perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Sihir Combat
Setelah pelajaran dengan Profesor Glast selesai, para siswa diberi waktu untuk beristirahat dan makan siang. Mereka berkumpul di ruang makan, berbincang satu sama lain sambil menikmati makanan yang disediakan. Lucas, Lina, Violet, dan Sylvara duduk bersama, meski obrolan mereka dipenuhi dengan rasa antisipasi untuk pelajaran selanjutnya.
Setelah makan siang, mereka menuju laboratorium untuk pelajaran alkimia. Begitu semua siswa sudah berada di dalam laboratorium, seorang profesor memasuki ruangan dengan langkah tenang. "Selamat siang, semua," ucapnya. "Nama saya Profesor Meyden, dan saya akan menjadi pengajar kalian untuk mata pelajaran alkimia."
Dalam novel yang ia baca, Profesor Meyden kelak akan menjadi dalang di balik penyerangan besar terhadap Akademi Eldoria, meskipun peristiwa itu masih cukup jauh di masa depan. Namun, mengetahui hal ini membuat Lucas merasa tidak nyaman berada di kelas yang diajar oleh seseorang yang suatu hari nanti akan menjadi ancaman besar.
Sambil terus mendengarkan penjelasan Profesor Meyden tentang dasar-dasar alkimia, Lucas diam-diam menyusun rencana. Ia tahu bahwa kehadiran Meyden di akademi adalah salah satu dari banyak ancaman yang akan dihadapinya di masa depan. Tapi, untuk saat ini, dia harus tetap tenang dan mempersiapkan diri.
Profesor Meyden mengamati para siswa sebelum memberi instruksi. "Hari ini, kalian akan membuat potion healing tingkat rendah. Ini adalah dasar alkimia, jadi pastikan kalian memperhatikan setiap langkah dengan seksama."
Siswa-siswa segera mulai bekerja, mengumpulkan bahan-bahan dan mulai meracik potion mereka. Lyra, yang tampak sangat percaya diri, dengan cepat dan cekatan mencampur bahan-bahan tersebut. Dalam waktu singkat, potion healing miliknya sudah selesai, dengan warna dan keharuman yang sempurna.
Profesor Meyden mendekat, mengambil botol potion hasil buatan Lyra dan memperhatikannya dengan seksama. "Luar biasa," ucapnya sambil mengangguk puas. "Ini adalah salah satu potion healing terbaik yang pernah saya lihat dari seorang siswa di tahun pertama."
Siswa-siswa lain mulai melirik Lyra dengan kekaguman, sementara Lucas hanya tersenyum tipis. Meski dalam novel Lyra tidak begitu menonjol, di dunia ini, tampaknya dia memiliki bakat yang jauh lebih besar daripada yang ia duga.
Setelah pembelajaran selesai, Lucas kembali ke kamarnya. Ia berdiri di dekat jendela, memandang ke luar dengan tatapan kosong, pikirannya dipenuhi oleh berbagai rencana dan kekhawatiran. Di balik ketenangan hari itu, Lucas teringat akan sebuah item penting dalam novel yang ia baca, item yang akan digunakan oleh seorang Villain besar di masa depan. Namun, menurut alur cerita, item tersebut seharusnya masih belum ditemukan.
Dengan hati-hati, Lucas menyusun rencana di kepalanya. Item itu tersembunyi di sebuah hutan jauh dari kota, dan jika ia bisa menemukannya terlebih dahulu, mungkin ia bisa mencegah kejadian buruk di masa depan. Tapi, untuk melakukannya, ia harus memanfaatkan hari libur untuk mendapatkan izin keluar akademi.
Keesokan harinya, kelas eksklusif dan kelas A berkumpul di lapangan untuk pelajaran combat sihir. Matahari pagi bersinar terang, memberikan energi pada setiap siswa yang siap untuk tantangan hari itu. Kedua kelas akan mengikuti pelajaran yang dianggap sebagai salah satu yang paling dinantikan, sihir combat.
Profesor Eriksen, pengajar sihir combat untuk tahun pertama, berjalan ke depan lapangan. Tubuhnya kekar, penuh otot, dan ia dikenal karena sikapnya yang tegas. Namun, di balik penampilan dan wibawanya, Eriksen memiliki sifat yang agak konyol, sering kali mencairkan suasana dengan lelucon yang tak terduga.
"Hari ini, kalian akan belajar bagaimana menggabungkan kekuatan sihir kalian dengan strategi pertempuran," ujar Profesor Eriksen dengan suara yang lantang namun ramah. "Ingat, kekuatan tanpa kendali hanya akan membawa kehancuran!"
Lucas memperhatikan dengan seksama, mengingat setiap gerakan dan instruksi. Ia tahu pelajaran ini sangat penting, terutama karena ia mungkin akan segera menghadapi bahaya nyata di luar sana, di hutan tempat item itu tersembunyi. Tepat di sampingnya, Damien terlihat bersemangat, siap untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Sementara itu, Violet dan Sylvara berdiri tak jauh, fokus dengan aura kompetitif di antara mereka.
Lucas menyadari, selain pelajaran hari ini, ia harus terus mempersiapkan diri bukan hanya untuk ujian di akademi, tetapi juga untuk rencana rahasianya di hutan nanti.
Profesor Eriksen berdiri tegak di depan para siswa, suaranya yang lantang bergema di seluruh lapangan. "Baiklah, hari ini kita akan mempelajari dasar-dasar combat sihir," ia memulai dengan nada serius, tetapi masih ada sedikit senyum di wajahnya.
"Combat sihir bukan hanya tentang siapa yang memiliki kekuatan terbesar atau siapa yang bisa melemparkan mantra paling spektakuler," lanjutnya. "Ini tentang ketepatan, strategi, dan pemahaman bagaimana menggunakan lingkungan di sekitar kalian. Seorang penyihir yang cerdas selalu mencari cara untuk memaksimalkan kekuatannya, bahkan dalam kondisi terburuk."
Para siswa mulai memperhatikan lebih serius, termasuk Lucas, yang tahu betapa pentingnya pelajaran ini untuk menghadapi ujian-ujian yang lebih besar di masa depan. Eriksen kemudian mengayunkan tangannya, menciptakan lingkaran sihir besar di udara.
"Hari ini, kalian akan berlatih bertarung dalam tim kecil," ucapnya sambil menunjuk ke beberapa siswa. "Setiap tim harus bertahan dari serangan tim lain menggunakan sihir pertahanan, dan kalian harus bisa melumpuhkan lawan tanpa merusak lingkungan di sekitar. Perhatikan bahwa kontrol sihir sama pentingnya dengan kekuatan sihir itu sendiri."
Violet, yang berdiri tak jauh dari Lucas, menyilangkan tangannya dengan percaya diri. Sylvara tampak fokus, sementara Damien sudah tidak sabar untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Lucas menyadari bahwa latihan ini akan memberinya kesempatan untuk tidak hanya mengukur kekuatannya, tetapi juga mempelajari kelemahan lawan-lawannya, terutama mereka yang mungkin memiliki peran penting dalam peristiwa yang akan datang. Dengan cepat, ia mulai merencanakan strategi, sambil tetap mengingat bahwa tantangan di luar akademi jauh lebih berbahaya daripada yang ada di sini.
Lucas dan Lina berdiri bersisian, siap menghadapi Sylvara dan Violet yang berada di seberang arena. Meskipun Sylvara dan Violet merupakan penyihir berbakat, ketidakharmonisan di antara mereka jelas terlihat. Violet tampak tidak sabar, sementara Sylvara mencoba memberikan instruksi, tetapi Violet tak menggubrisnya. Keduanya tidak bisa bekerja sama dengan baik, dan Lucas segera menyadari celah ini.
"Lina, kita bisa manfaatkan ketidakseimbangan mereka," bisik Lucas, matanya memandang tajam ke arah lawan mereka. Lina mengangguk dengan gugup tapi setuju, sihir penyanggah sudah ia siapkan di tangannya.
Begitu pertarungan dimulai, Violet langsung meluncurkan serangan api besar ke arah Lucas dan Lina, tetapi Lucas dengan cepat menahan serangan itu menggunakan mantra penghalang. Sylvara, di sisi lain, mencoba menyerang dari samping dengan sihir anginnya, namun gagal mengenai sasaran karena koordinasi yang buruk antara dirinya dan Violet.
"Ini kesempatan kita," kata Lucas sambil berlari cepat ke arah mereka, mengaktifkan mantra blink untuk mendekati Sylvara. Dengan satu gerakan, Lucas melepaskan serangan bola energi kecil yang berhasil membuat Sylvara terhuyung mundur.
Lina, yang awalnya terlihat ragu, kini ikut menyerang dengan menggunakan sihir tanah, menciptakan akar-akar besar yang melilit kaki Violet. Meskipun Violet mencoba membakar akar-akar itu, gangguan tersebut cukup untuk membuatnya lengah, memberi Lucas waktu untuk melumpuhkannya dengan serangan akhir.
"Seranganmu bagus, Lina," puji Lucas setelah mereka berhasil mengalahkan kedua lawan mereka. Sylvara dan Violet, meskipun kuat, tidak mampu mengatasi ketidakmampuan mereka untuk bekerja sama, membuat mereka mudah dikalahkan oleh Lucas dan Lina yang bermain dengan taktik dan sinergi yang lebih baik.