Jatuh cinta sejak masih remaja. Sayangnya, pria yang ia cintai malah tidak membalas perasaannya hingga menikah dengan wanita lain. Namun takdir, memang sangat suka mempermainkan hati. Saat sang pria sudah menduda, dia dipersatukan kembali dengan pria tersebut. Sayang, takdir masih belum memihak. Ia menikah, namun tetap tidak dianggap ada oleh pria yang ia cintai. Hingga akhirnya, rasa lelah itu datang. Ditambah, sebuah fitnah menghampiri. Dia pada akhirnya memilih menyerah, lalu menutup hati rapat-rapat. Membunuh rasa cinta yang ada dalam hatinya dengan sedemikian rupa.
Lalu, apa yang akan terjadi setelah dia menutup hati? Takdir memang tidak bisa ditebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Part 10
Lusi yang sedang mengunyah makanan nya itu segera mengenal makanan yang ada di dalam mulutnya dengan cepat.
"Cara apa, Ma?"
Sang mama pun langsung bicara pelan. Cara yang dia katakan malah langsung membuat Lusi terbatuk karena sedikit tak percaya.
"Uhuk!"
"Ish, ini minumannya."
Lusi menerima minuman yang mama mertuanya sodorkan. Lalu meneguknya beberapa tegukan.
"Mama yakin dengan rencana ini?"
"Ya iya lah, Si. Mama yakin. Bahkan, sangat yakin. Karena bagaimanapun, Saga itu juga pria normal, Nak."
"Istilahnya, mana ada kucing yang tidak suka ikan. Iya gak?"
Lusi tidak tahu harus menjawab dengan jawaban apa. Yang bisa ia lakukan hanya nyengir kuda saja.
"Ish, jangan senyum-senyum saja, Si. Kamu harus coba rencana yang mama katakan itu yah. Ayolah! Mama sama papa juga sudah tidak sabar pengen punya cucu, Nak. Kamu harus berusaha keras. Kami selalu ada di belakang mu untuk mendukung kamu, Si."
Kata demi kata yang mama mertuanya ucapkan membuat Lusi termakan untuk melakukan apa yang mama mertuanya ajarkan padanya. Dia pun bertekad untuk melancarkan aksinya itu ketika Saga pulang ke rumah.
Dia akan menggoda Saga dengan pakaian seksi nanti malam. Dia akan mencoba keberuntungan itu kali ini. Keberuntungan yang tingkat keberhasilannya sangat tipis menurut Lusi. Tapi, bagaimanapun tipisnya nilai dari keberhasilan itu, dia tidak aka tahu jika tidak mencobanya, bukan?
Kata-kata sang mama juga menjadi pemicu untui Lusi yakin dengan tindakan yang akan ia ambil. Malam harinya, dia benar-benar memakai piyama satin tipis yang seksi itu keluar dari kamarnya. Hal yang sama sekali tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Lusi memang sangat cantik. Apalagi saat dia tampil dengan pakaian menggoda yang saat ini ia kenakan. Untuk sesaat, Saga yang ada di depan pintu kamar tertegun melihatnya. Sayang, hal itu tidak lama.
Ketika Lusi membuka satu lapisan dari bagian piyama yang ia kenakan, Saga malah langsung mendekat. Sayangnya, bukan mendekat untuk melakukan aksi yang ada dalam pikiran Lusi saat ini. Melainkan, untuk menahan tangan Lusi yang ingin melepas piyama tersebut.
"Saga."
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku .... "
"Masuk kamar sekarang! Jangan pernah melakukan hal gila seperti ini lagi di depanku."
"Ga."
"Lusi! Aku tidak tertarik!"
"Di mana harga dirimu sebagai perempuan, ha? Bisa-bisanya kamu bersikap agresif seperti ini."
Sungguh, Lusi sangat amat tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Matanya berkaca-kaca sekarang. Namun cepat dia lawan kesedihan yang mengisi hati.
Dia tersenyum kecut.
"Harga diriku, Ga? Sudah habis. Aku sudah membuang semuanya."
"Kau gila, Lusiana!"
"Ya. Aku gila. Aku gila karena aku berjuang keras untuk meluluhkan hati pria yang aku cintai. Aku gila karena berusaha membuat suamiku jatuh cinta padaku dengan melakukan segala cara. Aku gila karena aku telah kalut dan tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat kamu jatuh cinta, Sagara!"
"Lusian! Sudah aku katakan padamu berulang kali, aku tidak akan jatuh cinta padamu. Sebelum menikah juga kamu tahu kalau aku dan kamu tidak akan pernah jadi kita. Jadi, kenapa kamu menyesalinya sekarang?"
"Ya ya ya. Kamu benar. Aku dan kamu tidak akan pernah jadi kita. Harusnya aku juga sadar akan hal itu sejak lama."
"Ya. Sadarlah! Dan jangan pernah berulah lagi. Jangan pernah berpikir untuk merayu aku lagi ke depannya. Karena itu tidak akan pernah berhasil."
Tanpa rasa bersalah, Saga langsung meninggalkan Lusiana. Untuk yang pertama kalinya Lusi sadar, dia tidak akan pernah bisa meruntuhkan kerasnya hati Sagara.
Beberapa saat terdiam, Lusi pun akhirnya melarikan diri ke dalam kamarnya. Di sana, dia menumpahkan kesedihan lewat tangisan di kamar mandi setelah menyalakan air untuk membasahi tubuhnya.
Pahit. Sungguh pahit saat mencintai tapi tidak berbalas. Hanya penolakan saja yanh dia terima. Hatinya yang luka kini remuk bahkan hancur tak tersisa.
Keesokan harinya, Lusi malah memilih berangkat pagi-pagi sekali. Entah apa alasannya, yang jelas, setelah kejadian tadi malam, matanya sudah sangat terbuka. Apapun yang dia lakukan, Saga tidak akan melihat dirinya. Keputusan untuk menyerah atas pengejaran terhadap Saga sedang ia pertimbangkan.
Karena buru-buru berangkat ke kantor, Lusi melupakan sarapan pagi. Saat makan siang, malah sahabatnya yang datang berkunjung ke kantor. Alhasil, dia menunda waktu makannya dengan sibuk mengobrol bersama teman baiknya itu.
"Si, beneran deh. Kamu masih belum lihat yang lagi viral sekarang?"
"Apaan yang sedang viral? Aku emang belum lihat sih."
Belum sempat Adinda menjawab, pintu ruangan Lusi di ketuk oleh seseorang dari luar sana. Lusi pun langsung mengizinkan orang yang ada di luar untuk masuk.
"Masuk!"
Daun pintu langsung terbuka. Dari arah pintu yang sedang terbuka muncullah Merly. Asisten kepercayaan Lusi yang sudah dia anggap sebagai teman dekatnya juga.
"Merly."
"Mbak Lusi, ngga makan siang?"
"Bentar lagi deh."
"Oo ya udah. Aku makan siang duluan sama yang lain yah."
"Hm."
"Mbak mau nitip, ngga?"
"Gak ah. Nanti aja."
"Oo ya udah."
Merly beranjak. Namun, tidak benar-benar pergi. Karena baru juga memutar tubuh, dia langsung memutarnya kembali untuk melihat Lusi.
"Ada apa, Mer?"
"Mbak Lusi udah lihat yang lagi viral? Itu lho, anaknya bos Utama yang dokter itu?"
Deg. Wajah Lusi berubah seketika.
"Maksudnya?"
"Iya, anaknya bos Utama lagi nyari donor darah yang cocok sama satu pasien yang sedang dia perjuangkan untuk di selamatkan. Sampai blokir semua rumah sakit buat nolongin satu pasien wanita. Uh ... so sweet banget. Wanitanya pasti sangat bahagia."
"Ap-- apa? Mak-- maksudnya gimana?" Gugup hati Lusi tak bisa dia sembunyikan lagi sekarang.
Walau dia sudah memutuskan untuk menyerah. Tapi rasa sakit itu sungguh nyata. Sagara. Suaminya yang sudah dia perjuangkan malah sedang berjuang untuk menyelamatkan wanita lain sampai melakukan hal besar seperti itu. Bahkan, sampai membuat viral dunia maya. Sungguh luar biasa, bukan?
"Ya ... aduh, gimana ya? Sulit buat aku jelaskan, mbak. Yang pasti, perempuan itu adalah orang yang paling spesial buat dokter itu. Secara, dia sampai rela melakukan hal besar sampai bikin viral. Iya, kan?"
Jantung Lusi tak bisa ia kontrol lagi sekarang. Entahlah. Entah apa yang saat ini ada dala pikiran Lusi sekarang. Yang jelas, ada banyak rasa yang sedang bercampur aduk di dalamnya.
Adinda selaku sahabat cukup peka. Dia pun mengambil alih obrolan antara Lusi dengan asistennya itu.
"Merly. Katanya mau makan, kok gak gerak sekarang? Keburu waktu istirahat habis lho. Dan lagi, ada hal yang aku mau bicarakan dengan Lusi. Kamu boleh pergi sekarang."
"Oh, baik, Dinda."
"Permisi, mbak Lusi."
"Iy-- iya."
Tapi thank's ya thor buat tulisannya. tetep semangat menulis
. q tunggu cerita br nya🥰
sebenernya masih kurang sih... he he..
tpi kalau emang kk author lelah, y udh berhenti aja jngn dipaksakan...🥰🥰🥰
ditunggu karya barunya..🥰😍
pdahal blm puas... he he... effort saga buat deketin lusi masoh kurang...😢
dan satu... kmu menghukum saga aja bsa knp kmu gak bsa mnghukung org yg telah mmfitnah menantu mu itu... ayooookkk begerak cepat papa... jgn mw kalah ma cewek2 ular itu