kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Brak
Kanaya menendang pintu kamar Maureen hingga terbuka,di lihatnya di sekeliling kamar sudah berantakan,kamar Maureen sudah seperti kamar pecah.
Barang barang yang tadinya terususun rapi kini berserakan dimana mana.
"Maureen ini gue Maureen."Kanaya mencari Maureen, hingga dia mendengar suara air.
Kanaya pun langsung berjalan ke arah kamar mandi.
"Maureen."panik Kanaya.
Aidan yang baru saja tiba di kamar bersama mertua nya dan Shafa itu kaget melihat keadaan kamar, ditambah dengan Kanaya yang berteriak panik.
Aidan pun menjadi panik dan menghampiri Kanaya yang masuk ke dalam kamar mandi.
Degh
Aidan terpaku di tempat kala melihat tubuh Maureen meringkuk di bawah air shower dengan bergetar ketakutan.
"Sayang."Aidan langsung memeluk tubuh Maureen,dengan Kanaya yang langsung mematikan keran shower itu.
"J-jangan pukul Maureen,s-sakit."isak Maureen.
"Hay sayang sadar kamu kenapa."ucap Aidan dengan panik.
"Bawa kerumah sakit pak."ucap Kanaya.
Aidan pun langsung membopong tubuh Maureen keluar dari dalam kamar mandi.
"Siapkan mobil."titah pak Latif pada penjaga di rumah.
"Ganti dulu baju Maureen nya nak."ucap mama Hana di balas anggukan oleh Aidan.
"Biar Aidan aja yang ganti baju Maureen,kalian tunggu saja di luar."
Mereka pun langsung keluar dari dalam kamar Maureen,hanya meninggalkan Aidan yang akan menggantikan baju Maureen.
"J-jangan p-pukul Maureen....b-bunda s-sakit."ucap maureen dengan mata yang terpejam dan air mata yang tetap mengucur deras.
Hati Aidan rasanya sakit kala mendengar rintihan serta isakan Maureen,apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya ini. Mengapa bisa seperti ini? Padahal tadi Maureen baik baik saja.
"Enggak sayang,mas gak akan pukul Maureen gak akan ada yang pukul Maureen okeh tenang yah."ucap Aidan dengan lembut karena sedari tadi setiap Maureen di sentuh akan memberontak ketakutan.
"G-gak j-jangan pukul Maureen."
"Gak ada yang mau pukul Maureen,coba bilang sama mas siapa yang pukul Maureen."
"A-ayah,j-jangan pukul Maureen.....b-bunda,ay-yah pukul Maureen...."
Degh
Aidan terdiam kala mendengar ucapan Maureen jika ayah nya lah yang memukul nya, apakah itu memang benar kenyataan nya,atau itu hanya bunga mimpi Maureen Saja,bisa jadi karena Maureen mengucapkan itu saat keadaan tak sadar sepenuhnya.
"G-gak ada ayah di sini dia gak akan pukul kamu tenang yah."baru lah setelah itu Maureen sedikit tenang.
Setelah selesai mengganti baju Maureen,Aidan pun kembali membopong Maureen untuk pergi ke rumah sakit.
Tubuh Maureen masih bergetar, keringat dingin masih terus mengucur deras,sembari terus meracau tak jelas.
Mereka menggunakan dua mobil,mobil pertama di isi oleh Aidan, Maureen,mama Hana dan juga pak Latif yang menyetir mobil. Dan mobil kedua ada Kanaya serta Shafa.
"Ya Alloh nak kamu kenapa sayang."lirih mama Hana sembari mengelus tangan Maureen.
"S-sakit...j-jangan pukul Maureen."racau Maureen.
Tubuh Maureen bergetar hebat lalu mengejang, membuat semua yang berada di mobil itu panik.
"Astaghfirullah nak kamu kenapa."panik mama Hana,dia tak bisa lagi membendung air matanya.
Nafas Maureen tersenggal senggal seperti orang kehabisan nafas. "Sayang hey kamu kenapa."sama halnya dengan mama Hana Aidan pun merasa panik dan khawatir.
"S-sakit."Maureen membuka matanya sekejap hingga pada akhirnya dia kehilangan kesadarannya.
"Astagfirullah nak,bangun sayang. Ayah cepat yah."mama Hana sangat panik.
Pak Latif pun menambah kecepatan nya. Hingga tak lama mereka pun sampai di rumah sakit,Aidan langsung membopong tubuh Maureen untuk keluar dari dalam mobil.
"Suster..."teriak Aidan.
Tak lama ada tiga susuter mendorong brankar ke arah Aidan,lalu dengan cepat Aidan menurunkan Maureen di atas brankar itu. Lalu ikut mendorong brankar itu bersama dengan para suster ke ruang IGD.
"Mohon tunggu di luar pak,pami akan melakukan penanganan yang terbaik untuk pasien."ucap suster itu lalu menutup pintu IGD.
Aidan pun terduduk di depan pintu IGD. "astaghfirullah."lirih Aidan sembari mengusap wajahnya.
Semua orang menunggu dengan cemas di luar ruangan IGD itu, terlebih mama Hana yang masih terisak. Merasakan khawatir akan keadaan Maureen di dalam sana.
Mereka hanya bisa berdoa agar tak terjadi gak serius pada Maureen. Sedari tadi tak henti hentinya Aidan berdzikir dan berdoa untuk Maureen.
Sekitar setengah jam berlalu hingga akhirnya pintu IGD pun terbuka.
Semua orang langsung berdiri dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD itu.
"Bagaimana dengan keadaan istri saya dok?"tanya Aidan.
"Alhamdulillah, keadaan pasien sudah membaik. Sekarang pasien masih belum sadar dan akan sadar satu sampai dua jam lagi. Untung saja kalian membawa pasien dengan cepat kemari, sehingga kami bisa menghentikan reaksi efek samping dari obat yang di konsumsi oleh pasien,jika saja tidak mungkin saat ini pasien sudah kritis."ucap dokter itu.
"Obat apa memangnya dok? Perasaan istri saya tidak mengonsumsi obat apapun."ucap Aidan.
Dokter itupun terdiam lalu melihat ke arah mereka. "Apa tak ada yang tau selama ini pasien sering mengonsumsi obat? Kalian keluarganya kan."ucap dokter itu.
"Saya tau dok."ucap Kanaya membuat atensi semua orang teralihkan padanya.
"Baiklah, menurut saya kamu yang paling dekat dengan pasien sehingga tau obat apa yang di konsumsi pasien. Jadi bisakah kita berbicara sebentar."
"Bisa dok."
"Saya ikut dok,saya berhak tau tentang keadaan istri saya."ucap Aidan dengan cepat.
"Baiklah mari ikut ke ruangan saya,hanya boleh kalian berdua saja. Dan sisanya kalian bisa menjenguk pasien di dalam tapi harap tenang dan jangan berisik. Biarkan pasien beristirahat."pesan dokter itu lalu melangkah pergi ke ruangan nya di ikuti oleh Kanaya dan juga Aidan.
"apakah pasien sudah lama mengonsumsi obat penenang?"tanya dokter itu.
Degh
Kejutan apalagi ini, ternyata selama ini istrinya mengonsumsi obat penenang. Tapi Aidan tak pernah melihat Maureen meminum obat apapun.
"Yang saya ketahui,dia sudah mengonsumsi sejak empat tahun yang lalu dok."jawab Kanaya.
"apakah anda sudah pernah melarang pasien untuk mengonsumsi obat itu?"tanya dokter.
"saya sudah berulang kali melarang nya dok,bukan hanya obat penenang saja tapi obat tidur pun dia konsumsi. tidak setiap hari tapi dalam seminggu pasti dia selalu mengonsumsi entah dua atau tiga kali."lanjut kanaya.
"Saya harap selepas dari sini pasien bisa terlepas dari obat penenang dan tidur, walaupun itu tidaklah mudah. Tapi kita bisa melakukan pengobatan alami dan terapi,pelan pelan saja. Lambat lain pasti pasien tak akan ketergantungan lagi dengan kedua obat itu."
"Kondisi pasien bisa seperti ini itu di karenakan dia mengonsumsi obat penenang dengan jumlah banyak dalam satu kali pemakaian,saya mengira tiga sampai empat tablet pasien meminum itu sehingga membuat pasien seperti ini. bukannya menjadi tenang tapi jika terlalu banyak di konsumsi akan membuat pasien semakin tak tenang,pusing,tak sadar dengan apa yang dia lakukan. Sudah seperti orang mabuk."
"dan saya juga memprediksi sepertinya pasien memiliki trauma yang sangat besar,saran saya lebih baik pasien di bawa ke psikolog untuk mengembalikan kesehatan mental nya yang menurut saya sudah rusak dan lemah. support dari keluarga dan orang terdekat pun akan sangat membantu dalam proses penyembuhan pasien."
"baik dok, terimakasih atas saran nya insyaallah kami akan melakukan pengobatan serta terapi dan juga tes ke psikolog."ucap Kanaya.
Aidan hanya bisa menyimak saja, karena ternyata selama ini ada banyak hal yang tak dia ketahui dari istrinya. Benar apa perkiraan nya ternyata sang istri memiliki trauma.
Dia pun merasa terkejut dengan kebenaran yang mulai terungkap tentang Maureen,sungguh penuh kejutan sekali hari ini. Niat hati ingin memberikan kejutan untuk Maureen,eh malah dirinya yang banyak mendapatkan kejutan dari Maureen.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.