Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Ruby mengerutkan keningnya, ketika mendengar cerita dadakan dari sang Mommy.
Dia sampai di rumah, pukul setengah enam sore, Ruby bingung ketika banyak pekerja Mansion memindahkan atau menambah kan beberapa barang ke lantai atas, lantai tiga.
Tempat yang tidak pernah di huni, sekali pun di Mansion ini. Dia pernah meminta pada Daddy nya untuk membuat tempat bermain disana tapi kakek nya langsung melarang ide nya itu. Meski dia sudah menangis dan memohon, kakek nya dengan keras kepala tetap tidak mengizinkan nya.
Padahal dia cucu kesayangan disini. Tapi, permintaan nya yang sekecil itu pun tidak di turutin.
Ruby mengabarkan kakeknya selama seminggu saat itu. Dan sekarang, tiba-tiba saja, lantai tiga di renovasi dengan huru-hara nya. Bagaimana, dia tidak bingung ketika melihat semua ini.
Iseng bertanya dengan Mommy nya, dia malah mendapatkan berita yang membuat mood nya sangat sangat hancur. Entah dari mana datang nya, cerita kalau dia memiliki sepupu perempuan.
Dia yang di gadang-gadang menjadi cucu
perempuan satu-satunya di keluarga Everest tiba-tiba memiliki saingan.
Mommy nya mengatakan, gadis itu adalah anak paman pertamanya yang telah hilang belasan tahun yang lalu.
Ngomong-ngomong soal paman pertama nya, pria itu terkenal jenius dengan musik dan hanya terobsesi pada hal tersebut.
Sampai-sampai, dia terlambat menemukan jodoh nya yang mana mengakibatkan, Daddy nya yang anak kedua menikah lebih dulu.
Itu mengapa, kakak nya Kairo menjadi cucu pertama di keluarga... Yang mana, mungkin dia akan menjadi penerus setelah Daddy nya.
Kenapa Daddy nya? Kakek nya pernah
meminta paman pertamanya untuk menjadi penerus tapi pria itu menolak mentah-mentah tawaran itu karena dia ingin fokus dengan dunia musik nya.
Bahkan ketika dia menikah, dirinya segera mengasingkan diri bersama istri nya di rumah sederhana di tengah-tengah hutan.
Sampai berita buruk datang, saat kelahiran bayi yang di tunggu-tunggu oleh paman nya hilang di curi dan istri nya yang meninggal karena pendarahan setelah melahirkan.
Hal itu hampir membuat paman pertamanya menjadi gila jika bukan karena kakeknya yang terus merawat pria itu untuk tetap waras.
Meski begitu, dia menjadi pendiam dan selalu mengasingkan diri dari siapapun. Hanya, kakek nya yang masih sering menemui pria itu selama bertahun-tahun.
Ruby mendengus, itu belum termasuk cerita paman ketiga nya yang mengatakan kalau dia tidak akan menikah, karena pria itu sangat terobsesi dengan dunia kedokteran.
Dan hanya perduli dengan penyakit-penyakit yang sangat sulit untuk di sembuhkan.
Ruby berpikir, meski keluarga nya terlihat harmonis di mata publik. Tapi sebenarnya banyak menyimpan luka dan hal-hal gelap lainnya.
Dia menyandarkan kepalanya pada pundak kakak kedua nya, Louis. Si pemuda yang selalu sibuk dengan earphone dan ponselnya.
"Bang, nanti kalau Lo punya adik perempuan lain, jangan lupain gue, ya?"Ucap Ruby dengan pelan, Louis yang tadi nya sedang bermain game pun berhenti sesaat. "Nggak akan." Jawab nya singkat. Dan kembali melanjutkan permainan di ponsel nya.
Ruby tersenyum mendengar itu, dia pun semakin memeluk kakaknya tadi. Cakra yang baru saja turun dari atas dan melihat itu memutar mata nya malas. Selalu saja, adik perempuannya yang di manja, dia tidak pernah sekali pun mendapat perlakuan seperti itu.
Meski dia seorang laki-laki, dia tetap anak bungsu juga kan? Kenapa semua harus berfokus pada adik perempuan nya?
Cakra merasa tidak memiliki arti di keluarga nya, itu lah sebabnya dia tidak memiliki kedekatan lebih dengan mereka.
Dia sering menghabiskan waktu sendiri di dalam kamar, mau pergi keluar pun dia tidak punya banyak teman.
Bisa di bilang, Cakra pun sebenarnya pemuda introvert. Yang dia tahu, orang-orang akan mendekati mu jika diri mu berguna bagi mereka.
Karena itu, dia suka menghargai kelakuan Karla, dia merasakan Karla juga seperti diri nya. Semua orang hanya berfokus pada Ruby.
Untung saja, dia tidak menyimpan dendam akan hal itu, dia hanya ingin membatasi diri. Tapi karena dia mendengar kalau dia akan memiliki sepupu lain, Cakra senang.
Saingan Ruby telah dan dia memiliki teman. Itu membuat nya semangat. Cakra melewati kedua orang itu begitu saja dan pergi menuju dapur.
Diruang tamu,
Elkan, melirik-lirik kakak tertuanya. Caspian Everest, sudah bertahun-tahun dia tidak melihat pria ini. Tidak banyak yang berubah dari nya kecuali berat badan Caspian yang menurun drastis.
Belum lagi tatapan pria itu, kosong tanpa
kehidupan. Sejak tiba disini, Caspian hanya diam tanpa mengatakan sesuatu.
Di samping pria itu ada sebuah kotak musik klasik yang sedari tadi berbunyi dan suara nya memenuhi ruang tamu.
Elkan tidak mengatakan banyak hal tentang itu, sejak dulu kakak nya memang sangat suka dengan musik.
Dan, dia melirik adik nya. Yang sangat suka hal-hal berbau pengobatan, pria ini bahkan rela tidak menikah demi berfokus pada karir nya.
Hah, Elkan heran mengapa para saudara
nya bisa memiliki obsesi mengerikan seperti itu?
Apa, cuman dia yang normal di antara saudara nya. Ayahnya, Jeffrey pernah mengatakan dulu, ibu nya juga seperti itu.
Dia seorang mantan ilmuan yang sangat terobsesi pada proyek-proyek nya. Butuh
kesabaran penuh untuk mendapatkan ibu nya, ucap sang ayah saat itu.
Mungkin, kedua saudara nya mendapatkan gen itu dari sang ibu. Jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa ia lakukan selain pasrah?
"Kau tahu kan, putri Caspian bisa saja menjadi penerus ayah." Ucap adik Elkan, Jameson Everest, secara tiba-tiba.
Elkan segera menatap pria itu, dia tersenyum tipis. "Dan aku yakin, itu bukan urusanmu kan, adik ku sayang?"Balas Elkan menahan kata-kata kasar nya.
James mengangkat bahu acuh, "Ya, tapi hal itu yang selalu membuat mu membenci Caspian. Kau selalu ingin memimpin keluarga, berpikir kalau dirimu lah yang paling terbaik di antara kita." Lanjut nya malas.
Pria itu sibuk membaca buku tentang pengobatan tradisional China. Elkan
terdiam, dia melirik kembali pada kakak tertua nya.
"Jaga ucapan mu, James. Jangan membuat cerita yang tidak-tidak." Kata Elkan dengan mulut blak-blakan adik nya yang ingin sekali dia jahit rapat.
James mengejek nya dan tidak mau mendengar kan ucapan Elkan. "Seharusnya, kau berterima kasih pada Caspian. Dia merelakan posisi nya hanya untuk mu karena kau terlalu terobsesi untuk menjadi penerus Everest. Dia melihat mu belajar dengan giat dari dulu tanpa memikirkan kesehatan mental sama sekali." James mengangkat kaca mata nya dan menatap Elkan.
"Caspian memang mencintai musik tapi dia lebih mencintai mu, adik nya. Itu sebabnya, dia lebih memilih mengalah dan menyingkirkan dari keluarga Everest."
James menarik kembali pandangan nya, "Tapi, kau selalu menganggap nya aneh dan membenci nya tanpa sebab."
Tangan nya membalikkan kertas itu satu persatu. Musik klasik yang keluar dari kotak musik itu menambah kesan mengerikan dalam percakapan mereka tadi.
Elkan ingin membuka mulut nya namun suara datar menghentikan nya.
"Mulut mu memang tidak pernah bisa terjaga, ya, James."
Caspian mengurut jari-jari tangan nya. Suara seraknya terdengar serak, akibat jarang berbicara.
James mendengus, "Kau tahu aku memang tidak bisa menjaga rahasia, sekecil apapun, kakak." Balas pria kedokteran itu tanpa humor.
Elkan kembali menatap Caspian terkejut, dia pikir kakaknya ini tidak akan pernah mau berbicara.
"Aku ingin kau bersikap normal nanti, di depan putri kecil ku." Ucap Caspian pelan.
Mata kosong nya fokus pada sebuah lukisan besar yang ada di dinding, tepat di depan nya.
"Dia sudah besar pasti akan memaklumi keanehan keluarga ini, nanti." Jawab James sinis.
Caspian meliriknya tajam, James segera
berpura-pura tidak tahu apa yang baru saja dia katakan.
Kakak nya ini jika sudah mencintai suatu hal. Semua nya akan terlihat bias di mata nya. Jasmine datang ke ruang tamu,
"Semua nya, ayo berkumpul. Ayah sudah tiba di depan, dia akan masuk bersama keluarga baru kita." Ucap wanita itu berteriak.
Mendengar itu, yang lainnya, mendekati ruang tamu.
Kairo, Louis, Cakra dan Ruby. Ada Natali juga, si wanita tua yang sedari tadi bergumam tidak jelas, nenek itu baru saja kembali dari dapur, tangan nya memegang setoples kue kering yang entah dari mana dia dapat, Ruby melirik itu heran.
Jasmine meminta suami nya untuk berdiri, setidaknya pria itu harus menunjukkan
semangat nya, meski sedikit.
Elkan menghela nafas, dia pun berdiri sambil memperbaiki baju nya, yang tidak kusut sama sekali.
Caspian pun mengambil kotak musik nya, dia berdiri dari duduk nya dan berjalan mendekati yang lain. Begitu juga dengan James, dia membawa buku obat herbal nya di tangan.
Di depan sana,
Alice menarik koper nya dengan malas untung saja dia sempat membersihkan diri dan mandi di rumah. Kan tidak etis jika dia datang ke rumah keluarga kandung nya, penuh dengan keringat di seluruh tubuh.
Kakek tua itu memasang wajah senang nya sedari tadi, Alice berpikir semoga keluarga nya tidak aneh. Cukup Ruby dan Cakra yang membuat beban pikiran di kepala nya untuk yang lainnya tolong jangan.
"Ayo ayo, kita masuk. Mereka pasti sudah menunggu mu." Kata Jeffrey dengan semangat membara sambil menarik tangan Alice yang hanya bisa pasrah mengikuti kemauan kakeknya.
Dia ingin berteriak memanggil Kanna dan Marcell sekarang.
Alice mencoba tersenyum dan berjalan masuk bersama sang kakek. Saat sudah di dalam, dia melihat beberapa orang berdiri seperti memang sedang menunggu kedatangan nya.
Senyum Alice segera menghilang ketika melihat Ruby disana, begitu juga dengan gadis tersebut.
Dia memasang wajah tercengang nya dan berubah menjadi wajah tidak suka. Bagus, sekarang dia tinggal bersama musuh nya. Haha, apa lagi yang harus dia kejutkan?
Oh ada Cakra yang menatapnya seperti dia seorang mesias penyelamat bumi. Pemuda itu... ah sudah lah.
Sekarang, mari kita lihat. Siapa orang tua nya, ayo, munculkan diri mu. Alice ingin mengumpat, kenapa orang-orang yang berdiri ini memegang sesuatu di tangan mereka? Jangan bilang itu untuknya.
"Alice? Putri ku?"Ucap Caspian tidak percaya melihat gadis yang berdiri di samping ayah nya.
Wajah gadis itu sangat mirip dengan mendiang istri nya, Helena. Air mata Caspian pun jatuh keluar, pria itu menangis bahagia.
Okay sekarang Alice sudah tahu, siapa ayah nya. Gadis itu kembali tersenyum, sedikit canggung memang.
"Ayah?"Tanyanya pelan.
Pria itu mengangguk heboh, "Iya, aku ayah mu." Jawabnya senang.
Alice pun melepaskan kopernya dan mendekati pria itu, Alice segera memeluk nya dengan erat.
Sialan, sekarang mata nya berkaca-kaca dan dia merasa sesak. Ini yang selalu Alice ingin kan dari dulu, bertemu dengan keluarga kandung nya.
Sayang sekali, gadis itu sudah tenang di alam nya dan kini dia lah yang menggantikan nya.
"Ayah." Panggil Alice lagi.
Entahlah, perasaan seperti apa yang dapat menggambarkan diri nya sekarang. Saat menjadi Berry pun, dia tidak tahu siapa orang tua kandung nya, melewati semua ini. Dia seperti benar-benar pulang dan pria yang dia peluk, itu memang seperti ayah nya.
Namun, Alice seperti tersadar sesuatu. "Dimana ibu?"Kata nya bingung, mata Alice segera mencari wanita yang melahirkan nya itu.
Tapi tidak ada yang lain kecuali Mommy
Ruby yang pernah ia temui dan seorang wanita tua pemegang toples kue.
Dia menatap ayahnya yang mendadak diam. Jeffrey yang melihat itu pun, tertawa canggung. "Ayo, lebih baik kita duduk dulu." Ucap nya mengalihkan perhatian Alice.
Gadis itu mengerutkan keningnya bingung.
Beberapa saat kemudian, Alice membuka toples kue kering yang di berikan wanita
tua itu untuknya, ternyata dia adalah nenek kandung nya nya.
Sungguh nyentrik sekali, wanita tua itu terus bergumam saat memberikan toples itu pada nya.
Oh, ada satu berita yang cukup membuatnya sedih bahkan sangat sedih. Ibu nya, ternyata wanita itu telah meninggal setelah mengalami pendarahan mendadak ketika selesai melahirkan diri nya.
Ayahnya terus berkata itu bukan salahnya, itu memang takdir ibu nya. Jadi, dia tidak perlu merasa bersalah.
Pria itu cukup perhatian. Dia juga memberikan Alice sebuah kotak musik cantik, tangan nya selalu mengelus kotak musik itu sedari tadi.
Yang paling aneh nya, seorang pria yang mengaku sebagai paman bungsu nya malah memberikan dia sebuah buku tentang obat herbal China.
Alice bingung harus tertawa atau menangis tadi. Tapi, dia cukup menghargai pemberian mereka semua. Meski sedikit aneh, keluarga Everest ternyata cukup baik.
Hanya khusus untuk para orang tua nya
ya, bukan para anak. Sudah di bilangkan, Ruby itu musuh nya sedari tadi gadis itu selalu melirik nya dengan sinis.
Dia membawa pasukan nya yaitu kedua kakak laki-laki nya untuk terus duduk di samping gadis itu.
Apa Ruby berpikir dia akan merebut kedua pemuda itu dari nya? Jika iya mohon maaf, dia tidak punya waktu untuk itu.
Dan lagi Cakra, entah kenapa pemuda itu terus menempelinya sedari tadi.
Alice mengunyah kue keringnya, ini enak. "Siapa yang membuat kue nya?"Tanya Alice pelan.
Cakra yang memang duduk di samping gadis itu sedari tadi pun menjawab, "Nenek."
"Benarkah?"Kata nya terkejut wah meski nenek nya itu sedikit di luar nalar, tapi Alice akui, kue buatan nya memang sangat enak.
Dia jadi mau berguru. Cakra mengangguk, "Ya, dari pagi dia sudah sibuk di dapur hanya untuk membuat kue kering ini." Jelas pemuda itu, Alice sangat berterima kasih atas hal itu.
Setidaknya, dia di sambut dengan baik. Meski tadi dia di tatap tajam oleh Daddy Ruby. Mungkin, pria itu masih mengingat kejadian di rumah sakit karena dia membela Karla yang telah menyakiti putrinya.
Caspian datang dan memberikan sebuah kalung pada Alice. "Ini milik ibu mu, di dalam nya ada foto saat dia sedang mengandung diri mu." Ucap pria itu pelan.
Alice menaruh toplesnya dia atas sofa, telat di samping kotak musik nya dan buku dari paman James
Tangan nya segera membuka liontin perak itu, dia melihat wajah ibu nya. Wanita yang sangat cantik, Alice mendekatkan foto itu ke matanya. Ibu nya mirip dengan Alice, rambut hitam, mata hitam dan juga senyuman nya.
Mungkin jika dia tua lebih dewasa lagi, dia benar-benar akan percis seperti ibu nya. Ada ukiran kecil di liontin itu, Helena Lovania.
Caspian tersenyum tipis, "Ibu mu dulu,
seorang penulis novel, cukup terkenal tapi dia tidak pernah muncul di publik. Namanya di kenal sebagai Lovenia, si penulis." Caspian sedikit bercerita pada putri nya.
"Benarkah? Lalu, bagaimana dengan ayah?"Tanya nya penasaran, dia sudah tahu ayahnya ini pecinta musik.
Tapi tidak lebih dari itu. Caspian terbatuk kecil, "Em... ayah cuman seorang komposer musik. Dan tidak sengaja bertemu dengan ibu mu, di suatu acara."
Alice mendengarkan dengan baik, Caspian pun melanjutkan cerita nya. "Saat itu, salah satu perusahaan entertainment ingin menggarap cerita ibu mu untuk menjadikan nya sebuah film. Dan ayah di minta untuk membuat setiap lagu maupun soundtrack lain nya. Mereka mengadakan pertemuan, untuk publik yang ikut dalam perencanaan film tersebut."
"Ibu mu, sebagai penulis. Tentu saja harus hadir, peran nya akan sangat besar untuk produksi cerita nya. Karena itu, ayah harus bertemu dengan ibumu untuk menanyakan, ingin musik latar belakang seperti apa yang cocok dengan cerita nya."
Caspian tersenyum malu, James yang kebetulan lewat dan tidak sebagai melihat itu mendadak merinding.
Baru kali ini dia melihat wajah seperti itu dari kakak tertua nya, dia segera pergi dari sana menuju dapur.
"Ibu mu wanita yang sangat lembut. Dia menjelaskan setiap detail yang dia inginkan untuk musik cerita nya, saat itu ayah langsung jatuh cinta pada ibu mu. Meski, sedikit sulit mendekatinya karena dia seorang yang pemalu, wajahnya akan memerah jika ayah mencoba mendekati nya."
Alice yang mendengar itu terkekeh geli, astaga dia tidak tahu ibunya bisa seperti itu. Sangat berbeda dengan dirinya, dia sudah menjadi Alice seutuhnya namun tidak ada sifat pemalu sedikit pun.
"Unik kan? Tangan nya bahkan selalu bergetar jika dia melihat ayah, ketika ayah menanyakan, mengapa dia seperti itu. Ibu mu menjawab dengan malu-malu jika dia sudah menyukai ayah bahkan sebelum kami bertemu, ibu mu suka mendengarkan musik yang ayah ciptakan dan ketika dia mengetahui kalau ayah yang akan bertanggung jawab atas lagu di cerita nya, ibu mu sangat senang."
Alice menatap ayah nya diam-diam, pria ini, sepertinya dia benar-benar mencintai ibunya. Sayang sekali, takdir memisahkan mereka berdua dengan kejam.
"Ayah, tolong pakaikan ini di leher, Alice." Ucap nya mengalihkan perhatian Caspian dari kisah masa lalunya.
Alice hanya takut, pria ini akan bersedih jika mengingat semua itu kembali.
Caspian tersenyum dan mengambil liontin itu, Alice menggeser rambut nya dan membiarkan sang ayah memasang liontin itu di lehernya.
"Cantik." Kata pria itu ketika kalung nya sudah terpasang.
Alice memegangnya, "Em, cantik." Timpalnya singkat.
Dia melirik ayah nya, "Apa, kita akan tinggal disini?"Tanya nya pelan.
Caspian menaikkan alis nya, "Kenapa, kamu tidak suka?"Ucap pria itu bingung. Alice terdiam sesaat, dia hanya tidak suka memikirkan akan satu rumah dengan Ruby.
Gadis itu selalu bertingkah banyak di depan nya dan dia bukan penikmat drama kehidupan pribadi.
"Dia dan Ruby selalu saja bertengkar, paman. Wajar Alice sedikit ragu." Ucap Cakra dengan tiba-tiba, Alice segera menatap tajam pemuda itu.
"Mulut mu tidak bisa di jaga." Ucap nya
kesal. Cakra hanya terkekeh mengejeknya.
Mendengar itu, Caspian tersenyum tipis. "Tidak masalah, ayah hanya ingin kamu berkumpul bersama keluarga mu." Ucapnya menenangkan Alice.
Alice hanya bisa menghela nafas, "Ya sudah deh." Gumam nya pelan.
"Kita tidur dimana?"Tanya nya lagi dengan
penasaran, dia tidak ingin memiliki kamar yang bersebelahan dengan Ruby, memikirkannya saja, iyuhhh.
"Di lantai tiga." Jawab Caspian sederhana. Alice pun mengangguk paham, syukurnya.
Ruby menatap Alice dengan tidak senang sedari tadi, Alice yang mengetahui nya hanya tersenyum manis, demi membuat Ruby semakin kesal.
Jasmine memanggil mereka semua untuk makan malam yah, setidaknya ketika makan dia tidak sendiri lagi seperti dulu. Di saat-saat begini, dia memikirkan ibunya, Kanna sedang apa ya sekarang wanita itu?
Di sisi lain,
Kanna meletakkan botol alkoholnya, dia telah minum hampir seluruh lemari koleksi nya.
Marcell yang melihat itu meringis, betapa
menyedihkannya keadaan Kanna saat ini. Wanita itu terlampau sedih, saat melihat
putri yang telah ia besarkan selama ini malah pergi bersama orang lain.
"Sudah cukup, Alice akan membunuh ku jika dia tahu aku membiarkan mu minum terus." Ucap Marcell membujuk istri nya yang seperti nya sudah mabuk.
Kanna menggeleng, "Diam... urus saja selingkuhan mu itu. Tinggalkan saja aku disini sendirian." Balas nya sinis.
Meski sudah mabuk, dia masih punya akal
sehat untuk menghina Marcell.
Pria itu menghela nafas panjang, "Jangan begini, aku sudah menyesali perbuatan ku dulu." Jawab nya lemah.
Kanna terkekeh geli mendengar itu, "Berpura-pura menyesal, tidak akan mengubah apapun. Aku membenci mu, akan ku buat surat cerai kita, setelah ini, kau bisa bebas dengan siapapun." Kata nya dingin.
Marcell menatap wanita itu tajam, dia tidak suka ada kata cerai. Dirinya sudah berusaha berubah dan bersikap lebih baik, kenapa wanita ini sangat keras kepala?
Marcell mendadak tersenyum miring, baiklah jika istri nya ini sangat suka menghindari nya.
Dia akan membuat Kanna tidak bisa melakukan itu, malah sebaliknya, wanita ini akan menempeli nya terus menerus.
Pria itu membuka dasi nya dan melempar nya asal, dia juga melepas kan kancing kemeja nya satu persatu dan memperlihatkan tubuh nya yang masih sangat bagus.
"Seperti nya, Alice butuh adik baru, sayang." Ucap Marcell dengan licik.
Kanna yang mendengar nya mengerutkan
kening. "Dia tidak perlu." Ucapnya asal.
Marcell menggeleng, "Ayo, sepertinya kau memang harus di beri pelajaran, agar tidak melawan suami mu lagi." Kata pria itu sambil menarik tangan Kanna dengan paksa.
Kanna memberontak, mata nya membulat ketika melihat atasan Marcell yang tidak memakai kemeja nya.
"Mau apa kau?!"Teriak nya ketakutan, pria itu tersenyum manis.
"Melakukan hal yang seharusnya aku
lakukan, sejak dulu." Jawab Marcell singkat.
Dia menggendong Kanna dan membawa nya ke salah satu kamar disana. Wanita itu berteriak keras dan menolak namun Marcell tidak membiarkan nya lepas.
Mari kita tinggalkan kedua suami istri yang sedang berbulan madu itu.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah