NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Meski penuh drama yang membuat Zayn berkali-kali harus menggeram karena menahan kesalnya, akhirnya Adhisty menandaskan makannya juga. Ia bahkan bersendawa. Tentu saja ia merasa malu luar biasa terhadap Zayn. Namun, pria itu sama sekali tak berkomentar, hanya diam tanpa ekspresi. Meskipun sebenarnya ia menahan tawa melihat ekspresi Adhisty setelah bersendawa di depannya tersebut.

Selesai menunggui bahkan menyuapi Adhisty, Zayn berdiri.

"Terima kasih, ternyata kamu masih punya rasa peduli," ucap Dhisty.

Zayn menoleh mendengar kalimat Adhisty barusan.

"Sedikiiiiit! Ya meskipun sedikit setidaknya tidak membiarkan anakmu kelaparan," Adhisty menegaskan kalimatnya. Jangan sampai Pria yng beridri di depannya itu gede kepala karena di sebut punya empati.

"Dengar, kamu harus jaga kandungan kamu baik-baik. Jangan berbuat sesuatu yang membahayakannya. Aku tidak mau dia kenapa-kenapa," pesan Zayn sebelum ia pergi. Ia menatap ke arah perut Adhisty sebelum akhirnya ia keluar untuk melanjutkan main game.

"Nanti malam aku pengin rendang unta, apa kau bisa membuatnya?" celetuk Adhisty saat langkah Zayn sampai di depan pintu.

Pria itu berbalik lalu menatap tajam istrinya.

"Sapi juga nggak apa-apa. Kalau unta susah, harus impor dari arab, kan?" ucap Adhisty.

Zayn mendengus lalu pergi.

"Ada-ada saja kelakuan, minta rendang unta segala!" gumam Zayn menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan istri kontraknya tersebut. Ia kembali merebahkan diri di sofa dan melanjutkan gamenya.

........

Malam hari....

Entah kenapa Zayn menuruti kemauan Adhisty. Sudah sejak sore tadi ia sibuk sendiri di dapur membuat rendang. Padahal butuh waktu cukup lama untuk membuat makanan satu itu. Tapi, berdalih demi calon buah hatinya, ia rela. Apalagi Adhisty hanya mau makan masakannya saja.

"Hem, baunya enak sekali! Boleh aku icip?" tanya Adhisty yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Zayn sampai mencelat karena kaget. Untung dia tidak latah.

"Kau tidak mual mencium baunya?" tanya Zayn , biasa wanita hamil akan sensitif penciumannya.

Adhisty menggeleng, "Hanya bau bawang goreng aku nggak suka. Sama... Parfum kamu...Huweek!" Adhisty langsung mual begitu mendekat dan mencium bau parfum Zayn. Siang tadi Zayn tak memakai parfum sehingga Adhisty tak masalah. Berbeda dengan saat ini.

"Masak aja, pakai parfum segala udah kayak mau bgedate sama gebetab aja. Yang ada makin enek baunya campur asap dapur, belum lagi keringat, huwweek!"

"Udah sana! Di sini malah bikin ulah!" ucap Zayn kesal karena ia tersinggung Adhisty mual dengan baunya. Padahal wangi, parfumnya juga bukan kaleng-kaleng harganya.

"Ini juga mau pergi, cuma ambil minum aja. Di kamar habis soalnya. Ngomong-ngomong istrimu kemana? Dari tadi nggak kelihatan," tanya Adhisty penasaran dengan sosok ratu di rumah tersebut. Tapi, ratu blorong, aduh Adhisty sampai batin amit-amit karena sadar dia lagi hamil.

Tanpa suara, Zayn menunjuk Adhisty. Wanita itu langsung mengernyit, "Aku?" Adhisty ikut menunjuk dirinya sendiri dan Zayn langsung mengangguk, "Kau juga istriku," ucapnya.

Demi menjaga kewarasannya untuk tidak terlalu dalam melakoni perannya sebagai istri, Adhisty memilih pergi dari sana sebelum baper berkepanjangan.

Zayn mengatup, menahan tawanya melihat ekspresi Adhisty barusan. Skor satu sama, pikirnya.

Sementara Adhisty langsung menutup pintu kamarnya, napasnya naik turun.

"Profesional Adhisty. Di larang baper!" gumamnya.

........

"Abang lagi apa?" tegur Salwa yang baru saja pulang dan mendapati suaminya di dapur.

Zayn menoleh, "Baru pulang? Dari mana saja?" ia malah balik tanya.

"Abang masak?" tanya Salwa heran. Mengabaikan pertanyaan suaminya.

Zayn mengangguk, "Iya, Dhisty pengin makan rendang katanya," ucapnya datar.

"Berani sekali dia suruh Abang masak. Kenapa nggak nyuruh bibi saja? Kalau nggak di kasih tahu ngelunjak tuh anak. Mentang-mentang di butuhkan, jadi seenaknya, kita kan juga bayar mahal sama keluarganya," ada nada cemburu dari ucapan Salwa. Pasalnya selama ini Zayn tak pernah memasarkannya, sekalipun saat Salwa sakit.

"Tidak apa-apa, mumpung abang libur. Dia kan tidak bisa makan masakan selain masakan abang. Demi anak kita. Kasihan anak kita kalau dia nggak mau makan. Kamu bersih-bersih dulu, mau rendangnya tidak?" ucap Zayn. Sengaja berbicara manis dengah mengatakan demi anak kita supaya Salwa tak semakin meradang.

"Nggak ah, nggak suka rendang, biar dimakan Adhisty saja!" tolak Salwa.

"Yaudah, ada makanan lain, tadi bibi udah masak. Setelah mandi, kita makan malam bersama," ucap Zayn.

"Hem," sahut Salwa, ia langsung memutar kursi rodanya dan pergi dengan kesal.

Malam ini, Adhisty ikut bergabung di meja makan karena Zayn mengancam tak mau memberikan rendangnya jika Adhisty tidak mau turun dan makan di meja makan. Wanita hamil juga harus banyak gerak, jangan di kasur terus, pesan yang di sampaikan Zayn melalui bibi.

Adhisty terkejut karena Zayn mengganti kaos yang ia kenakan tadi. Dan sekarang pria itu tak memakai parfum.

"Kenapa?" tanya Zayn saat menyadari Adhisty menatapnya.

"Nggak apa-apa!" sahut Dhisty.

Dengan lahapnya Adhisty makan dengan lauk rendang buatan Zayn, "Ini enak, kenapa nggak buka warung padang saja kamu, kan lumayan! Sayang kalau bakat gak di kebangin!" celetuk Adhisty.

"Dhisty! Jaga bicaramu!" tegur Salwa.

"Maaf mbak, aku cuma bercanda biar nggak tegang," ucap Adhisty lirih. Ia kembali melanjutkan makannya, "Masa makan suasananya kayak di medan perang gini, mencekam. Buat nelen nasi aja rasanya butuh perjuangan," gumamnya kirih.

"Lain kali, kamu harus berusaha buat nggak pilih-pilih makanan. Apalagi harus abang yang masak, baru mau di makan. Abang tuh sibuk, nggak ada waktu buat manjain kamu. Jangan manja, Dhisty. Aku rela masakin apa aja buat kamu. Jangan nyusahin abang," Salwa menasihati Adhisty.

Lagi-lagi Adhisty merasa sakit di katakan demikian. Selama ini ia adalah pribadi yang kuat dan mandiri, tidak pernah menyusahkan dan tidak manja sama sekali. Hanya kaki ini berbeda, entah kenapa calon bayinya Zayn itu begitu manja dengan ayahnya.

"Aku juga nggak tahu kenapa anak ini manja sekali dengan ayahnya. Aku nggak minta dia buat masakin aku mbak, dia sendiri yang menawarkan makanan buat aku siang tadi, dan ternyata memang maunya ayahnya yang masak, gimana dong? Kalau aku gak makan, nanti sakit, anaknya jadi kurang gizi," ucap Adhisty menjelaskan awal mula ia mau makan.

"Itu pasti alasan kamu saja, kan? Pokoknya mulai besok paksa buat makan, apapun itu selama baik buat kandungan kamu," tekan Salwa.

"Udah Salwa, jangan di perpanjang lagi. Tidak baik di meja makan berdebat terus. Kamu, cepat selesaikan makannya!" ucap Zayn beralih menatap Salwa kemudian Adhisty.

"Mbak nggak akan mengerti, gimana rasanya jadi aku karena bukan mbak Salwa yang hamil," gumam Adhisty. Tak di sangka, Salwa mendengarnya.

Lagi-lagi Salwa tersinggung dengan ucapan Adhisty. Ia menyudahi makan malamnya meski belum selesai dan pergi dari sana.

Zayn menatap Adhisty, gadis itu hanya menunduk,"Lain kali, hati-hati dengan ucapanmu, Salwa itu tidak bisa hamil kayak kamu, dia pasti tersinggung dan sedih jika kamu bilang begitu, jaga perasaan dia. Lanjutkan makanmu!" ucap Zayn menasihati Dhisty, lalu menyusul Salwa ke kamarnya

"Perasaanku juga harus di jaga," Adhisty juga menyudahi makannya, ia memilih keluar untuk mencari udara segar. Di dalam rumah hanya membuatnya semakin sesak rasanya.

Adhisty terus berjalan dan baru berhenti setelah sampai di sebuh taman yang tak jauh dari rumah suaminya. Di sana ia duduk lalu menangis seorang diri.

"Bunda, Dhisty kangen," gumamnya di sela tangisnya. Ia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya dan menangis sejadinya. Menumpahkan apa yang selama ini ia tahan seorang diri.

Saat mulai tenang, Adhisty membuka matanya, tiba-tiba saja ada badut yang mengulurkan permen kapas kepadanya.

"Buatku?" tanya Adhisty.

Badut itu mengangguk. Ia menunjuk tempat kosong di samping Adhisty, meminta ijin untuk duduk di sana. Adhisty mengangguk dan badut itu duduk di sampingnya.

"Boleh aku makan?" tanya Adhisty. Badut itu kembali mengangguk.

"Ini tidak apa-apa kan di makan orang hamil? Aku sedang hamil soalnya," tanya Adhisty lagi memastikan dan badut itu kembali mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

"Manis sekali rasanya. Nggak kayak hidupku, pahit," ucap Adhisty nyengir.

"Kamu kerja sampai malam begini. Memang ya, uang itu segalanya, bahkan aku ada di posisi ini juga karena uang," Adhisty pikir tak apa curhat sedikit, toh dia tidak kenal badut itu, pun sebaliknya.

Adhisty sedikit terhibur dengan adanya badut tersebut. Badut itu terus bergoyang di depannya, sangat lucu membuat Adhisty tertawa.

Merasa perasaannya sudah kembali membaik, Adhisty pulang ke rumah. Ia masuk ke dalam rumah mengendap, berharap penghuni rumah yang lain sudah tidur.

Tiba-tiba, lampu menyala. Adhisty langsung mematung melihat Zayn berdiri di depannya. Pria itu bersedekap dengan sorot tajam. Dari sorot matanya tersebut, Adhisty tahu kalau Zayn sedang marah besar. Pria itu benar-benar marah saat mendapati Adhisty tak berada di rumah malam-makam begini.

"Dari mana kamu?" tanya Zayn dingin.

...----------------...

1
Isma Zafa
bagus
SariRenmaur SariRenmaur
semoga semua kebusukan Salwa terbongkar dan Adisty sudah pergi yang jauh
Anonymous
keren
Moms Raka
pngn ngerujak ni orang
Eva Marlina siboro
mewek thor😥😥😥😥
Moms Raka
bawang bawang
Alang Lisanna
Luar biasa
Ruby Vee
dah mulai ngelawan salwa dia, bagus zein
Ruby Vee
salwa terjebak dalam perangkapnya sendiri.
Ruby Vee
buat dia mengetahui kalo istri pertamanya kembali selingkuh
Ruby Vee
kok makin kesini zein makin gimana thor buat dia nyelidikin salwa yg pura pura
Ruby Vee
ach bumil rindu tah
Ruby Vee
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Anita Nita
kaya sinetron ikan terbang
Anita Nita
kenapa ya semua orang di novel ini bodoh...
Anita Nita
dok bantu disty sembunyikan satu anaknya
Anita Nita
terlalu berbelit2 ceritanya....bosan
Ruby Vee
yu hui bang zein mulai cemburu ini
Anita Nita
sdh sejauh ini zayn blm tau juga kalo salwa tukang selingkuh
Anita Nita
CEO goblok...bagai kerbau dicuccuk hidungnya klo udah ketemu salwa...padahal jelas2 salwa pernah selingkuhin dia najiis
echa purin: /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!