Ellios atau Kai??
bagaimana jika dua jiwa itu ada dalam satu nyawa?
penyamaran yang awal nya dibuat untuk sekedar candaan, tiba-tiba berubah menjadi sebuah pilihan penting dalam hidup nya.
semua karena "CINTA"!
ya, itulah alasan kenapa tubuh itu harus memilih jiwa mana yang akan dia pertahankan.
akankah sebuah cinta menemui jalan nya?,
atau justru takdir yang akan menyeretnya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clayra sarka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berkumpul di markas
"biasa. kau lupa aku masih pelajar?"
dengan santai nya aku melompati teras dan bergabung begitu saja dengan Novan dan Rama.
"rokok?"
"tidak minat"
"cih! tobat?"
"Kai? tobat? kiamat!"
Rama langsung menutup laptopnya dan ikut bergabung dengan kami. bungkus rokok yang tadinya ditawarkan padaku, kini begitu saja berpindah ke tangan Rama.
"aku hanya sedang tidak ingin"
sejak kedatangan ku tadi, aku sedikit merasa ada yang kurang dari tempat ini. kutengok kiri dan kanan kami.
"kau cari Lucas dan Egi?"
benar juga ucapan Rama. dua biadab ini kemana? biasanya mereka lah yang paling ramai di rumah ini.
"kemana mereka?"
"itu dibalik pintu. mereka takut dengan mu"
Novan tersenyum tajam melirik kearah pintu rumah yang memang tengah tertutup. ternyata aku baru sadar dengan ini. karena sebenarnya ketika aku datang, biasanya pintu itu selalu terbuka lebar tidak seperti sekarang yang justru tertutup rapat.
"ampun Kai. gue cuman becanda tadi. sumpah dah"
akhirnya suara cempreng yang asing di telingaku langsung menyahut lantang dari arah dalam rumah.
"gue ikut ikutan Lucas Kai, suer"
"enak aja lo. mana gue yang disalahin. elo woi!!!"
"elu lah"
"hitungan ke 3 kalian tidak keluar. kubakar hidup hidup kalian di dalam. satu..."
BRAKK!!!
padahal masih hitungan pertama, tapi pintu langsung dibuka keras dan langsung saja 2 sosok biang kerok tadi muncul dengan wajah cengengesan.
satu laki laki yang memakai kaos putih dengan jeans hitam ini bernama LUCAS PRIYANDOKO (19tahun). dia adalah pengangguran sukses di keluarganya. tanpa kuliah dan bekerja pun, laki laki ini tetap akan hidup serba berkecukupan.
kedua orangtua Lucas adalah pembisnis sukses di luar negeri. dia tinggal dengan kedua kakek dan nenek nya yang menjabat sebagai gubernur di kota sebelah. kota yang sama dengan asal Rama.
pada mulanya aku memungut anak ini dari rumah sakit. saat itu dia membutuhkan banyak darah untuk tubuhnya. entah penyakit apa jelasnya, namun dokter mengatakan Lucas perlu cuci darah rutin setiap bulan nya.
kebetulan saat itu aku mengantarkan si mbok yang sedang melakukan transfusi darah disana. dan dokter yang menangani si mbok adalah dokter yang sama yang merawat Lucas. singkatnya, sejak saat itu si mbok lah yang menjadi pendonor tetap untuk Lucas. dan sejak saat itu juga perlahan aku mulai akrab dengan bocah itu hingga sampai detik ini.
sedangkan untuk penampakan laki laki yang kini tengah berdiri menangkupkan ke dua telapak tangan nya tepat di samping Lucas, dia adalah EGI GIONI (17tahun). bos bengkel yang juga merambah sebagai mahasiswa hukum. meski dia manusia paling kecil diantara kami ber 4, namun Egi lah yang paling bisa diandalkan. dia sangat licik menyusun strategi untuk penyerangan. meski perawakan laki laki ini humoris dan tengil, tapi jika sudah mode serius, Egi seolah menjadi pemilik otak paling jernih diatas yang lainnya, termasuk aku.
dan sisi negatif yang dimiliki pria ini adalah sikap playboy nya. Egi sangat terkenal sebagi buaya hitam nya geng. bahkan bukan rahasia umum jika Egi selalu menjalin hubungan dengan lebih dari 1 wanita sekaligus.
cara ku bertemu dengan Egi sudah tidak bisa kuceritakan ulang. pasalnya bocah ini adalah sahabat rekat ku mulai dari SMP. jadi bisa dikatakan Egilah yang paling dekat dengan ku, dan lebih tau sifat dan sikap ku bagaimana.
kita kembali ke perbincangan.
"ampun Kai. suer dah becanda aing"
Egi masih memasang wajah memelas di depan ku, begitu juga Lucas yang kini juga mengangkat ke dua jarinya seraya tersenyum bodoh.
"ga lagi lagi dah gue becandain 4 bidadari itu. suer"
"iya Kai. gue juga gabakal nyenggol temen temen lu dah. janji gue"
"cih!! jaminan apa yang kalian tukar untuk bacotan kalian?"
"jaminan apa Gi?"
"mana gue tau! pikir sendiri aelah!"
sebenarnya aku tidak bermaksud membuat masalah ini menjadi panjang, aku maklumi mereka pasti becanda. tapi jika dipikir ulang, biarkan saja mereka seperti ini, setidaknya untuk pelajaran 2 buaya ini agar tidak berani berani menggoda Dea dan yang lainnya. karena meski Egi dan Lucas adalah sahabat ku, aku tidak akan izinkan mereka mendekati Dea, Kristal, Celine bahkan Lily.
aku sangat sadar diri jika kami bukanlah manusia baik. hidup kami penuh dengan konflik dan musuh yang bertebaran di jalanan. hal ini justru sangat berbanding balik dengan kehidupan 4 gadis itu. mereka hidup dikelilingi lingkungan yang damai dan tentram. jadi inilah alasan kenapa aku menentang keras Lucas ataupun Egi mendekati sahabat wanita ku.
"sadar kita siapa! tidak mungkin setan bersanding dengan bidadari seperti mereka"
"Kai sungguh tadi aku hanya becanda"
"aku masih ingat Kai apa larangan mu itu. tenang saja, aku sangat tau bagaimana maksudmu"
"baguslah. kita cari hati diluaran sana. jangan Dea, Kristal, Celine atau Lily"
setelah mengucapkan kalimat itu aku memilih berjalan kearah sofa ruang tamu.
"woi bro!!! gasalah denger nih kuping gue? kita? cari hati? wait... wait..."
"berat bodoh!"
bisa bisanya Lucas merangkul ku dengan sesak. sudah tau badan dia lebih bongsor dariku tapi seolah kesadaran dirinya lenyap seketika.
"gue gak salah denger kan? kalian juga ga salah denger pan? seorang Kai ingin mencari hati? bahahahaha"
"lo mau cari yang model gimana Kai? cowok atau cewek? tajir? mandiri? atau model? gue punya chanel bejibun. sini gue bantu cariin dah"
sepertinya aku salah bicara barusan. aku lupa jika kapasitas otak Lucas dan Egi sama sama berkedok selangkangan saja.
"boti"
pfftt...
bwaahahahaha.....
sekalian saja mereka puas dengan pemikiran gila mereka. percuma menanggapi 2 manusia ini, lebih baik aku fokus saja menatap kearah sebuah peta besar yang di print dan ditempelkan di sisi tembok ruang tamu paling sudut kanan, dekat dengan sisi jendela kecil.
penerangan di ruangan ini memang sedikit redup. meski lampu yang dipasang berwarna putih, tapi seluruh tembok sudah penuh dengan coretan cat warna yang dominan berwarna hitam.
"ada apa Kai?"
pertanyaan Novan memang sengaja aku anggurkan. fokus ku masih menatap lekat kearah beberapa titik daerah yang ada di peta itu.
peta ini adalah sebuah gambar detail nama nama daerah di seluruh kota ini. bahkan dari nama kecamatan sampai desa sekaligus, semua di tunjukan secara terperinci.
aku meraih spidol merah yang memang disediakan disamping gantungan peta ini. dengan kesadaran penuh aku mulai mencoret 3 nama tempat sekaligus di peta tersebut.
"ada apa Kai? kau menemukan sesuatu?"
"kau ingat tikus jalanan yang membakar markas kita di kota sebelah?"
"hm geng Antoni"
"3 daerah itu adalah tempat yang sering mereka kunjungi"
"ini kan?......"
"kenapa? kau takut Luc?"
"cih! seorang Lucas takut? lebih baik aku ganti kelamin saja jika aku takut melawan musuh, apalagi sekelas tikus jalanan itu"
"kita bergerak malam ini. bantai sampah sampah itu sampai dia mengakui perbuatan nya!"
rasa dahaga jiwa kelahi ku mulai terasa melonjak bergairah. aku sudah menantikan malam ini. malam dimana akhirnya aku bisa melenturkan otot otot tubuhku yang satu bulanan ini seakan diam membeku.
terhitung sejak 4 minggu lalu aku sangat sibuk dengan masa MPLS, sehingga untuk mengurus tentang baku hantam rasanya sudah tidak ada tenaga lagi.
"ini nih yang gue suka. Alpha Geng mulai menyala!!"
"skuy kita siapkan amunisi tubuh dan senjata"
kali ini Rama yang paling excited dengan penuturan ku ini. bagaimana tidak, dari sekian musuh Alpha Geng, hanya geng Antoni lah yang mempunyai anak buah sama seperti Rama. sangat cerdas di bidang IT. maka dari itu, setiap kami melacak keberadaan ketua geng itu, selalu saja lokasi mereka dipalsukan. hal itulah yang akhirnya membuat Rama semakin menjadi maniak hacker jika sudah mendengar nama Antoni.
"jangan gegabah! mereka bisa nekat kapan pun!"
"kau takut Nov?"
"jaga ucapan mu Luc! kau lupa Egi hampir cacat karena gegabah melawan Antoni?"
ucapan Novan langsung membuatku mengingat kejadian yang sudah berlalu 3 bulan kebelakang.
dimana saat itu, dengan jelas Egi hampir dikeroyok hidup hidup oleh geng Antoni. semua bermula saat Egi dengan gegabah nya melacak sendiri keberadaan mereka dan mencoba menerobos masuk ke sarang Antoni. jelas apa yang dilakukan Egi ini diluar sepengetahuan ku, Rama, Novan dan Lucas. tapi nasib baik masih berpihak pada Egi, saat itu ada salah satu anak geng kami yang mendapati informasi pengeroyokan ini. sehingga kami masih bisa membawa Egi kabur dari kepungan mereka. dan sejak saat itulah Novan semakin mengekang pergerakan kami terutama jika sudah berkaitan dengan geng Antoni
"maaf"
Lucas akhirnya ikut tersadar dengan teguran Novan.
"aku tidak mengincar pertumpahan darah. tujuan ku hanya membalas perbuatan tikus tikus itu. lenyapkan markas mereka!"
"aku setuju itu"
lagi lagi Rama mendukung semua ucapan ku. dan kali ini Novan pun perlahan ikut mengangguki nya.
"jarak kita dengan markas mereka lumayan jauh Kai. meski satu kota tapi kita beda daerah. kau yakin kita serang sekarang? lalu pulang mu?"
"aku pulang besok pagi"
"nginep disini bro?"
"hm"
"okelah, gue juga nginep di mari. bosen juga tidur di rumah"
"lo gak kuliah Gi?"
Lucas akhirnya ikut tertarik kembali dengan pembicaraan kami.
"ada kelas sih, cuman jam siang"
"aku akan temani kalian"
Novan ternyata ikut berpihak pada kubuku dan Egi.
"woilah mana bisa begitu. Kalian tidur bertiga, lah gue pulang sendirian? gak.. gak.. gue juga ikut. enak aja"
"gas lah, udah lama kita ga tidur bareng"
"najis! kalian tidur di kamar. aku disofa"
ku tatap tajam mata Egi yang malah menatap ku cengengesan.
aku memang lebih sering berbaur dengan para laki laki. terutama mereka ber 4. tapi meski demikian, aku tidak pernah sekalipun membiarkan mereka menyentuh ku lebih dari rangkulan biasa. bahkan untuk memeluk pun aku selalu menolak keras, dan syukurnya mereka sangat paham batasan tersebut. selain karena kami berbeda gender, aku juga bukanlah tipe manusia yang suka di sentuh secara berlebihan.