Kristal Hati EGI

  " Udah ya marah nya ?!Nih aku udah urus sim card ku ke operator , jadi nomorku nggak hilang, aku tinggal beli ponsel baru, nanti semua pesan mu aku reply deh, janji!" Ferry mengacungkan dua jarinya.

    "Kamu jadi aneh terhadapku, Fer, sepertinya jaga jarak, apa aku punya salah?terus kenapa nggak ngomong aja?kenapa teman - teman jadi korban juga?" Auly melepaskan tangan Ferry dari bahu nya.

  " kok ngomong nya ngelantur gitu? Aku sibuk kuliah Ol, semester depan aku ingin konsentrasi di tugas akhir . Band kan bisa jalan sendiri tanpa ku, lagian belakangan ini kamu udah jadi backing vocal yg bagus , so pasti bisa gantiin aku jadi lead dong......." Ferry menghela nafas sambil menatap wajah Auly.

  " Enak aja , kan yg sering fals itu kamu......" Auly memalingkan muka sebal nya.

  Ferry mencoba tertawa meski sumbang , dengan Auly di dekat nya , semua rindu terbayar sudah.namun itu tidak boleh , tidak boleh , Auly sudah membuyarkan semua konsentrasi Ferry untuk menghilangkan dirinya dari pikiran.

   " Jujur Fer , ada apa? Apa kamu punya masalah? Dengan siapa ? Tentang apa ? Jangan mencoba bohong sama aku " Auly menatap Ferry lekat - lekat , di pegang nya tangan lelaki itu .

   " kamu kenapa sih Ol? Aku kan udah bilang....." Ferry mengelak dari tatapan Auly .

" Kamu Bohong!!!" Pekik Auly dengan nada tinggi.

  " Aku sayang kamu , itu masalahnya Ol. Itu yg menyiksaku , yg membuatku memutuskan untuk tidak lagi menemui mu. Aku tidak ingin menyakiti diriku sendiri dengan berharap tentang mu. Ol . Ini bukan pernyataan cinta , tapi begitulah, suatu saat , andai aku sudah siap, aku pasti balik main band dengan mu lagi , maafkan aku Ol, terlalu dangkal menilai arti persahabatan kita " Ferry menelan ludah ia menatap Auly sekilas.

   " kenapa bisa Fer ?" Auly membelalakan matanya meredup , menunduk menatapi rumput dengan nanar.

" Aku nggak tau Ol , ya ini memalukan, jangan bilang- bilang Vano ya?!bisa -bisa dia ngamuk denger aku suka ama cewek gendut nya dia...... Aku janji Ol nggak akan membiarkan rasa ini tumbuh subur . Beri aku waktu untuk melupakan mu, setelah itu yaaa... Kita lihat nanti Ol Hmmmm.... Ternyata sulit untuk berjanji membuat janji yg harus di tepati untuk mu " Ferry menarik tangan nya dari genggaman Auly sambil menghela nafas panjang.

Auly hanya diam menunggu Ferry menyelesaikan kata - kata nya.

" Maafkan aku Ol, sekali lagi maafkan , bukan maksud ku , untuk merusak segala kedekatan kita , bukan maksudku juga mengaburkan semua niat baik mu , aku juga bukan lelaki jantan, yg mau menerima bahwa kamu sudah ada yg punya , setiap kali aku mencoba aku selalu gagal . Rasa itu masa saja sulit di hilangkan , ku pikir andai aku jauh dengan mu , tidak menemui mu akan mudah semua nya .untukku , untukmu Ol , aku..... Hmmm aku pergi dulu ya ?!" maaf ..... " Ferry menyentuh pipi Auly sekilas dan beranjak pergi dengan mata mulai berkaca- kaca.

" Fer apa kamu pikir , mudah bagiku untuk kehilanganmu? Apa kamu pikir aku akan membenci mu kalo aku tau kamu sayang aku? " Auly menarik tangan Ferry .

" maaf......" cuma itu yg keluar dari bibir Ferry sambil menggeleng.

" apa kamu nggak berani bertaruh untuk bilang terus terang lalu ku jawab kamu di terima atau sebaliknya ? apa menurut mu menyenangkan bagiku untuk kehilangan mu? Kenapa baru sekarang Fer? Setelah semua nya terlanjur begitu jauh ?" Auly melihat Ferry yg menunduk sambil menyembunyikan air mata nya.

" Kamu egois , Fer , kamu cuma ingin aku ngerti perasaan mu , apa kamu nggak ingin tau apa yg belakangan ini aku rasakan terhadap mu ?" Auly menatap tajam dan berlalu dari hadapan Ferry .

Semua nya nggak mudah buatku Fer" desis Auly sambil menyeka satu per satu butiran bening yg jatuh di pipinya . Ia berjalan bergegas meninggalkan Ferry yg termangu sendirian dengan ribuan kebingungan. Atas pertanyaannya barusan .

' saat datang sepiku Ol , terbayang semua tentang mu, walau terasa perih , ku akan tetap menunggu ku ingin seperti dulu, ada yg memeluk ku , tapi mungkin kah karna beda kamu menghilang' Batin Ferry sambil menyeka air matanya.

Sementara di kantor , Egi sedang sibuk dengan tugas nya . Dia belum sempat makan , karna meeting 3 kali dalam seharian ini.

Duh lapar nya " gumam Egi sambil menutup leptop nya. Dia beranjak dari duduk nya menuju keluar sebentar.

Ia menuju kafe dekat kantor, untuk makan siang.

Ia melihat sepasang kekasih yg sedang bermesraan makan bareng seketika teringat kenangan itu lagi. ketika bersama Arin ia makan bakso bareng, tapi kini telah berbeda , gadis itu lebih nyaman bersama Arga pria yg baru dia kenal, belum lama .

Setelah beres makan ia kembali ke kantor untuk menyelesaikan lagi tugas kantor nya.

Sementara Di rumah, Aura sedang duduk memainkan foto nya bersama Egi.

Gi , gua kasihan ama elu yg terluka oleh Arin . Gua akan berusaha membuat elu terus tertawa meski rasanya akan lama kembali seperti dulu . Yg gua kenal, elu itu periang, mudah tersenyum , suka mengganggu gua . Tapi kini semua itu tiada sama lagi. Elu lebih dingin dari pada salju Gi. " gumam Aura sambil melihat foto kebersamaan nya dengan Egi semasa remaja .

" Dia itu kuat Ra, walau hatinya hancur tapi dia tetap bisa membuat orang lain tak merasakan rasa sakitnya, dia tutupi dengan sikap cuek nya, abang kagum akan semua itu, jika mau menjadi kekasih nya abang setuju, karna dia baik,ramah , tulus dan penyayang." Alvin sang abang nya Aura mendekati sambil membawa secangkir susu untuk adik kesayangan nya.

" Bang kapan datang?" Aura kaget sambil membenarkan duduk nya . menghadap wajah sang Abang.

" Malem, kau tidur jadi nggak tau, abang sangat rindu pada kalian, jadi abang pulang" Alvin merapihkan rambut sang adik . Sambil tersenyum manis .

" Oh, aku nggak tau, bang aku sedih karana Egi belum mampu melupakan Arin ,hatinya masih mencintai Arin, jujur aku pengen membuat nya bahagia dengan cara ku sendiri, walau lama" Aura memandangi wajah Alvin sambil melepas rindu pada nya karna dia sibuk untuk mengurus perusahaan nya.

" setuju, karna Egi belum bahagia, kau harus bisa membuat nya bahagia ,meski tak semudah itu bisa lepas dari bayangan Arin" Alvin menyandar ke pundak sang adik. Jarang sekali dia punya banyak waktu luang untuk menghibur Aura, karna sibuk terus. Keluarga lebih utama dari pada apa pun karna mereka mampu membuat hidup kita jauh berarti lagi. Di saat terpuruk mereka selalu ada . Di saat senang pun mereka ikut bahagia.

Aura hanya diam sambil memainkan rambut Alvin yg baru saja kering setelah di keramas.

Mereka hanya beda 1 tahun maka wajah dan suara nya hampir sama .meski bukan kembar.