Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.
Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.
Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Tak Terduga
Pagi itu, Alyssa sedang menikmati waktu santainya di taman belakang rumah ketika seorang pria tak dikenal mendekat dengan langkah mantap. Pakaiannya lusuh, dengan wajah yang tampak lelah dan sedikit gelisah. Alyssa segera merasa curiga dan bersiap untuk menghindar, tetapi pria itu tampak mengenalinya.
“Maaf, Bu Alyssa?” tanyanya dengan suara serak.
Alyssa mengangguk, meski tetap menjaga jarak. “Ya, saya Alyssa. Anda siapa?”
Pria itu menghela napas panjang, seakan menyiapkan diri untuk pembicaraan yang berat. "Nama saya Jaka, mantan pegawai keluarga Pak Arka. Saya dulu bekerja untuk ibu Arka, dan ada sesuatu yang harus saya sampaikan kepada Anda.”
Alyssa merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sambil menahan debaran jantungnya, ia mengangguk perlahan. "Silakan lanjutkan."
Jaka melihat sekeliling, memastikan tak ada orang lain yang mendengar. "Saya tahu mungkin ini mengejutkan, tapi ada sesuatu yang tidak Anda ketahui tentang masa lalu Arka dan ibu Dito."
Alyssa terdiam, berusaha menenangkan dirinya, meski pikirannya mulai berputar mencari jawaban. Selama ini, ia berusaha memahami dan menerima latar belakang Arka, termasuk anak dari hubungannya yang tersembunyi itu. Namun, apa yang disampaikan Jaka seolah menyiratkan ada sisi lain yang belum ia ketahui.
“Sebenarnya apa yang Anda maksud?” Alyssa mencoba mengendalikan suaranya yang sedikit bergetar.
Jaka menundukkan kepalanya sejenak, lalu melanjutkan. “Ibu Dito bukan sekadar masa lalu. Dia adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidup Arka. Mereka memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dan rumit daripada yang Anda bayangkan, bahkan sebelum anak itu lahir.”
Alyssa terdiam, merasakan perasaan cemas dan bingung bercampur jadi satu. Ia mendengar Jaka terus bercerita, mengungkapkan bagaimana ibu Dito sebenarnya pernah mencoba merebut Arka kembali. Meski selama ini Arka mengatakan bahwa hubungannya dengan ibu Dito sudah selesai, Alyssa kini merasa bahwa ada bagian dari cerita yang tak sepenuhnya jujur. Rasa percaya dirinya pada Arka mulai goyah.
"Mengapa Anda menceritakan ini sekarang?" Alyssa bertanya dengan suara lirih.
Jaka menghela napas panjang. “Saya merasa Anda perlu tahu. Selama ini, keluarga Arka menjaga rahasia ini demi menjaga reputasi mereka. Tapi, saya merasa tidak adil jika Anda tidak tahu kebenarannya.”
Setelah Jaka pergi, Alyssa kembali ke rumah dengan perasaan berkecamuk. Ia memandang potret pernikahannya dengan Arka yang tergantung di dinding ruang tamu. Potret itu, yang biasanya membuatnya merasa tenang, kini terasa asing. Ia bertanya-tanya apakah selama ini ia hanya melihat sisi yang ingin Arka tunjukkan padanya.
Malam itu, ketika Arka pulang, Alyssa masih berusaha menata hatinya. Namun, rasa ingin tahunya terlalu kuat. Saat mereka duduk bersama di ruang makan, Alyssa tak bisa menahan diri untuk bertanya.
“Arka, ada yang ingin kutanyakan,” katanya, berusaha terdengar tenang.
Arka menoleh, mengangkat alisnya. “Apa itu, Alyssa?”
“Aku bertemu seseorang tadi... Mantan pegawai keluargamu. Dia menceritakan beberapa hal tentang masa lalu hubunganmu dengan ibu Dito,” ujar Alyssa dengan hati-hati, memperhatikan reaksi Arka.
Wajah Arka seketika berubah tegang. “Apa yang dia katakan padamu?” tanyanya dengan nada datar, tetapi Alyssa bisa merasakan ada ketegangan yang tersembunyi di balik nada suaranya.
“Dia mengatakan bahwa ada banyak hal yang tidak kau ceritakan padaku. Bahwa hubunganmu dengan ibu Dito bukan sekadar masa lalu biasa. Bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari yang aku ketahui.”
Arka terdiam, ekspresinya berubah menjadi sedikit muram. Ia menghela napas panjang, tampak bingung harus mengatakan apa. Setelah beberapa detik hening, Arka akhirnya membuka suara.
“Alyssa, aku tidak pernah berniat menyembunyikan apa pun darimu, tetapi ada hal-hal yang lebih baik tetap menjadi bagian dari masa lalu. Aku sudah berusaha melepaskan diri dari semua itu demi masa depan kita.”
Namun, penjelasan itu hanya membuat Alyssa semakin ragu. “Aku hanya ingin tahu kebenarannya, Arka. Apakah ada yang belum kau ceritakan padaku tentang dia?”
Arka menatap Alyssa dalam-dalam, dan ada kesedihan yang terpantul di matanya. “Ibu Dito memang pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, Alyssa. Tapi itu sudah lama berlalu, dan aku mencoba mengubur semua kenangan itu demi kita.”
Mendengar jawaban Arka, Alyssa merasa perasaannya semakin kacau. Di satu sisi, ia memahami bahwa semua orang memiliki masa lalu, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa ada sesuatu yang belum sepenuhnya jujur dalam hubungan mereka. Dan kini, ia dihadapkan pada dilema besar menerima penjelasan Arka dan mempercayainya, atau terus menggali lebih dalam, meskipun ia tahu hal itu bisa membuka luka lama yang mungkin akan menyakiti mereka berdua.
Di akhir malam itu, Alyssa merenung sendirian di kamarnya, memikirkan langkah yang harus ia ambil. Meski cintanya pada Arka begitu besar, keraguannya tak mudah diabaikan. Kini, ia hanya bisa berharap bahwa keputusannya untuk mencari tahu lebih lanjut atau mempercayai Arka sepenuhnya tidak akan menghancurkan pernikahan yang telah ia perjuangkan.
Keesokan harinya, bayangan percakapan dengan Jaka masih menghantui Alyssa. Setiap kali ia mencoba meyakinkan dirinya untuk mempercayai Arka, suara-suara keraguannya kembali muncul. Dia mulai mempertanyakan segala hal yang selama ini ia anggap pasti dalam pernikahannya. Meski ia ingin mempercayai Arka, setiap hal kecil yang ia temukan di sekitarnya tampak seolah menyiratkan sebuah rahasia yang belum terungkap.
Saat sore menjelang, Alyssa memutuskan untuk berbicara dengan sahabatnya, Rina. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota, tempat yang selama ini menjadi tempat berbagi cerita mereka.
Rina langsung merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat wajah Alyssa yang terlihat lebih murung. "Alyssa, ada apa? Kamu kelihatan nggak seperti biasanya."
Alyssa tersenyum tipis, lalu menarik napas panjang. "Aku... menemukan sesuatu tentang Arka, Rina. Hal yang selama ini tidak pernah aku tahu."
Rina menatapnya penuh perhatian. "Apa maksudmu? Tentang ibu dari anak itu?"
Alyssa mengangguk. "Ya. Aku bertemu dengan mantan pegawai keluarga Arka kemarin. Dia mengatakan bahwa hubungan Arka dengan ibu Dito jauh lebih rumit dari yang aku bayangkan. Dan Arka... Dia tidak sepenuhnya jujur padaku soal itu."
Rina terdiam sejenak, menimbang kata-katanya. "Kamu sudah menanyakan langsung ke Arka?"
"Aku sudah mencoba. Dia bilang itu semua bagian dari masa lalu, dan dia berusaha melupakan demi kita. Tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan."
Rina menghela napas. "Alyssa, kadang-kadang orang memang punya alasan untuk menyimpan sesuatu dari masa lalu. Mungkin dia takut itu akan menyakitimu, atau merusak hubungan kalian."
Alyssa menatap keluar jendela, merenungkan kata-kata sahabatnya. Di satu sisi, ia bisa mengerti bahwa Arka ingin melindungi hubungan mereka dari bayang-bayang masa lalu. Namun, di sisi lain, ia merasa berhak mengetahui kebenaran, terutama jika hal itu menyangkut pernikahan mereka.
Setelah beberapa lama berbincang dengan Rina, Alyssa merasa sedikit lega, meskipun keraguannya belum sepenuhnya hilang. Malamnya, ketika ia pulang, Alyssa melihat Arka sedang duduk di ruang kerja dengan ekspresi yang sulit ditebak. Alyssa tahu bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuk berbicara lagi, tapi kali ini dengan hati yang lebih terbuka.
“Ada yang mau aku tanyakan lagi, Arka,” ujar Alyssa, suaranya penuh ketegasan, tapi tetap lembut.
Arka mendongak, tampak terkejut. “Apa itu?”
Alyssa mendekatinya dan duduk di depannya, berusaha menatap mata suaminya dengan penuh keyakinan. “Aku hanya ingin kamu jujur. Aku butuh tahu semuanya, tanpa ada yang disembunyikan.”
Arka terdiam beberapa saat, seolah berusaha menemukan kata-kata yang tepat. “Alyssa... aku tidak ingin kamu terluka. Aku berusaha melupakan semuanya demi kita.”
“Tapi aku perlu tahu, Arka. Bukan hanya demi aku, tapi juga demi kita. Kalau ada hal yang belum selesai di masa lalumu, bukankah sebaiknya kita menghadapinya bersama?”
Arka menghela napas, lalu menundukkan kepalanya. “Baiklah, Alyssa. Akan kuceritakan semuanya.”
Alyssa merasa hatinya berdebar keras. Ia tidak tahu apa yang akan diungkapkan Arka, tapi ia merasa siap untuk menghadapi kenyataan, apa pun itu. Arka pun mulai bercerita tentang masa lalunya dengan ibu Dito, tentang bagaimana mereka saling mengenal, hubungan yang rumit di antara mereka, hingga akhirnya lahir Dito.
Alyssa mendengarkan dengan seksama, merasakan campuran antara kesedihan dan simpati terhadap Arka. Meski rasanya perih mengetahui semua itu, Alyssa juga merasa lega akhirnya mendengar kebenaran. Perlahan, ia menyadari bahwa Arka bukanlah sosok yang sempurna, tapi itu bukan berarti ia tak layak dicintai.
Malam itu, Alyssa dan Arka menghabiskan waktu mereka berbicara panjang, membahas apa yang perlu dilakukan untuk melindungi keluarga mereka dari bayang-bayang masa lalu. Alyssa tahu, perjalanan ini belum selesai, tapi untuk pertama kalinya, ia merasa memiliki harapan bahwa mereka bisa menghadapi rintangan ini bersama.
Di akhir pembicaraan, Arka menggenggam tangan Alyssa erat. “Maafkan aku, Alyssa, karena membuatmu merasa ragu. Aku berjanji akan lebih terbuka mulai sekarang.”
Alyssa tersenyum lembut, menyadari bahwa cinta yang tumbuh di antara mereka semakin kuat, meski melalui banyak luka dan keraguan. "Aku juga akan berusaha lebih mengerti, Arka. Kita hadapi ini bersama, apa pun yang terjadi."
Dengan perasaan lega, Alyssa dan Arka akhirnya merasa siap untuk melangkah ke depan, meninggalkan masa lalu yang penuh rahasia dan melangkah ke masa depan yang lebih jujur dan penuh kepercayaan.