GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25.
Pelajaran pun dimulai dengan sangat berat hati,teman-teman Redyna yang selalu bosan dengan pelajaran sejarah pun mulai mendengar Pak Mardi yang sedang memberi penjelasan.
"Ok anak-anak, bapak akan menanyakan tentang yang baru saja bapak jelaskan tadi,apa kalian tahu---"
"Nggak tahu Pak."celetuk Rendi"
"Bapak belum selesai ngomong Rendi!"
"Apa kalian tahu,apa yang dimaksud dengan perang dingin dan kapan terjadinya?"
"Lanjut pak Mardi bertanya, kemudian Rendi terlihat mengangkat tangan nya."ya Rendi?"
"Perang dingin ya pak?" Rendi mengangguk sebentar seolah-olah sedang berfikir."Perang dingin itu diem-dieman pak, contoh nya,saya sama pacar saya yang udah dua hari nggak komunikasi sampai seka----"
"Ngelindu kamu,Ren !" potong Pak Mardi.
"Disini bukan untuk ajang curhat,ya Rendi ! Bapak tidak peduli, kamu marahan atau putus sekalian dengan pacar kamu itu."
"Yang bilang ada hubungan nya sama bapak siapa?"
Duh Pak Mardi dibuat pusing oleh anak murid nya yang satu ini, sebenarnya sejak Rendi mengangkat tangan tadi, Pak Mardi sudah mewanti-wanti dalam hati,dan lihat ternyata tidak melesat dari tebakan nya.
"Sudahlah! Ayo yang lain,ada yang bisa menjawab?" tanya pak Mardi sekali lagi dan mudah-mudahan kali ini jawaban nya tidak melenceng seperti jawaban Rendi.
"Ya Anton?"
Semoga kali ini benar, batin Pak Mardi.
" Perang dingin merupakan Perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan dari konflik-konflik kepentingan dan perebutan supremasi serta perbedaan ideologi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet, tapi....."
"Tapi apa, Ton?"
"Tapi...."
"Ya .....tapi ." Pak Mardi menantikan lanjutan dari jawaban Anton dengan sedikit menahan nafas saking gemasnya."saya lupa kapan terjadinya Pak !"
Pak Mardi menghela napas lelah, matanya memejam untuk meredakan emosi nya yang hampir naik kepermukaan.
"Ayo anak-anak,siapa yang tau kapan terjadinya nya Perang dingin?"
Redyna mengangkat nya, yang membuat Pak Mardi tersenyum lega, ya Redyna?
"Perang dingin terjadi setelah perang dunia ke II pada tahun 1939-1945 berakhir."
" Benar, perang dingin muncul setelah berakhirnya perang dunia II, dimana terjadi persaingan dan ketegangan antara Blok Barat dan blok Timur tersebut. Adapun blok Timur yang ada diluar Eropa yaitu, Mongolia,Kuba, Vietnam,dan Korea Utara.
Sampai disini paham anak-anak?"
Redyna dan teman-teman nya yang mengerti penjelasan Pak Mardi pun mengangguk, lain hal nya dengan teman-teman yang tidak mengerti mereka asyik dengan dunia nyata sendiri.
Untuk Anton dan Redyna yang telah menjawab pertanyaan Bapak,kalian akan bapak berikan kan nilai tambahan,kata pak Mardi.
Loh pak,saya kan juga jawab,protes Rendi. Pak Mardi tetap bergeming mendengar protesan Rendi. Beliau membereskan barang bawaan nya lalu pamit undur diri, setelah itu meninggal kan kelas XII-IPS2, jangan lupakan Rendi yang terus berteriak memanggil Pak Mardi.
***
Redyna menggeliat dalam tidur nya dan perlahan membuka kedua matanya, hingga kesadaran nya sepenuhnya kembali, Redyna mengedarkan pandangan pada seisi kamar, perasaan masih tadi masih dimobil batin Redyna.
Mengingat mobil, Redyna mulai merasa kan panas yang menjalar ke pipinya. Membayangkan apa yang terjadi dimobil Gavin tadi, Redyna sungguh malu bukan main, ini semua berawal dari nya. Andai saja tadi dia tidak mengecup bibir Gavin lebih dulu, mungkin semua itu tidak pernah terjadi. Tapi seharusnya, Gavin tidak perlu membalas apa yang dilakukan nya.
Atau jika membalas, pria itu hanya perlu mengecup bibirnya saja. Tidak harus mencium apalagi melumat bibirnya seperti itu. Sungguh Redyna malu dengan dirinya yang seperti tadi. Mungkin jika besok mereka telah menikah, Redyna seperti nya akan malu ketika melihat wajah Gavin.
"Kyaaaa! ! ! Kenapa gue bisa kek gitu sih ?" teriak Redyna, bahkan rambut nya ia acak-acak kasar dengan kedua tangan nya, seharusnya gue nolak pas maksa gue untuk masuk kedalam mobil.
" Gimana kalau besok ketemu sama dia lagi?"
"Ah... mau mati saja rasanya."
Redyna meringis memikirkan nasibnya besok ketika kembali bertemu Gavin. Apakah calon suami nya itu akan menatap aneh dirinya, karena sudah melakukan hal rendah.