Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Mayang terbangun dari tidur nya, lalu mayang menatap jam di dinding nya. Waktu sudah menuju jam empat sore, bergegas mayang mencuci muka nya dan mengikat rambut nya. Lalu melaksanakan sholat.
Mayang berjalan ke arah dapur. Dilihat nya sang anak sedang duduk sambil menonton tv acara kesukaan nya.
"Hafiz sudah tidur siang?? Atau belum tidur nak??"tanya mayang sambil mencium pipi putra nya.
"Hafiz baru bangun tidur bun?? Ini baru selesai sholat".jawab hafiz dengan senyum nya.
"Bunda, masak dulu ya nak. Buat makan malam kita".
"Iya bunda."
Mayang melangkah kan kaki nya menuju dapur, lalu membuka kulkas untuk memulai beraktivitas memasak.
Seusai memasak. Mayang langsung membersihkan semua perkakas. Dan meletakan makanan yang telah dimasak nya di atas meja makan.
Sambil menunggu adzan magrib. Mayang menemanin hafiz menonton tv. Sambil membuka apk gagang hijau. Sudah ada pesan yang masuk dari nomor yang tidak di kenal. Mayang langsung menekan nya.
(Hay, apa benar ini nomor hp mayang. Saya melvin yang tadi bertabrakan di supermarket)tanya dari nomor hp malvin setelah ku membaca pesan nya.
(Iya benar, ini dengan mayang sendiri. Ada apa ya mas menghubungi saya) balas ku
(Tidak ada apa apa mba, cuma mau memastikan saja. Tolong di save ya nomor hp saya.)di iringi dengan emoticon senyum.
(Baik mas nanti saya save)balas ku sambil menekan tombol tambah kontak. Ku save nomor tadi.
Terdengar suara adzan mayang langsung meletakkan hp nya di atas meja. Dan mengajak putra nya untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat berjamaah.
Selesai sholat, mayang dan hafiz menuju ruang makan. Untuk memulai makan malam mereka. Sehabis makan hafiz membantu sang bunda membereskan piring yang telah mereka gunakan. Dan mayang bagian mencuci piring.
Setelah mengeringkan tangan nya mayang membuat kopi latte di campur es dan susu coklat untuk hafiz. Lalu membawanya ke ruang keluarga.
Hafiz sedang menonton acara tv anime kesukaan nya. Lalu mayang meletakan kedua gelas yang di bawa nya ke atas meja. Dan duduk di samping hafiz.
"Bun, hafiz boleh bertanya. Tapi bunda jangan marah ya??" Tanya hafiz hati-hati sambil melirik ku.
"Hafiz mau tanya apa nak"sambil ku elus rambut nya.
"Apa hafiz punya ayah?"
Deg..
"Ya allah".. batinku mengucap. Hal yang selama ini tidak pernah hafiz pertanyakan akhirnya terucap dari bibir nya. Entah aku harus berbohong atau aku harus jujur.
"Bunda harus jujur sama hafiz!!. Bunda pernah bilang kalau allah tidak menyukai umat nya yang berbohong."ucapnya kembali sambil menatap wajah ku.
"Baik lah nak. Bunda harap kamu mengerti dan paham maksud bunda,"sambil menarik nafas aku berusaha menceritakan semua nya tanpa aku tutupin secara pelan-pelan, aku tahu hafiz termasuk anak yang cukup tangkas.
"Hafiz punya ayah, nak. Nama ayah mu adam. Kami menikah selama lima tahun. Saat itu nenek berharap ayah dan bunda untuk mempunyai anak. Tapi tuhan berkehendak lain. Sedangkan nenek selalu memaksa bunda. Hingga akhir nya bunda tidak tahan. Dan memilih untuk berpisah dengan ayahmu.
Hingga akhir nya kami bercerai. Dan bunda mengetahui kehadiran mu setelah bunda dan ayah sudah memilih jalan masing-masing. Jika hafiz bertanya apa kah ayah mengetahui akan keberadaan hafiz. Maka bunda akan menjawab Tidak. Ayah tidak mengetahui keberadaan hafiz didalam kandungan bunda. Maaf kan bunda nak, hafiz boleh marah dan membenci bunda. Bunda ikhlas. Karena bunda sudah menyembunyikan keberadaan hafiz dari ayah,jawab ku dengan suara lirih di iringin dengan deras nya air mata. Biar lah putra ku membenci diriku. Aku tak mau hafiz membenci ayah nya, karena kesalahan ku yang menutupi kehadiran hafiz dari ayah nya. Aku masih menjaga nama baik ayah nya untuk tidak mengatakan yang sebenar-benar nya. Biar lah nanti hafiz mengetahuinya setelah dia dewasa dan lebih memahami nya.
"Lalu di mana ayah sekarang bunda?"tanya hafiz sambil mengelap air mata ku dengan tangan kecilnya.
"Bunda tidak tahu nak, karena bunda dan ayah sudah tidak pernah berkomunikasi setelah kami berpisah, maaf kan bunda nak? Apa hafiz membenci bunda.?" Tanya ku kepada hafiz sambil menatap mata nya yang sudah berlinang air mata. Ku sapu air mata nya seperti yang hafiz lakukan padaku.
"Tidak bunda, hafiz tidak benci bunda. Bun, berarti hafiz mempunyai ayah kan bun??"tanya hafiz
"Iyaa sayang kamu masih mempunyai ayah. Jika suatu saat nanti kamu sudah lebih dewasa. Kamu pasti akan bertemu dengan ayah mu nak." Kupeluk tubuh kecil anak ku. Kucium rambut nya. Dan tubuh nya bergetar karena menangis. "Maafkan bunda, nak." Ucap ku lirih.
"Iya bunda, hafiz sayang bunda". Ucap hafiz sambil memeluk ku erat.
Karena kecapaian menangis. Hafiz tertidur di dalam pelukan ku. Ku gendong tubuh anak ku, dan ku bawa ke kamar nya lalu ku letakkan hafiz di atas tempat tidur. Ku selimutin tubuh nya. Dan ku cium ubun-ubun kepala nya sambil berdo'a demi keselamatan dam kesehatan nya
Mayang melangkah kan kaki nya keluar dari kamar hafiz menuju kamar nya. Dan menumpah kan semua rasa sakit yang dulu ada karena mantan suami nya adam. Dan sekarang rasa sakit itu muncul kembali. Sudah lama mayang mengubur rasa sakit itu. Tapi sekarang sang anak meminta nya untuk membuka luka lama yang telah mayang simpan selama ini. Ada sedikit ketakutan di dalam diri mayang. Ketakutan terbesarnya yaitu kehilangan keceriaan dan kebahagiaan putra nya.
Tanpa mayang sadari,hafiz terbangun saat sang mayang keluar dari kamar nya, dan mengikuti bunda nya dari belakang sampai sang bunda menutup pintu kamar nya. Hafiz ingin kembali ke dalam kamar nya akan tapi suara tangisan sang bunda terdengar oleh nya. Tangisan pilu, membuat hafiz ikut menangis didepan pintu kamar mayang.
"Maaf kan hafiz bunda, maaf kan hafiz karena hafiz telah membuat bunda menangis. Maaf kan hafiz.. maaf kan hafiz bunda."dengan suara lirih hafiz meminta maaf sambil mendengar suara tangisan pilu bundanya.
Setelah tak terdengar suara tangisan dari kamar sang bunda, hafiz kembali kedalam kamar nya lalu mencuci muka nya. Dan kembali merebahkan diri di atas kasur.
Banyak tanda tanya di dalam benak hafiz. Hal itu lah yang membuat hafiz ingin mencari tahu kan nya. Hafiz sudah tidak ingin mendengar suara tangisan dari bunda nya. Bagi hafiz, mayang adalah sumber kehidupan nya. Tidak boleh ada seorang pun yang boleh melukai dan menyakiti poros hidupnya. Hafiz berjanji dalam hati nya untuk menjaga dan membahagiakan sang bunda.