Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~11
"Tunggu !!" ucap Kendra saat melihat Kirana pergi dan mengabaikan keberadaannya.
Kirana yang tadinya pura-pura tak melihat keberadaan pria itu pun akhirnya menghentikan langkahnya lantas berbalik badan.
"Pak Kendra ?" ucapnya berpura-pura terkejut.
"Bapak belum tidur ?" imbuhnya berbasa-basi.
"Saya lapar." ucap Kendra.
Kirana nampak bingung harus bagaimana menanggapinya apa pria itu sedang memintanya untuk membuatkannya makan?
"Buatkan saya makanan apa saja yang bisa di makan dan nyalakan lampunya !!" perintah Kendra kemudian.
"I-iya pak." Kirana segera menekan tombol lampu utama hingga kini ruang makan tersebut nampak terang, lantas wanita itu bergegas ke dapur yang berada tak jauh dari sana.
Kirana mengambil beberapa bahan makanan dan mulai memasaknya, sementara Kendra nampak beralih ke ruang keluarga dan menyalakan televisi di sana.
"Silakan, pak. Apa masih ada lagi ?" ucap Kirana seraya meletakkan sepiring capcay di atas meja.
"Duduklah, temani saya makan !!" perintah Kendra kemudian yang tentu saja membuat Kirana langsung terkejut, apa ia tidak salah dengar?
"Apa kamu tidak mendengar saya? duduk di sana sampai saya selesai makan !!" ulang Kendra lagi yang langsung membuat Kirana dengan ragu menghempaskan bobot tubuhnya di sofa tak jauh dari pria itu, seandainya mantan ibu mertuanya itu melihatnya duduk di sana pasti akan murka.
Kendra nampak mengambil piring di hadapannya tersebut kemudian ia segera memakannya, namun baru satu sendok masuk ke dalam mulutnya pria itu langsung terdiam.
"Kenapa rasanya sama seperti masakan Kirana ?" gumamnya, lalu matanya nampak mencuri pandang ke arah wanita yang sedang fokus melihat siaran televisi di hadapannya tersebut.
Di lihat darimana pun mereka adalah dua orang yang berbeda, istrinya memiliki kulit putih sementara wanita di sebelahnya itu berkulit sangat gelap. Meskipun keduanya memiliki sorot mata yang hampir sama, tapi entahlah karena Kendra belum pernah melihat pembantunya itu tanpa kaca mata.
"Kamu belajar masak darimana? kamu bilang dari panti asuhan bukan? jadi apa kamu belajar di sana ?" ucap Kendra di sela kunyahannya.
"Benar pak, saya belajar di sana." sahut Kirana.
Kendra nampak mengangguk-angguk kecil, istrinya dulu juga pintar sekali memasak mungkin semua yang tinggal di panti di ajarin memasak hingga membuat mereka pandai.
"Ngomong-ngomong kenapa kamu pakai kacamata yang lumayan tebal, apa sudah sangat parah daya penglihatanmu ?" tanya Kendra ingin tahu.
"Saya minus 5 pak jadi harus pakai kacamata." dusta Kirana, karena sebenarnya penglihatannya baik-baik saja dan dia pun hanya asal sebut saja.
"Kamu serius? lebih baik di operasi sebelum kamu benar-benar tidak bisa melihat." saran Kendra.
Mendapatkan perhatian Kirana bukannya senang malah terbesit perasaan cemburu, karena mantan suaminya itu telah memberikan perhatian pada wanita lain karena memang pria itu menganggap dirinya adalah orang lain.
"Saya tidak memiliki banyak uang untuk melakukan itu pak, lagipula pakai kacamata juga sudah lumayan nyaman buat saya." terang Kirana menanggapi.
"Jika kamu mau saya yang akan membiayai operasinya." tukas Kendra namun Kirana langsung menggeleng cepat.
"Ti-tidak pak, tidak perlu." tolaknya, matanya masih sangat sehat untuk apa di operasi.
Mantan suaminya itu memang benar-benar sangat dermawan dan berbeda jauh sekali dengan ibu mertuanya yang sangat perhitungan.
"Baiklah, saya sudah selesai. Tolong buatkan saya kopi, kepala saya sedikit sakit akhir-akhir ini !!" perintah Kendra kemudian, sepertinya efek pengar karena mabuk semalam belum juga hilang.
Ia memang bukan peminum yang handal namun ia juga sesekali mencobanya saat sedang merasa kalut, seandainya istrinya masih ada wanita itu pasti akan menceramahinya. Sepertinya Kendra benar-benar merindukan sosok wanita itu saat ini.
Beberapa saat kemudian Kirana nampak meletakkan segelas kopi di hadapan pria itu. "Silakan pak." ucapnya.
"Ira, apa kamu bisa memijit kepala saya ?" tanya Kendra kemudian.
"Me-mimijit bapak ?" ucap Kirana tak percaya.
"Hm, sakit sekali kepala saya yang bagian depan." keluh Kendra.
"Ta-tapi pak..."
"Sebentar saja, saya tidak bisa tidur jika seperti ini terus." ucap Kendra dengan nada memohon, sepertinya pria itu memang sangat kesakitan dan itu membuat Kirana merasa kasihan.
"Ba-baik pak." Kirana nampak ragu menggeser duduknya dekat pria itu, seandainya mantan suaminya itu menyuruhnya sebagai seorang Kirana tentu saja ia akan melakukannya tapi kini pria itu menyuruh dirinya yang sebagai wanita lain dan itu lagi-lagi membuatnya cemburu.
Kemudian Kirana segera memijit kepala pria itu, tentu saja ia tahu bagaimana caranya karena dahulu ia sering melakukannya.
Biasanya mereka akan saling memijit dan setelah merasa enakan maka mantan suaminya itu akan melanjutkan lagi dengan kegiatan lain yang tentunya akan lebih menguras keringat mereka.
"Pijatanmu sangat enak Ra." puji Kendra beberapa saat kemudian seraya memejamkan matanya, entah Ra siapa yang pria itu maksud. Ira atau Kirana sang mantan istri.
"Sepertinya semalam anda terlalu banyak minum pak, saya tidak tahu masalah apa yang sedang bapak hadapi tapi bukan jalan yang baik jika melampiaskannya pada minuman. Mungkin saat itu bapak akan merasa sedikit lebih baik, tapi efeknya pasti berkepanjangan dan akan menambah masalah baru lagi seperti saat ini. Bapak pasti tidak nyaman bekerja dan sangat terganggu bukan? bahkan mungkin seharian ini bapak telah melewatkan beberapa meeting penting hanya karena keadaan bapak yang tidak mungkin untuk hadir." ucap Kirana mengalir begitu saja dan itu membuat Kendra langsung membuka matanya.
Entah apa yang merasuki pria itu karena tiba-tiba mendorong tubuh Kirana hingga terlentang di sofa lalu segera mengungkungnya.
"Ra, aku merindukanmu Ra." lirih Kendra lantas m3lum4t bibir wanita itu dengan rakus seakan tiada hari esok.
Di perlakukan seperti itu tentu saja Kirana langsung memberontak namun tenaganya yang tak seberapa membuat wanita itu tak bisa berbuat banyak.
Saat ciuman pria itu mulai melembut dan cekalannya mulai melonggar Kirana langsung mendorong dadanya dan segera bangkit.
"A-apa yang anda lakukan pak ?" ucapnya tak terima, karena pria itu mencium dirinya yang sebagai wanita lain.
Kendra yang baru menyadari perbuatannya nampak mengusap wajahnya dengan kasar, bagaimana mungkin ia menganggap pembantunya adalah sosok Kirana sang istri.
"Aku tak sengaja, sebaiknya lupakan kejadian malam ini dan anggap saja tidak pernah ada." tegas Kendra tanpa perasaan lantas segera beranjak bangun dan berlalu pergi dari sana, sementara Kirana segera masuk ke dalam kamarnya.
Keesokan harinya.....
Pagi itu Kendra nampak menuruni anak tangga dengan wajah segarnya, sepertinya pria itu nyenyak tidur semalam.
"Pagi sayang, bagaimana tidurmu ?" sapa dang ibu.
"Lumayan." sahut Kendra singkat.
Kirana yang sedang membantu bik Asih menghidangkan makanan nampak melirik ke arah pria itu, namun mantan suaminya itu bersikap acuh seperti yang di katakan semalam anggap saja semuanya tidak pernah terjadi.
"Mama sudah menyiapkan semuanya untuk acara pertunanganmu dengan Alexa akhir bulan ini." terang sang ibu lagi yang langsung membuat Kirana menjatuhkan sendok dan sontak membuat semua orang menatap ke arahnya.
habiskannnnnnnn.....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣