Hi hi hayyy 👋
Selamat datang di karya pertamaku... semoga kalian suka yaaa
Marchello Arlando harus mendapat julukan pria buruk rupa setelah insiden yang membuatnya mengalami banyak luka bakar.
"Aku tak sudi bersamamu lagi Chello. Aku malu memiliki pasangan yang buruk rupa sepertimu."
Marah, benci dan juga dendam jelas sangat dirasakan Marchello. Namun keadaannya yang lemah hanya bisa membuat dirinya pasrah menerima semua ini.
Hingga 7 tahun berlalu, Marchello dipertemukan oleh fakta tentang keluarga kandungnya dan membuatnya menjadi penerus satu-satunya. Menjadi CEO sekaligus pemimpin mafia yang selalu menggunakan topeng, Marchello bukan lagi pria berhati malaikat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, ia diminta menikah untuk bisa memberikan penerus bagi keluarganya. Wanita yang dijodohkan untuknya justru mengalihkan posisinya dengan adik tirinya sendiri setelah tahu keadaan Marchello yang memiliki rupa misterius. Mungkinkah perjodohan akan tetap berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melanjutkan apa yang tertunda
Malam harinya, Marchel menemui Ime di kamarnya. Bukan tanpa alasan, melainkan Marchel ingin menanyakan soal piano yang dimaksud Aaron sebelumnya.
Melihat pintu yang terbuka, Marchel tak mau langsung memasuki kamar itu tanpa izin dari istrinya. Bagaimana pun, ia dan Vilme sepakat untuk pisah kamar sebelumnya. Marchel pun mengetuk pintu tersebut.
Tok-tok!
"Boleh aku masuk Ime?" tanya Marchel yang membuat Ime langsung menoleh padanya.
"Marchel? Iya, masuklah!" balas Vilme.
Marchel langsung duduk di samping Ime, yang dimana Ime tengah membaca majalah.
"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Ime sembari meletakkan majalah ke atas meja.
"Tidak. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu." jawab Marchel.
"Tanyakan saja," Ime menjawab sembari tersenyum.
“Sejak kapan kau bisa bermain piano?” tanya Marchel.
Ime tersenyum kecil dan menjawab, Sejak umur 10 tahun. Dulu mommyku yang mengajarkanku bermain piano. Tapi setelah mommy tiada dan daddy menikah lagi, aku tak memiliki semangat untuk memainkannya lagi.”
Marchel menatap iba pada apa yang dialami Ime, Marchel pun mencoba mengembalikan semangatnya. “Bisa kau ikut aku sebentar?” tanyanya.
“Kemana?” Ime penasaran namun Marchel langsung menggenggam tangannya.
“Ayo ikut saja,” ucap Marchel seraya menarik tangan Ime yang membuat Ime pasrah dan mengikutinya.
Sesampainya di ruang tengah, Marchel mendudukkan Ime ke kursi yang menghadap langsung pada sebuah piano.
“Aku tahu betapa berartinya piano dan juga kenangannya bagimu. Tapi bisakah kau memainkan sedikit nada untukku? Aku juga ingin mendengar suara indah yang dihasilkan dari gerakan jari cantikmu.” Ucap Marchel lembut.
Ime menatap nanar pada piano, rasa sedih bercampur sakit luar biasa langsung dirasakan Ime.
Ime pun mengangguk dan tersenyum mulai menempatkan jari-jarinya pada tuts piano. Jemarinya yang halus mulai menari di atas tuts piano, memainkan melodi yang dulu sering ia mainkan bersama ibunya.
Marchel terpaku, merasakan keindahan dan kesedihan yang terpancar dari setiap nada yang dimainkan Ime. Keterampilan bermain pianonya sangat memukau, bahkan teman-teman Ime seperti Aaron sering kali terpesona saat mendengar Ime memainkan piano.
Setelah Ime menyelesaikan nada terakhirnya, Marchel langsung memberikan tepuk tangan penuh kagum padanya.
“Kau benar-benar berbakat Ime. Aku belum pernah mendengar melodi seindah ini.” Puji Grandpa yang tiba-tiba datang seraya bertepuk tangan.
Ime tersenyum, “Terima kasih grandpa.” Balas Ime.
“Ada hal apa grandpa kemari?” tanya Marchel.
“Tak terlalu penting. Grandpa hanya ingin memberitahukan pada Ime untuk bisa hadir ke perusahaan lusa nanti.” Jawaban Grandpa jelas mengejutkan Marchel dan juga Ime.
“Ke perusahaan? Tapi untuk apa?” tanya Marchel bingung.
“Ah, kau ini bagaimana? Ime adalah menantu dalam keluarga ini dan dia juga cucuku. Semua orang harus tahu betapa pentingnya ia dalam keluarga dan juga perusahaan kita. Aku tak ingin ada yang mengacuhkannya ketika ia sedang diluar. Semua orang harus menghormatinya, apalagi saat mereka berpapasan dengan Ime” Jelas Grandpa yang tak bisa dibantah oleh Marchel.
Ime tersenyum kikuk, “Tapi grandpa, aku malu bertemu banyak orang disana. Aku takut membuat kalian malu, apalagi disana pasti banyak orang-orang penting.” Ucap Ime dengan wajah sendu.
“Kau tak boleh berbicara seperti ini. Kau adalah kebanggaan keluarga dan tak ada alasan bagimu untuk kehilangan kepercayaan diri. Semua orang akan menunduk saat melihatmu dan kaulah yang paling penting dari semuanya.” Balas Grandpa dengan tersenyum sembari mengusap kepala Ime.
“Baiklah grandpa, aku akan datang.’ Ucap Ime yang membuat Grandpa mengangguk senang.
Grandpa mengalihkan pandangannya pada Marchel, “Nah Marchel, kau harus mendampingi Ime terus nantinya,” ucapnya yang langsung diangguki oleh cucunya.
“Pasti grandpa. Tapi sebenarnya, ada yang ingin Marchel katakan pada grandpa sekarang.” Balas Marchel.
Grandpa menatap cucunya dengan raut penasaran, “Apa itu?” tanya Grandpa.
Marchel menoleh pada Ime yang juga penasaran, lalu ia kembali menatap kakeknya. “Aku ingin Ime melanjutkan kuliahnya.”
Sontak ucapan Marchel mengejutkan Ime, sekaligus juga dengan Grandpa.