Inez, seorang perawat lansia.
Sejak sekolah Inez adalah gadis yang berjuang sendiri dan sudah hidup mandiri, tidak mau di biayai ibunya, karena marah pada ibunya yang selingkuh, selingkuhnya sang ibu mengakibatkan ayahnya meninggal dalam kecelakaan, Ayahnya bernama Hendra sangat mencintai Istrinya tapi godaan lelaki lain telah membutakan mata Anita. Anita adalah ibunya Inez, dan sejak kematian Hendra suaminya Anita selalu menggunakan jasa lelaki brondong untuk menemani kesepiannya dan menutupi rasa bersalah nya.
Sejak saat itu, kebencian Inez pada ibunya sudah tak terbendung.
Hingga kini dirinya menjadi perawat lansia, bernama kakek Wijaya, Kakek itu sangat menyayangi Inez, saking sayangnya, kakek Wijaya menjodohkan Inez dengan Angga cucunya, tapi Angga sudah memiliki kekasih sejak dulu.
Bagaimana kelanjutannya hidup Inez? apakah Angga bisa membuka hatinya untuk Inez?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LOVENESIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Perkenalkan supir pickup teman Inez, bernama Roni . berperawakan tinggi putih dan langsing, dia adalah satu satunya supir terganteng di pasar. Dia bekerja menjadi seorang supir angkutan barang di pasar. Keliatannya jangan di ragukan ,sehari bisa mengangkat gula karungan hingga 50 karung, jadi jangan di tanya Ototnya seperti apa. Gatot kaca tahu klean,, itulah Roni otot kawat tulang besi. Tapi sayang bagi para Cewe cewe jangan berharap deh buat menggoda dia, soalnya dia sukanya lekong,, siang Roni, kalau malam Rini. (⌒_⌒;)
Inez dan Roni sudah persahabatan lumayan lama, ada sekitar setahun. Sejak Inez jadi perawat Lansia.
Karena kebetulan panti Jompo itu berada di dekat pasar kota. Jadi ga aneh kalau sering sekali ketemu dengan Roni. Persahabatan mereka di mulai saat Inez kecopetan, Roni yang memiliki kemampuan lari cepat mampu mengejar copet dan menghabisinya, Inez terpesona saat itu, tapi pas tahu.
"Makasih yah mas, udah mau bantu saya tangkap copet itu"
"Eike kalo lihat pecotpet, mau nek timpuk sendal"
dengan gaya ngondeknya.
"Oh? lekong?"
"Heu eum".
"Hahahahahahah" Inez tertawa karena dia sempat terpesona.
Sejak saat itu, Roni adalah teman dan sahabat bagi Inez termasuk memantau Ibunya yaitu Anita.
Di dalam mobil bersama Angga.
"Ooohhh jadi begitu, ok ayo kita ke pantai Amba"
"Ayooooo!"
Sementara itu , Roni sedang di ikuti oleh Pak Wahyu dan bodyguardnya.
Setelah perjalanan 1 jam barulah mereka sampai di Pantai Kirana.
Di ketok lah kaca jendela Angga.
"Tuan Angga ,Nona Inez silahkan keluar, kita melakukan Foto potret disini"
ucap Wahyu.
Karena ada keanehan ,Wahyu langsung mendekatkan matanya ke kaca, dan betapa kagetnya karena ternyata di dalam Bukanlah Angga dan Inez.
"Woy, siapa lo? keluar buruan"
"Woy! cepetan!" Wahyu meradang ,mata melotot. Mobil mewah Angga itu di ke kelilingi bodyguard Roni panik, keringat dingin.
Kaca mobil pun di buka dulu oleh Roni.
Setelah di buka.
"Ngapain lo Di mobil Bos gua?" Wahyu melotot
"Anu pak! eh"
baju Roni langsung di jambak Wahyu.
"Keluar lo!"
"Entar dulu, sabar, aku bisa jelaskan!"
"Halah,Buruan keluar!"
"Tapi jangan di gebukin pak!"
"Cepat keluar!"
Dengan ketakutan, Roni keluar.
Tangan Roni di angkat, tanda menyerah.
"Mana Mas Angga? dan Nona Inez?"
"Mereka naik pickup putih saya"
"Di suruh siapa Lo?"
"Inez!"
Seketika Wahyu ga marah, dan tersenyum.
"Oh nona Inez"
"Kenapa? takut lo?"Bentak Roni, mendengar Roni suruhan Inez , Wahyu dan yang lainnya ketakutan.
"maaf"lirih Wahyu.
"maaf, maaf! gue aduin lo lo semua ke Inez, Inez itu Sahabat Gue! lo semua bisa di pecat!"
"Jangan Mas, eh Mba ,kita kan ga tahu, kamu di suruh nona Inez"
"Makanya nanya baik baik, biar ga salah faham"
"Iya maaf, tapi boleh nanya? nona Inez dan tuan Angga kemana ya?"
"Enggak tahu, aku kan cuma disuruh gantian mobil! urusan mereka kemana Gue Gak Tahu! bye!
Wahyu dan Semua bodyguard kebingungan, kehilangan jejak Inez dan Angga.
2 jam kemudian Inez Dan Angga sampai di pantai Amba. Inez langsung turun dan Angga juga turun.Pantai Amba yang sangat Indah, memberikan kesan romantis dan hangat, di sekitar pantai masih di kelilingi oleh pegunungan Hijau Asri.
Pantai Amba terkenal dengan kapal penyebrangan menuju pantai Karina.
Makanya Inez dan Angga memilih Amba , jika mau ke Pantai Karina akan mudah dengan Kapal penyebrangan.
Pickup di parkirkan di hotel kecil di pinggir pantai.
"Sewa kamar dulu nez"
"2 ya ,sewa Dua, Gue ga mau sekamar sama lo"
"Ya iyalah, Gue juga ga mau sekamar sama lo"
Angga pun masuk untuk menyewa dua kamar.
"Mbak, ada 2 kamar?"tanya Angga.
"Selamat siang, Tuan ada yang bisa saya bantu?"
"Saya pesan kamar 2"
"Maaf Tuan, Kamar tersisa satu, bagaimana?"
"Ya sudah ,saya nginap dengan istri saya kok!"
"Baik ini kuncinya ,kamar Nomor 8"
"Terimakasih"
Angga pun keluar.
"Dimana Inez?"
Terdengar lah suara teriakan, dari arah Pantai.
"Angga sini berenang, ayo!"
"Astaga"
Angga pun menghampiri Inez, menyusuri pasir pasir putih.
"Sini Angga berenang"
"Gak mau, kamar kosong cuma Satu, nomor 8, kalau mau istirahat ingat nomor 8"
"Gak mau! aku gak mau sekamar" marah Inez.
"Terserah, berarti itu kamar Gue ya! lo cari kamar sendiri"
"Gue di PicKup saja"ucap Inez.
"Terserah!" Angga pun ga perduli, yang penting udah baik dan menjalankan tugas nikah.
Inez bete, dia masih di pantai berendam, Hotel memang kecil makanya kamar kosong hanya sedikit.
1 jam kemudian.
Inez pun mengetok pintu kamar Angga. Dengan posisi menggigil kedinginan.
"Angga , buka".
ceklek.
"Kenapa lo?"
"Gue mau numpang mandi"
"ya udah sana"
Inez langsung lari, dan menutup pintu kamar mandi. Sedangkan Angga sibuk menonton TV.
Tidak terdengar lagi suara gebyuran air, dalam fikiran Angga, akhirnya dia sudah selesai mandi.
Inez pun keluar.
"Angga ayo kita foto foto, untuk bukti kita di pantai"
"Aku malas"
"Eh ko gitu?".
"Iyalah, emang kenapa?"
"Dasar!" Inez marah dan langsung keluar kamar dan masuk ke dalam mobil.
Inez tidak mau sekamar karena merasa, jika tidak saling mencintai akan susah hidup bersama.
Inez tetap ingin tidur di mobil. Malam menjelang, Inez sangat kedingingan di dalam mobil karena Angin malam begitu kencang dan berhembus Ke segala Arah. Inez sama sekali tidak bisa tidur, Inez tadi siang sudah berfoto sendiri di pantai, tapi tidak dengan Angga yang masih tidur di kamar nyamannya.
Inez pun menuju pantai meski sangat gelap gulita. terlihat olehnya ada kapan nelayan yang menepi ke pantai jam 10 malam. Inez menghampiri dan mengajak ngobrol pada nelayan itu.
"Pak, udah malam kok masih melaut saja?"
"Eh , iya mbak, soalnya untuk kebutuhan"
"Saya ingin sewa perahu ini boleh"
"Boleh, tapi besok saja, baru saya antar kemanapun nona mau"
"Aku mau sekarang pak, aku mau mencoba naik perahu malam malam begini"
"Tidak boleh nona! bahaya, lagi pula gelap ,nanti kita tertabrak dengan perahu nelayan lainnya"
"Saya bayar mahal"tiba tiba Angga datang.
"Berapa Tuan?"
"5 juta"
Mendengar nominal uang 5 juta membuat pak Anto mau dan menyetujui bayaran dari Angga.
"Mahal Banget" bisik Inez.
"Udah diem! mau kaga lu?"
"Mau, makasih yah"
Inez dan Angga pun melakukan pemotretan di atas perahu itu malam malam.
"Pak Anto agak ke tengah"
"Jangan Tuan bahaya"
"Kenapa?"
"Saya lupa malam ini malam bulan purnama"
"Emang kenapa pak?"
"Selalu ada angin badai Tuan"
"Aku ga Percaya kita kan ga terlalu ketengah, agak ke sana dikit pak" perintah Angga.
Momen langka, Inez melihat ikan Berlampu di dalam air, sangat jarang, sehingga dasar laut terlihat sangat indah, karena dari cahaya ikan berlampu. Ikan itu biasanya hidup di dasar laut dalam, tapi kali Ini Inez merasa beruntung.
Bisa melihat keindahan malam bawah laut. Pak Anto kaget!
"Kenapa pak?" sahut Angga.
"Jika ikan ini naik malam malam begini, sepertinya akan terjadi sesuatu"
"Sesuatu Apa pak?"
"Mbak dan Tuan mari kita menepi, karena perasaanku tidak enak"
Tanpa mereka sadari, di bawah mereka berlayar, sedang terjadi getaran dan akan terjadi letusan kawah panas.
Angga masih saja ngeyel ingin tetap di sini, himbauan pak Anto tidak di dengarkan.
Inez yang tadinya biasa saja sekarang panik.
"Angga ada yang aneh".
"Apa?"
Ditunjuk nya ke dasar laut, pak Anto pun ikut menatap kelaut, ada gelembung.
Setelah sadar ,pak Anto langsung mengayun sampan terus.
Pak Anto, Angga dan Inez Panik dan membantu mendorong perahu ke pesisir pantai.
"Cepat Tuan, akan ada bahaya" teriak Pak Anto sang nelayan
Apakah yang akan terjadi? apakah mereka akan selamat?
mampir dikarya aku juga ya jika berkenan/Smile//Pray/