“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28.
INI HADIAH BUAT KALIAN, KARENA LENCANA OTHOR UDAH BERGANTI WARNA, DOAKAN OTHOR TETAP SEMANGAT, SEHAT, AGAR BISA TETAP MENEMANI KALIAN MENGHALU 💃💃💃
happy reading ❤️💟🤓
"Apa kamu mencintai nya, sama seperti kamu mencintaiku?" Tanya Erina pilu.
"Bahkan lebih," dustanya.
"Kenapa Harus Gadisya … kenapa bukan aku saja yang kamu cintai." Erina kembali menangis. "Gadisya itu teman baikku, kenapa kamu harus membagi cintamu padanya," bulir air mata itu semakin deras, sesuatu yang dulu pernah menjadi miliknya yang paling berharga, kini memilih wanita lain dan dia adalah kawan baiknya, membuat Erina semakin terluka.
Namun Kevin hanya diam, ia tak ingin menjawab, apalagi jika harus menjelaskan, terlalu malas, karena hasilnya akan sama saja, sejak dulu yang ditanyakan hanya itu, apapun jawaban yang ia lontarkan, pertanyaan itu selalu berulang, jadi Kevin hanya berlalu pergi.
Sementara itu, sepasang mata teduh menatap sendu, dan sebenarnya hatinya pun terasa pilu, tapi kali ini ia ingin egois, bukan karena harta atau kuasa yang dimiliki keluarga sang suami, tapi hatinya mulai terikat dengan pria itu, pria yang telah menanam benih di rahimnya, tanpa sadar Gadisya mengusap perutnya perlahan, berharap, sungguh ia berharap disana ada janin yang sedang tumbuh.
🌻🌻🌻
Hari hari berlalu, sepasang pengantin muda itu menjalani rutinitas layaknya pasangan pada umumnya, tentunya kecuali urusan ranjang.
Kevin mulai terbiasa menerima semua yang Gadisya siapkan untuknya, makanan, pakaian, bahkan kini Gadisya sudah mahir membuat sup daging favorit suaminya, tentu setelah ia belajar dari Stella, meskipun ada sedikit ada perbedaan, namun rasanya tetap sama lezatnya, sup buatan Gadisya dan Stella masing masing memiliki satu ciri rasa khas yang hanya diketahui Kevin, jika diumpamakan ada 2 mangkuk sup, sama bentuk dan warnanya, namun dibuat oleh dua orang berbeda, Kevin akan langsung tahu, yang mana buatan mommy nya dan yang mana buatan istrinya.
Selain itu, kini Gadisya pun sudah memiliki jadwal jaga Kevin di rumah sakit, sebagai pengingat darurat jika kevin melupakan jadwal jaga nya di rumah sakit.
Jika jadwal mereka tidak bersamaan, Gadisya akan menyiapkan segala kebutuhan sang suami sebelum ia bertugas di rumah sakit, tak jarang pula, Kevin melanjutkan jadwal praktek pagi hari nya setelah sebelumnya mengisi shift jaga malam.
Jika sudah demikian Gadisya sengaja menyiapkan makanan dari rumah, agar suaminya bisa sarapan sebelum memulai jam praktek nya.
Pagi ini Gadisya mendapatkan jadwal jaga di emergency room, sementara Kevin sedang libur, jam 10 pagi ia baru terbangun dari tidur lelapnya, salah satu kebiasaan yang hingga kini sulit ia hilangkan, jika sedang libur ia akan membiarkan dirinya tidur hingga matahari beranjak naik.
Sejak pagi, Gadisya sudah berusaha membangunkan suaminya, namun ternyata tak juga berhasil, akhirnya Gadisya pun menyerah, dia hanya meninggalkan catatan, agar suaminya memesan makanan di luar.
Tapi pagi ini Kevin bangun dengan kondisi berbeda, badannya lemas dan kepalanya sedikit pusing, satu satunya yang terbayang di benaknya adalah mie rebus buatan istrinya, entah kenapa pagi ini Kevin begitu menginginkannya.
Kevin mulai membuka lemari penyimpanan makanan, dan memilah milah, mie rebus apa yang ia inginkan, seumur hidup ia tak pernah menginjakkan kakinya di dapur, bahkan ketika di London, ia akan membeli makanan jika lapar, tak pusing memikirkan yang lain.
4 mulai membaca petunjuk pembuatan mie rebus, langkah demi langkah ia lakukan, tapi di tengah jalan ia ragu, dan akhirnya menyerah, "sya … kamu kapan pulang nya sih." Gerutunya ketika ia merasa perutnya semakin lapar, tapi tak menginginkan yang lain selain mie rebus seperti yang di buat Gadisya tempo hari.
Akhirnya Kevin menghubungi Gadisya, apa boleh buat perutnya sudah melilit menahan lapar.
"Iya bang … " seperti biasa, kevin menyukai suara lembut istrinya.
"Apa kamu sibuk?" Tanya nya ragu ragu.
"Tidak, baru saja usai menangani pasien kecelakaan motor, ada apa?" Tanya Gadisya santai.
"Aku lapar," nada suara Kevin terdengar lesu.
Gadisya melongo, setengah tak percaya ia memandangi ponselnya, barangkali bukan suaminya yang menelepon, tapi berkali kali ia mengucek mata, tetap saja nama suami yang bertengger di layar ponselnya. "Ya makan dong, memang bisa kenyang hanya dengan menelepon ku." Canda Gadisya.
"Tapi aku ingin mie rebus seperti yang kamu buat waktu itu,"
"Mmm … nanti aku buatkan, sekarang pesan antar saja." Gadisya memberi saran.
"Entahlah, sejak bangun tidur beberapa saat lalu, kepalaku pusing dan aku hanya terbayang bayang mie rebus buatan mu," ujar Kevin lesu. "Padahal biasanya aku tak pernah terpikirkan mie instan."
"Abang sakit, segera minum obat." Ujar Gadisya penuh kekhawatiran.
"Tidak separah itu, masih bisa aku tahan,"
Gadisya punh mengalihkan panggilannya menjadi panggilan video.
"Aku ajarkan caranya,"
Kevin pun mengangguk, dengan sabar Gadisya menginstruksikan cara pembuatan mie rebus, Kevin bernafas lega, ketika mie buatannya kini nampak tersaji diatas meja, jangan ditanya seperti apa rupa dapur mungil itu.
Kevin membawa mie buatannya ke meja makan, sambil menunggu mie tersebut hangat, dengan senyuman penuh kebanggan Kevin memamerkan mie buatannya pada sang istri.
Gadisya tersenyum geli melihat betapa menggemaskan tingkah sang suami.
"Hei … jangan tertawa seperti itu, aku jadi merasa bodoh." Ujar Kevin bersungut sungut.
"Iya maaf," balas Gadisya.
Keduanya saling tatap, "kapan kamu kembali ke apartemen?, disini sepi sekali."
"Eh ciye ciyee … ada yang lagi rindu rupanya." Gadisya berpura-pura menggoda suaminya, hanya penasaran ingin tahu seperti apa reaksinya.
Kevin terlihat panik, setelah mendengar ejekan Gadisya, "bu … bukan begitu maksudku," elak ya tak terima. "Hanya saja, sepertinya aku sudah terbiasa denganmu di sini." Wajah itu kembali sendu.
"Iya, sekitar 4 jam lagi aku menyelesaikan tugasku di sini."
"Kenapa lama sekali…" ujar Kevin Lesu
"Tau gak sih, sepertinya aku beneran rindu." Bisiknya dalam hati, tak berani pula ia menyampaikan kata hatinya.
🌻🌻🌻
"Dok, ini makan siang anda." Suster Emi menyodorkan box berisi makan siang untuk Gadisya.
"Terima kasih suster,"
"Sama sama dok, segeralah makan, sebelum emergency room kedatangan pasien." Ujar suster Emi, karena sejak tiba pagi tadi, Gadisya nyaris duduk hanya ketika menerima panggilan dari Kevin, selain itu pasien terus menerus berdatangan ke emergency room
Gadisya mengangguk, ia pun mulai dengan suapan pertamanya siang ini.
Wajahnya muram, ia sedang dalam dilema, hanya di hadapan Kevin ia mampu menyembunyikan keresahan hatinya, karena ia tak ingin Kevin melihat warna lain yang ia miliki, Gadisya hanya ingin tampil ceria dan penuh perhatian di hadapan Kevin, karena setelah berpisah nanti, ia ingin Gadisya dalam ingatan Kevin adalah sosok yang ceria, dan penuh perhatian.
Ponsel Gadisya berdering, lagi lagi ia harus menerima panggilan tersebut, panggilan dari seseorang yang tidak ia harapkan, apalah daya beliau orang tua yang harus dihormati, walau belakangan ini kalimatnya selalu terdengar menyakitkan di telinganya.
Gadisya menarik nafas perlahan, sebelum menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
.
.
.
.
Hayoooo siapa yang meneror istrinya anak sultan … ??
.
.
.
Sampai jumpa esok di jam kunti 👻👻👻
🤭🤭