Dara. Kita dengerin dulu penjelasan kak Dara, mungkin aja kak Dara ngak tau apa-apa, dan mungkin aja kak Dara itu korban." Ucap gadis itu yang merupakan adik tiri Dara yang bernama Ayra Shirly Fauza.
Ayra yang hendak memeluk dara pun langsung di dorong oleh Dara.
"Kamu jangan pura-pura ngak tau Ra. Kamu jelas tau apa yang terjadi dan kenapa kejadian ini bisa terjadi?" Ucap Dara dengan wajah marah.
"Maksud kakak apa? Aku ngak ngerti?" Tanya Ayra.
"Tega banget kamu lakuin ini sama kakak kamu, tega kamu" ucap dara yang terus menangis sambil mendorong Ayra.
"Udah stop Dara. Kenapa kamu malah menuduh Ayra? Udah jelas-jelas kamu yang salah." Ucap Arman.
"Kok kakak ngomongnya kayak gitu? Aku ngak tau apa-apa kak. Oke mungkin maksud kakak, aku salah karena udah bikin pesta itu, yang akhirnya membuat hal ini terjadi. Tapi gimana aku bisa tau kak, kalau akan ada kejadian seperti ini? Aku cuman pengen bikin pesta itu untuk kakak, merayakan kebahagiaan, karena kakak akan menikah. Lagian dari semalam aku nyariin kakak, tapi aku sama sekali ngak tau kakak ada dimana. Semua teman-teman kakak juga ikut nyariin. Sampai akhirnya foto itu datang dan!" Ucap Ayra terhenti.
"Udah. Ayra, kamu jangan jelasin apa-apa sama dia. Udah salah malah menyalahkan orang lain. Sekarang kamu pergi dari sini"ucap Arman.
"Pa, tolong jangan usir aku pa. Semua ini bukan salah aku pa, aku ngak tau apa-apa. " Ucap Dara memohon.
"Keluar kamu dari rumah ini. Mulai sekarang kamu bukan siapa-siapa lagi. Kamu bukan lagi anak saya. Saya ngak rela punya anak kayak kamu. keluar" ucap Arman.
Dara pun di tarik keluar oleh satpam serta semua kopernya. Dara hanya pasra.
"Jangan ada yang menyebut nama wanita itu di rumah ini, karena wanita yang bernama Dara itu sudah mati. Ngerti?" Ucap Arman kepada Ayra serta para pelayannya.
"Akhirnya, semua rencana aku berhasil juga" batin Ayra dengan senyuman licik saat melihat Dara di usir.
Ternyata Ayra adalah dalang di balik kejadian yang menimpah Dara. Ia sengaja melakukannya agar pernikahan Dara batal. Ayra sangat iri sama Dara karena Dara akan menikah dengan anak pengusaha terbesar Indonesia. Ia tak ingin Dara mendapati hidup mewah, sedangkan dirinya tidak. Apalagi Ayra sudah naksir berat dengan calon suami Dara saat pertama kali mereka bertemu saat Dara mengenalkan pada keluarganya.
Bahkan ia semakin benci karena keluarga kedua belah pihak menyetujui hubungan mereka, hingga akhirnya akan menikah. Tapi sayang, kebencian Ayra mengubah segalanya.
Prov Dara...
Dara hanya menangis sepanjang perjalanan. Ia pun berhenti dan duduk di halte. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya.
"Dara?"ucap seorang gadis yang keluar dari mobil itu dan langsung menghampiri Dara. Ternyata dia adalah Aleta Rosalie Rawal, sahabat baik Dara.
"Aleta?"ucap Dara yang juga terkejut.
"Lo dari mana aja? Semalam gue sama yang lain nyariin Lo, Lo ngakpapa kan?" Ucap Aleta cemas.
"Iya, gue ngakpapa."ucap Dara singkat.
"Terus ini apa? Kenapa Lo bawa koper?" Tanya Aleta.
"Gue, gue diusir sama bokap?"ucap dara.
"Di usir? Kenapa?"tanya Aleta.
"Ceritanya panjang. Nanti gue jelasin."ucap Dara seraya menghapus air matanya.
"Ya udah. Kalau gitu Lo ikut kerumah gue dulu. Yuk"ucap Aleta.
Dara langsung mengiyakan dan ikut bersama Aleta. Sesampainya di rumah Aleta, dara langsung masuk dan di sambut oleh adik Aleta yang bernama Rani Zulfa Rawal.
"Halo kak."ucap Rani menyapa.
"Halo Ran. Maaf ya jadi ngerepotin?"ucap Dara sambil duduk di sofa.
"Ngak kok kak, sama sekali ngak ngerepotin. Kakak mau minum apa? Biar aku bikinin?" Tanya Rani.
"Ngak usah Ran."ucap Dara menolak.
"Kenapa ngak sih Dar? Lo itu kelihatan lemes banget. Biar gue siapin makan buat Lo."ucap Aleta dan langsung berjalan menuju dapur.
"Ngak usah Ta, gue ngak mau ngerepotin Lo."teriak Dara.
Selang beberapa menit, Aleta datang membawa makanan dan minuman untuk Dara.
"Nih, sekarang lo makan yang banyak biar Lo ada tenaga. Lo tuh lemes banget tau ngak. Muka Lo juga pucat."ucap Aleta.
"Ini semua ngak perlu Ta. Gue juga ngak laper, ngak nafsu makan pula."ucap Dara.
"Udah. Ngak usah banyak alasan. Makan "ucap Aleta memaksa.
Dara pun terpaksa nurut untuk makan.
Setelah selesai makan, Dara langsung mandi. Usai mandi Dara pun duduk di ruang keluarga bersama Aleta dan Rani.
"Ta, nyokap bokap Lo mana? Dari tadi gue ngak lihat"tanya Dara.
"Nyokap bokap udah berangkat tadi subuh keluar kota. Bokap gue lagi ada pertemuan penting sama kliennya, jadi nyokap juga ikut buat nemenin. Palingan cuman 3 hari doang, setelah itu balik"ucap Aleta.
"Oh gitu."ucap Dara.
"Sekarang gue mau nanya sama Lo. Lo kenapa sampai bisa di usir sama bokap Lo? Apa coba alasannya?"tanya Aleta.
Terlihat Dara tengah duduk di sofa bersebelahan dengan sahabatnya Aleta. Dara pun menceritakan segalanya kepada Aleta. Alhasil Aleta sangat marah.
"Jelas-jelas Ayra yang maksa Lo ke tempat itu, tapi kenapa Lo yang sepenuhnya disalahkan? Kejadian ini ngak akan pernah terjadi kalau Ayra ngak maksain buat bikin pesta itu. Kentara banget kalau bokap Lo itu pilih kasih." Ucap Aleta.
Dara diam sembari memeluk lututnya. Ia sedikitpun tak menanggapi apa yang dikatakan Aleta. Sebab ia sudah tahu bahwa sang ayah dari dulu lebih menyayangi Ayra dibandingkan dirinya. Bertahun-tahun hidup bersama, ada beberapa hal yang selalu terjadi di kediaman Fauza.
Jika Dara menginginkan sesuatu, Ayra pasti akan memintanya. Disaat itu, Arman pasti memaksa Dara untuk mengalah dan memberikan miliknya kepada Ayra. Jika Ayra melakukan kesalahan, Dara lah yang akan dihukum dengan alasan tidak memerhatikan dan menjaga adiknya.
Semua yang Dara miliki harus Ayra dapatkan dan semua yang Ayra miliki tidak boleh dimiliki oleh Dara. Hanya benda yang tidak Ayra inginkan yang bisa menjadi milik Dara. Karena hal-hal itu, Dara dan ayra memiliki penampilan dan sikap yang jauh berbeda. Dara sederhana dan pendiam, sedangkan Ayra glamor dan keras kepala. Kalau diumpamakan, Dara terlihat seperti anak pelayan dan Ayra adalah anak majikannya.
Anda mama masih hidup dan papa tidak menikah lagi. Apa perlakuan papasama aku akan berbeda? Pertanyaan seperti itulah yang sering kali melambung dibenak Dara.
Vina Regina Vandella, ibu kandung Dara dan istri pertama Arman, meninggal karena sakit keras saat Dara baru berusia 3 tahun. Walaupun samar, tapi Dara ingat bagaimana ibunya itu mewasiatkan dirinya untuk selalu menurut dan patuh kepada sang ayah. Itulah alasan Dara tak banyak menuntut kepada Arman. Namun saat ini, apa Dara bahkan tidak berhak menuntut keadilan? Ingin menyalahkan siapapun juga sama saja. Nasi sudah menjadi bubur. Kesucian Dara tidak akan bisa kembali, sang ayah juga sudah mengusirnya, bahkan calon suaminya sudah enggan bertemu dengannya.
Melihat kesedihan Dara yang mendalam, Aleta merasa sangat prihatin, dia memeluk Dara dan berkata.
"Ngak peduli apa yang terjadi, gue akan selalu ada buat Lo Dar" ucap Aleta dan membuat mata Dara sontak berair. Gadis itupun mulai menangis sejadi jadinya dalam pelukan teman baiknya itu. Ayah kandungnya saja enggan untuk mendengarkan penjelasannya, sedangkan sahabatnya yang sama sekali tak ada hubungan darah lebih bersimpati kepadanya. Walau bersyukur, tapi hal ini membuat Dara sungguh sakit hati. Kenapa ayahnya begitu kejam?
Beberapa jam berlalu dengan Dara menangis dalam pelukan sahabatnya itu. Hanya ketika tangisannya berhenti barulah Aleta berujar.
"Sekarang Lo istirahat aja, Lo pasti capek" ucap Aleta.
Dengan mata bengkak, Dara membalas.
"Makasih banyak yah Ta? Lo emang sahabat terbaik gue. Gue berutang banyak sama Lo" ucap Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments