Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Di Candain Umi Tiah
Setelah selesai makan siang, Umi Tiah memberitahukan pada adiknya, bahwa kakak iparnya Ustadz H Furqon tidak bisa pulang untuk beberapa hari kedepan, dalam percakapannya di telfon beliau meminta kepada Ustadz Adin untuk menggantikannya lagi mengisi acara pengajian bulanan di kampung sebelah, lokasinya di Majid Nurul Huda.
Sebelumnya beliau tidak mengira kalau kepergiannya kali ini akan memakan waktu untuk beberapa hari. Hingga tak terpikirkan olehnya untuk memberitahukan kepada adik iparnya di awal awal sebelum dia berangkat pergi.
Karena Ustadz Adin sangat menghormati dan menjunjung tinggi kakak iparnya itu, juga dia tidak mau nama besar kakak iparnya jatuh di mata masyarakat, hanya gara - gara tidak bisa memenuhi tugas pengajian yang di adakan di kampung sebelah, karena kepergiannya itu yang tanpa di rencanakan. Oleh sebab itulah dan dengan senang hati Ustadz Adin yang akan menggantikan kakak iparnya mengisi pengajian di masjid Nurul Huda lusa. Hitung - hitung ia mencari pengalaman hidup dalam menghadapi masyarakat luas. Setelah mengantongi amanat dari kakak iparnya Ustadz Adin memohon diri kepada kakaknya untuk pulang kembali ke kontrakannya, sebelum pulang Sang Ustadz mengganti dulu pakaiannya di kamar yang biasa di tempati nya kalau dia menginap.
Kebetulan juga Syifa Fauziyah mau pulang. Namun ia tidak membawa kendaraan sendiri karena berangkat ke pengajian tadi, dia di antar sama sahabatnya Mala, sebenarnya Syifa Fauziyah ingin sekali meminta pada Ustadz Adin untuk mengantarnya pulang ke rumah, sekaligus biar Sang Ustadz tahu di mana rumahnya, kalau sudah tahu kan, barangkali sang Ustadz bisa sering sering mampir kerumahnya. Soalnya selama ini, meskipun Ustadz ini, eh..Bukan.. maksudnya waktu itu dia masih di anggap sebagai Tukang Ojek langganannya oleh Syifa, jadi meskipun Tukang Ojek ini sudah sering mengantar jemput dirinya ke tempat kuliah, dan itu pun bukan dari rumahnya. Melainkan Syifa minta dianterin oleh seorang sopir pribadi keluarganya dan berhenti di tempat yang tidak terlalu jauh dari pangkalan ojek itu, tempat pertama kali mereka bertemu.
Karena Syifa sering kali beralasan pada sopirnya ingin berangkat bareng bersama teman - temannya, dan temannya itu menyuruh Syifa menunggu di tempat ini dan sopir pribadinya tidak mau ambil pusing dan hanya bisa menuruti keinginan dari nona mudanya. Kemudian Syifa menghubungi Tukang Ojek ini untuk mengantarnya ke tempat kuliah. Sehingga Sang Ustadz belum tahu di mana rumah gadis yang sering di antarkan nya.
Tapi pemikiran itu segera di tepis olehnya sendiri, bukannya apa-apa ia takut akan timbulnya fitnah yang tidak mengenakan pada diri sang Ustadz. Karena melihat mereka berdua berboncengan naik motor, apalagi mereka berdua yang satu sangat tampan menawan dan yang lainnya cantik jelita, kalau-kalau saja ada yang iri melihat mereka berdua - dua-an bisa gawat jadinya.
Sementara mereka berdua bukan lah mahram, takutnya ada selentingan gosip yang tidak mengenakan. Karena gosip tetangga itu sangatlah kejam, apalagi sekarang kan zamannya Smartphone yang canggih. Kalau ada warga +62 yang kurang senang melihat mereka berdua, atau barang kali cemburu, bisa saja kan di unggah di sosial media. Dengan judul "Ustadz Nyentrik Bonceng Cewek Cantik" Syifa Fauziyah tidak mau hal seperti itu terjadi padanya, pada orang yang amat dikaguminya. Masalah sekecil itu yang cuma mengantarkannya pulang ke rumah malah akan menjadi masalah yang rumit jika diketahui oleh awak media. Namun itu hanyalah pemikiran sepihak dari Syifa saja, yang terlalu mengkhawatirkan orang yang telah merebut hatinya.
"Berbeda halnya jika seorang pemuda sudah jatuh cinta pada seorang gadis, apa pun status dan kedudukannya di mata masyarakat, jika mereka memang sama - sama mencinta, seribu cara pun pasti bisa di lakukan nya, jangankan itu cuma hanya mengantarkannya saja pulang ke rumah, membawa kabur seorang gadis dari rumahnya pun tanpa sepengetahuan orang tuanya pasti bisa dilakukannya dengan mudah, apabila cinta sudah bertahta di dalam hatinya, seribu cara pun pasti di lakukannya!".
Sementara itu Umi Tiah yang melihat Syifa Fauziyah yang terlihat seperti lagi merenung, ia menghampirinya timbul di hatinya untuk menggoda gadis cantik ini dan ia pun bertanya padannya.
"Kenapa kamu termenung Fah, bukan kah katanya kamu mau pulang?"
"Eh, i-ya Mi, tapi aku nggak bawa kendaraan, kesini juga aku nebeng sama si Mala, terus sekarang si Mala nya juga belum datang - datang, di hubungi Handphonenya malah pake acara nggak aktif segala lagi!"
"Kenapa pulangnya nggak sekalian bareng sama Ustadz Adin aja, kan dia juga bawa motor sendirian! kebetulan sekali dia juga mau pulang sekarang, katanya kamu kan sudah sering di anter jemput sama dia ke kuliah. Kenapa nggak sekalian saja minta tolong padanya, untuk di anterin pulang ke rumah. Pasti dia tidak akan menolaknya kan?
"Ahh.. Umi.... Itukan dulu, sebelum aku tahu, kalau dia sebenarnya, eh maksudku beliau, sebenarnya bukanlah tukang ojek, seperti yang aku kira, melainkan seseorang yang sedang menunggu temannya, lagian waktu itu juga aku sedang terburu - buru, takut terlambat, pas lihat beliau ada di pangkalan ojek, aku menyangka beliau sedang menunggu penumpang, ya aku gak berpikir panjang lagi minta di anterin sama beliau!"
"Apa bedanya dulu dan sekarang? Kata Umi Tiah mengatakannya tanpa beban
"Mmmm ya jelas beda dong Umi...!, Dulu kan aku belum tahu siapa dirinya dan kalau sekarang aku sudah tahu bahwa beliau adalah seorang Ustadz, bukannya Tukang Ojek yang aku duga, terus terang kalau mengingat kejadian itu aku jadi malu Mi!?"
"Hmm.. kejadian apa nih maksudnya?" Ledek Umi Tiah sambil menggoda Syifa Fauziyah.
"Ya kejadian itu Umi! Emang Umi pikir kejadian apa ihh?" jawab Syifa Fauziyah.
Dengan mimik wajahnya sedikit di buat cemberut, agar Umi Tiah kasihan padanya dan tidak lagi menggodanya
"Kejadian itu apanya? Ngomong itu yang jelas atuh neng?"
"Ihh...Umi... mah gitu, seneng bikin orang jadi malu!"
"Cie.. ciee...malu ceritanya?!. Malau apa mau nih..hik.. hik ..hik..?"
"Ihh..U-miiii..!!"
Tiba-tiba di tengah-tengah asyiknya mereka bercanda, ada suara yang mengejutkan keduanya, Umi Tiah dan Syifa Fauziyah juga tahu suara siapa itu. Dia Ustadz Adin yang sudah merubah penampilannya kembali, tidak lagi bertampang seperti Ustadz tadi, melainkan penampilannya sekarang ini seperti Tukang Ojek kebanyakan, dengan memakai celana jeans panjang dan jaket warna hitam kesukaannya lengkap dengan helmnya. Melihat penampilannya yang seperti itu Umi Tiah juga bergumam di dalam hatinya. "Walah.. walah.. dek, tidak salah lagi, pantesan Syifa mengiramu Tukang Ojek dek, adu dek?" Gumamnya sambil geleng kan kepalanya.
"Ehmmm.. hmm.. Kak aku pulang dulu yah?" Kata Ustadz Adin.
"Ooh.. Ya udah kamu harus hati-hati yah dek, jangan ngebut - ngebut bawa motornya, jaga keselamatan diri sendiri, oh, iya.. jangan sampai lupa yah, jadwal pengajian malam rabu lusa di masjid Nurul Huda?"
"Insya Allah kak!"
"Ehh sebentar.. sebentar dek, kamu sekalian juga anterin nih penumpang cantik langganan mu ini. Awas ingat, jangan sampai di apa-apain?" goda Umi Tiah pada mereka berdua.
"Tenang aja kak, nggak usah khawatir, lagian juga kalau mau ngapa-ngapain harus punya SIM dulu toh, harus melapor ke bapak Wali dan Penghulu dulu, iya kan?!" Balas Ustadz Adin, menanggapi candaan kakaknya.
Sementara Syifa Fauziyah yang mendengar candaan mereka berdua, antara kakak perempuan dan adik laki-lakinya yang melibatkan serta dirinya, kini wajahnya bersemu merah dan menjadi salah tingkah, antara senang dan malu bercampur menjadi satu.