Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 - Kencan
"Mas, lihat ini. Lucu deh!" Ayna menyandar di dada Alex sambil mengotak-atik ponselnya.
"Kamu ini kurang kerjaan. Masa kepalaku dikasih tanduk gini." Ucap Alex melihat foto dirinya yang diedit-edit Ayna.
"Aku ini tampan lho, sayang. Jangan tanduk, makhota baru cocok." Alex dari belakang Ayna, mengambil ponsel Ayna dan mengedit foto itu.
"Ini baru!" Alex menoleh ke Ayna. Dan mendapati wanita itu sedang melamun menatapnya. Ia tak tahu tah sejak kapan Ayna begitu.
Alex perlahan mulai mendekatkan wajahnya pada sang istri. Dan Ayna juga memajukan wajahnya. Hingga bibir mereka kembali bertemu.
Saat mereka saling menikmati perasaan yang selalu berdebar. Tiba-tiba ponsel Ayna berdering.
Alex melepas pagutannya, mendengar deringan panggilan masuk yang sudah menganggu.
"Siapa, sayang?" Tanya Alex melirik ponsel Ayna.
"Nggak tahu, Mas. Nomor baru." Ayna menunjukkan ponselnya, terdapat nomor yang tak tertera di kontaknya. Ia meletakkan kembali ponsel di atas meja.
Ayna melingkarkan tangannya. Kembali melanjutkan rasa candunya. Tapi terganggu lagi oleh deringan ponsel.
"Sayang, siapa sih?"
"Nggak tahu, Mas."
"Angkat dulu! Mungkin penting." Ucap Alex karena penelepon itu menelepon Ayna sampai 2 kali.
Ayna menekan gagang hijau di layar. Dan menekan speaker. Agar sama-sama mendengar siapa yang menelepon.
"Ayna..." Ucap seseorang dari sana, begitu panggilannya tersambung.
Wajah Ayna mendadak pucat, ia sangat mengenal suara itu. Suara pria yang selama 5 tahun ini sudah mengisi hatinya.
Tidak mau pikirannya bernostalgia. Ayna akan memutuskan panggilan itu. Tapi segera ditahan Alex.
"Halo!" Alex pun segera menjawab. Melihat ekspresi Ayna, pasti orang itu yang menelepon, yang tak lain dan tak bukan adalah mantan Ayna, Arga.
"Mana Ayna?" Tanya Arga dengan nada sinis.
"Ada urusan apa dengan istriku?" Tanya Alex kembali dengan nada yang sama sinisnya.
"Aku mau bicara dengan Ayna." Sambung Arga kemudian.
"Ada urusan apa, malam-malam menelepon istriku?" Alex meremas tangannya, orang itu tidak ada sopan santunnya.
"Itu bukan urusanmu!!!"
Mendengar itu Ayna pun segera memutuskan panggilan itu. Sebelum suaminya bicara lagi. Wajah Alex sudah menakutkan.
"Apa kamu masih sering menelepon orang itu?" Tanya Alex menatap mata Ayna.
Ayna menggeleng cepat. "Aku nggak pernah menelepon Arga, Mas." Jujur Ayna menjawab.
"Aku sudah memblokir nomornya dan mana aku tahu, dia meneleponku dengan nomor lain!" Ayna menunjukkan ponselnya.
Alex mengangguk atas perkataan sang istri. Arga memang menelepon Ayna dengan nomor lain.
"Untuk apa dia meneleponmu?" Tanya Alex sambil berpikir.
Ayna mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Ekspresi istrinya saat ini seperti tidak mau membahas tentang mantannya itu.
"Besok kamu ganti nomor saja, aku nggak mau orang itu menelepon kamu dan mengganggumu nantinya." Saran Alex mengelus kepala Ayna.
Ayna mengangguk. Ia memang sudah tidak mau peduli pada Arga lagi. Mau mantannya itu hidup atau mati, ia sudah tidak peduli.
"Sayang, aku lapar." Ucap Alex pelan.
"Tadikan sudah makan, Mas." Ayna mengingatkan Alex. Pria itu tadi sore menghabiskan masakannya tanpa sisa.
"Masih lapar." Rengek Alex.
"Ya sudah, aku masak dulu sebentar." Ayna akan bangkit dan Alex menahan tangannya.
"Mau makan di luar?" Tawar Alex.
"Biar aku masak saja, Mas!"
"Anggap saja ini kencan." Senyum Alex pun melebar.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Tak berapa lama Ayna keluar kamar setelah berganti pakaian.
"Ayo, Mas!"
"Sayang, ganti sana pakaian kamu! Ini sudah malam, nanti kamu bisa masuk angin." Alex mendorong Ayna kembali ke kamar. Bisa-bisanya Ayna memakai rok mini untuk keluar malam ini.
Alex tersenyum melihat Ayna keluar kamar memakai celana jeans panjang serta sweter panjang. Tak ada lagi paha istrinya terpampang.
"Gini kan bagus. Aku nggak mau kamu masuk angin terus sakit." Alex merapikan rambut Ayna lalu mencubit pipinya.
"Sayang, kapan M kamu itu selesai?" Tanya Alex.
"Ayo jalan, Mas! Nanti kemalaman." Ayna segera berjalan keluar pintu apartemen.
"Sayang, kapan? aku sudah lama nggak mendengar desahaan ka-"
"Mas Alex!!!" Pekik Ayna segera menutup mulut suaminya. Jika didengar orang, mau ditaruh dimana wajahnya.
"Jadi pergi nggak, Mas?"
"Ayo... meluncur!" Alex merangkul Ayna keluar unit apartemennya. Ia terkekeh melihat wajah yang selalu mengerucut itu.
Tak berapa lama mereka sampai di sebuah kafe. Karena malam pengunjungnya cukup ramai.
"Alex..."
Alex dan Ayna menoleh ke arah suara. Mereka melihat seorang pria melambai padanya.
"Eh... ada adik ipar. Ayo, silahkan duduk!" Dafa menarik kursi untuk Ayna.
"Kita cari tempat lain saja!" Alex merasa malas bergabung dengan Dafa dan Jo.
"Apa adik ipar keberatan bergabung dengan bang Dafa?" Tanya Dafa memasang wajah sedih.
"Mukamu biasa saja!" Alex mengusap wajah Dafa.
"Nggak apa kok Bang, kita gabung saja kan, Mas?!" Ayna tidak enak hati jika mereka mencari tempat lain. Dafa dan Jo itu kan teman Alex.
"Adik ipar mau makan apa? pesan saja!" Dafa memberikan buku menu segera.
"Adik ipar adik ipar." Alex mendengus kesal. Dafa lancar sekali dengan panggilannya itu.
Ayna memesan salah satu menu dan Alex menyamakan pesanan mereka.
"Pak Jo, apa kabar?" Ayna basa basi melihat Jo.
"Adik ipar, tolong jangan panggil aku Pak!" Jo merasa tua dipanggil begitu. Alex dipanggil Mas, Dafa dipanggil Bang, lah dia masa dipanggil Pak.
"Panggil saja, Jo itu Om atau paklek. Pakde juga boleh!" Ledek Dafa.
"Aku belum setua itu, Daf!" Jo yang kesal menokok kepala Dafa dengan sendok.
Ayna tersenyum melihat kedua teman suaminya yang terus berdebat.
Tak lama...
"Kalau tahu begini, bagus nggak usah diajak gabung mereka." Bisik Dafa pada Jo yang menyesal setelah melihat keromantisan pasangan itu.
Pasangan itu makan dengan saling melempar senyum. Tatapan mereka juga bisa membuat orang yang melihat iri. Tatapan orang yang sedang dimabuk cinta. Dan seolah dunia milik berdua.
"Makanya cari wanita yang serius, yang bisa saling mencintai dan dicintai. Kayak Alex tuh!" Tunjuk Jo.
"Baiklah para pengunjung semua, bagi ada yang ingin menyumbangkan suara emasnya dipersilahkan!" Ucap penyanyi kafe dari atas pentas.
"Mas, mau kemana?" Tanya Ayna melihat pria itu tiba-tiba bangkit.
"Tunggu sebentar, ya." Alex mengecup pipi kiri Ayna dan berlalu pergi.
"Apa kita pergi saja sekarang?" Tanya Dafa pelan.
"Bagaimana dengan adik ipar?" Tanya Jo melirik Ayna
"Kita bawa saja dia. Adik ipar wajib diselamatkan!"
"Tapi itu suaminya?"
"Kenapa bang?" Tanya Ayna bingung melihat kedua teman Alex yang mulai resah dan gelisah.
Keduanya malah tertawa sumbang.
"Aku akan mempersembahkan sebuah lagu untuk seseorang..."
Ayna menoleh mendengar suara Alex. Melihat suaminya berada di pentas. Tadi ia mengira Alex pergi ke toilet.
"Dia muncul dan mengalihkan duniaku. Menawarkan rasa yang menyembuhkan lukaku. Untuk Ayna, istriku. Aku mencintaimu." Alex menunjuk Ayna dengan tatapan cintanya.
Riuh tepuk tangan dan suitan memenuhi kafe, mendengar gombalan pria tampan itu pada sang istri.
'Apaan sih, Mas Alex?!'
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘