Kitty adalah gadis sederhana yang bekerja di toko keluarganya, menjual angsa bakar. Hidupnya berubah saat Calvin Hernandez, pria kaya dan dingin, mengajukan permintaan mengejutkan, "Jadi pacarku!" Meski hatinya sudah terpaut pada pria lain, Kitty menolak tanpa ragu.
Namun, Calvin tidak menyerah. Dengan segala pesona dan kekayaannya, ia mencoba memasuki dunia Kitty, menunjukkan sisi lembut yang tak terduga. Kitty berada di persimpangan sulit: setia pada cinta lamanya atau membuka hati untuk Calvin yang ternyata memiliki perasaan mendalam padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kitty Yang Tidak Puas
Mansion Keluarga Samuel
Samuel pulang ke rumahnya bersama Kitty sambil membawa barang belanjaan menemui keluarganya. Saat mereka melangkah masuk ke dalam, langkah Kitty terhenti melihat Alena, mantan Samuel, yang sedang duduk bersama kedua orang tua Samuel. Terlihat mereka sedang tertawa bahagia, menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam hati Kitty.
"Kenapa dia ada di sini?" tanya Kitty menatap Samuel dengan kecewa, rasa tidak aman merayap di hatinya.
Samuel menghela napas sebelum menjawab, "Aku lupa memberitahumu, Alena memintaku membawanya ke sini, karena dia kesepian. Lagi pula papa dan mamaku sangat menyukainya," jawab Samuel dengan nada datar, seakan tidak menyadari dampaknya pada perasaan Kitty.
Kitty merasa sakit hati dan bingung. "Kalau begitu, untuk apa aku ke sini?" tanyanya.
Samuel berusaha menenangkannya, "Jangan begitu! Kitty, kita harus bisa menyakinkan papa dan mamaku. Sabar saja!" Samuel melangkah maju menuju ruang tamu, meninggalkan Kitty yang masih terpaku di tempatnya.
"Pa, Ma, Aku dan Kitty sudah datang. Kami akan makan siang di sini," ujar Samuel dengan senyum yang dipaksakan, berusaha mencairkan suasana.
Kedua orang tua Samuel menatap sinis ke arah Kitty.
"Paman, Bibi, apa kabar. Aku membelikan makanan kesukaan kalian," sapa Kitty dengan senyum paksa, mencoba untuk bersikap ramah meskipun hatinya terasa sakit.
"Bawa saja ke dapur, tidak usah bersusah payah lagi, Alena sedang memasak sup kaki sapi. Jadi, kamu siapkan saja sop sayur kesukaan Alena!" perintah ibu Samuel, Celine, dengan nada dingin dan otoriter.
Kitty merasa dipermalukan dan bingung. "Bibi, makanan kesukaan Alena, kenapa harus aku yang masak?" tanyanya, mencoba menahan rasa marah dan frustrasi.
"Bibi, jangan meminta Kitty yang melakukannya. Biarkan aku saja yang buat," ujar Alena yang bangkit dari tempat duduknya dengan anggun.
Namun, Samuel tidak mengindahkan tawaran Alena. "Alena, kamu temankan saja papa dan mamaku. Biarkan Kitty yang masak," katanya dengan tegas, membuat Kitty semakin kecewa dan marah.
"Samuel?" seru Kitty yang kesal pada pacarnya, merasa tidak diperlakukan adil.
Samuel menarik tangan Kitty ke dapur dan berkata dengan nada lembut tapi tegas, "Kitty, jangan melawan mama. Lakukan saja sesuai permintaannya. Yang penting dia bahagia."
"Tapi aku tidak bahagia," jawab Kitty, suaranya bergetar menahan tangis.
Samuel menghela napas dengan kesal. "Jangan kekanakan! Kalau begitu saja kamu tidak bisa sabar, bagaimana kita bisa hidup bersama," ujar Samuel, seakan tidak mengerti perasaan Kitty.
Kitty menatap Samuel dengan tatapan putus asa. "Kenapa bukan dia saja yang masak? Apakah Alena sering datang ke sini?" tanyanya, mencari kejelasan.
"Iya, kamu masakkan saja sop sayur kesukaan Alena. Aku akan temani mereka di luar," jawab Samuel dengan nada datar sebelum beranjak meninggalkan Kitty di dapur.
Setelah Samuel pergi, Kitty menggumam pelan dengan rasa sakit di hatinya, "Siapa sebenarnya pacarmu, aku atau dia? Belum apa-apa sudah memerintahku." Dia merasa tersisih dan tidak dihargai, tapi dengan berat hati, Kitty memutuskan untuk tetap menyiapkan masakan demi menyenangkan keluarga Samuel, meskipun hatinya merasa terluka.
"Sialan sekali hidupku, walau aku mencintainya. Bukan berarti aku harus patuh pada perintah yang tidak wajar. Aku bukan pembantu kalian," gerutu Kitty sambil memotong sayur. Perasaan jengkel meluap-luap di dadanya, tetapi ia berusaha menahannya.
"Maaf, karena menyusahkanmu," ucap Alena yang melangkah masuk ke dapur. Wajahnya tampak polos, namun ada kilatan dingin di matanya.
"Tidak apa-apa, lagi pula aku tidak ada kerjaan lain," jawab Kitty yang pura-pura senyum. Ia mencoba menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya, namun sulit untuk menipu diri sendiri.
Alena sedang mengaduk sop sapi yang dia masak. Uap panas menguar dari panci, menciptakan aroma sedap yang mengisi ruangan. "Paman dan bibi sangat baik padaku. Aku merasa bersalah kalau tidak datang menjenguk mereka. Tidak kusangka kita bisa bertemu di sini," ucap Alena dengan senyum dan menatap sinis pada Kitty.
Kata-kata Alena menusuk hati Kitty, menambah beban perasaan yang sudah berat.
Tak lama kemudian, Samuel masuk ke dalam dapur dan memanggil Kitty. "Kitty," seru Samuel. Suaranya tegas, namun ada nada ketidaksabaran di dalamnya.
"Iya," sahut Kitty sambil menoleh ke arah pria itu yang menghampirinya. Tanpa sengaja, Kitty melukai jarinya saat memotong sayur.
"Ahhh!" rintihan Kitty yang kesakitan menggema di dapur. Darah mengalir dari luka di jarinya, membuatnya gemetar.
"Kenapa kamu lalai sekali, baru memotong sayur saja sudah terluka. Apakah saat di rumah kau tidak pernah melakukan pekerjaan dapur?" ocehan Samuel, matanya menyipit penuh kritik.
"Aku sudah sakit kamu masih saja mengoceh," jawab Kitty melirik tajam pada pacarnya. Perasaan kecewa dan marah bercampur aduk di dalam dirinya.
Tiba-tiba terdengar jeritan dari Alena. "Ahhh!" jeritan Alena membuat semua orang tersentak. Ia meniup tangannya yang kepanasan akibat terkena panci yang panas itu.
"Alena, ada apa denganmu?" tanya Samuel dengan cemas dan memeriksa tangan mantannya. Kekhawatiran terpancar jelas di wajahnya.
"Aku tidak sengaja tersentuh panci," jawab Alena, suaranya terdengar lemah.
"Mari ke ruang tamu, aku oleskan obat untukmu!" kata Samuel yang menarik tangan Alena dan membawanya pergi dari dapur. Sikapnya penuh perhatian, membuat Kitty semakin merasa diabaikan.
Kitty semakin menahan emosi dan cemburu melihat sikap pacarnya yang tidak peduli padanya. Perasaan sakit hati semakin membesar di dalam dadanya.
"Kenapa dalam hubungan kami selalu saja ada bayang mantannya, hingga saat ini masih saja peduli padanya," gumam Kitty menahan air mata. Ia kemudian beranjak dari sana dan ingin menuju ke ruang tamu.
Ia menghentikan langkahnya tiba-tiba dan berdiri di balik pilar ruangan tersebut. Ia sedang mendengar pembicaraan Samuel dan lainnya. Percakapan mereka membuat hatinya semakin terluka.
"Samuel, biarkan saja gadis itu yang masak, Alena adalah tamu penting dan sudah menjadi bagian keluarga kita. Sementara gadis itu hanya orang luar, biarkan saja!" kata Celine, suara sinis dan penuh ketidaksukaan.
"Ma, Kitty adalah pacarku, walau terkadang dia kekanakan, dan tentu saja dia tidak bisa dibandingkan dengan Alena. Tapi kita harus memberinya waktu," kata Samuel, suaranya terdengar menenangkan namun tetap tidak cukup untuk menghapus rasa sakit di hati Kitty.
Kitty mengepal tangannya mendengar ucapan Samuel. "Berani sekali kau membandingkan aku dengan mantanmu. Ternyata di matamu aku tidak sebanding dengannya," batin Kitty, perasaan marah dan kecewa menguasai pikirannya.
"Apakah kau sudah berpikir dengan matang? Bersamanya tidak akan membuatmu sukses. Kenapa kamu dan Alena tidak berbaikan saja?" tanya Billy, ayahnya Samuel, dengan nada serius.
"Betul kata papamu, Keluarga Kitty hanya menjual angsa bakar. Setelah kamu menikahinya, kamu harus membantu keluarganya kalau suatu saat mereka terjadi sesuatu. Sungguh tidak memadai. Anak gadis mereka bukan siapa-siapa dan tidak memiliki kemampuan apapun. Kalau kau menikahinya... seumur hidupmu hanya akan dipersulit dan tidak akan berhasil jadi orang kaya," kata Celine, suaranya penuh dengan prasangka.
"Paman, Bibi, jangan bicara seperti itu! Samuel dan Kitty adalah pasangan serasi. Aku yakin mereka akan bahagia," ucap Alena, suaranya terdengar tulus, namun mata Kitty menangkap kilatan sinis.
"Bahagia? Menikah dengan anak orang miskin, ibunya dan ayahnya adalah orang yang kasar. Tentu saja anak mereka juga bukan anak yang baik. Mana mungkin anakku akan bahagia," jawab Celine dengan nada tegas.
Kitty merasa hatinya hancur mendengar percakapan itu. Air mata yang ia tahan mulai mengalir, dan ia kembali ke dapur.
"Menghina aku saja tidak cukup, dan masih berani menghina orang tuaku," gumam Kitty dengan kesal. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca, tetapi penuh dengan tekad.
Ia kemudian melihat sop sapi yang mendidih di panci itu. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil salah satu toples yang terisi garam dan menuangkan semuanya ke dalam sop tersebut. Tidak puas hanya dengan garam, ia juga mencampurkan setengah botol cuka dan kecap manis.
"Biar kalian semua darah tinggi dan masuk rumah sakit," gerutu Kitty sambil mengaduk sop tersebut dengan semangat. Pikiran dendam berkecamuk dalam benaknya.
"Sekian banyak pria baik aku tidak pilih, malah pilih Samuel yang tidak berguna. Besok aku akan berkencan saja dengan William," tambahnya dengan nada kesal, mengingat pria lain yang pernah mendekatinya.
Kitty terus mengaduk sop tersebut, tidak peduli bagaimana rasanya nanti. Perasaannya yang terluka dan amarahnya yang membara membuatnya tidak peduli lagi pada apa pun. Ia hanya ingin balas dendam atas semua hinaan yang telah diterimanya.
ngehaluin mereka berdua bikin guemesss plus ngakak dengan kekonyolannya 😅😅😅
Pacaran ada batasan. Setelah menikah ya menikah bukan pacaran setelah menikah. Pacaran kan bisa putus kapan aja...beda dg menikah.... hmm.ya gitulah