Penjara Cinta Mantan Suami

Vyora menangis dalam diam nya, air matanya tidak berhenti mengalir seperti menganak sungai. Hatinya sangat sakit , ucapan Gracellyn selalu terngiang di telinganya.

"𝘔𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘯𝘨𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘪𝘯 𝘪𝘯𝘪? 𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶? 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘰𝘴𝘰𝘯𝘨?"

Vyora mengingat setiap hari bahkan setiap jam Kafka selalu menyempatkan diri untuk bilang I Love you, apakah itu tidak ada artinya? cuma omong kosong ?

"𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘯𝘢𝘪𝘧 ?"

Sepanjang perjalanan menuju rumah orang tua Kafka, Vyora tidak berhenti menangis. Kafka adalah cinta pertama nya, bahkan untuk memenangkan hatinya pun Vyora banyak menelan kekecewaan. Sekarang disaat Kafka sudah mencintai nya, cinta nya harus kembali diuji dengan sebuah pengkhianatan, apakah dari awal Kafka memang belum benar-benar mencintai nya? Itulah yang ada dalam benak Vyora.

Vyora keluar dari mobilnya dengan mata sembab, entah berapa lama Vyora menangis, sampai akhirnya Vyora memilih pulang ke rumah mertuanya daripada ke apartement tempat tinggal nya dengan Kafka.

Vyora tidak ingin melihat Kafka, rasanya sakit mengingat perkataan Gracellyn yang bilang sedang mengandung anak Kafka, berarti Kafka dan Gracellyn sudah melakukan hubungan terlarang di belakang Vyora.

Vyora menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah mertuanya.

"Sayang ... kok gak ngabarin Mommy mau datang?" Vyora tiba-tiba memeluk Mommy Mora. Vyora menarik nafasnya dalam-dalam, Vyora gak mau mertua yang sudah dia anggap seperti ibu kandung nya sendiri merasa khawatir.

"Sayang ... kenapa? Kamu berantem sama Kafka?" Vyora menggelengkan kepalanya.

"Vyo gak apa-apa, Mom. Vyo hanya sedang rindu Mommy Olin, tapi Mommy sedang ikut Daddy ke luar negeri," ucap Vyora.

Namun Vyora tidak bisa membohongi Mommy Mora, karena Mommy Mora tau Vyora sedang tidak baik-baik saja.

"Vyo ke kamar dulu ya, Mom." Mommy Mora hanya mengangguk. Mommy Mora akan memberikan Vyora waktu untuk sendiri dulu, baru setelah itu Mommy Mora akan mencari tau apa yang terjadi.

Saat menuju kamarnya Vyora berpapasan dengan Karel.

"Kenapa tuh muka gak dapat jatah, ya?" Vyora hanya diam saja tidak berniat untuk meladeni ocehan Karel.

Karel mengernyit bingung melihat Vyora yang tidak seperti biasanya. Vyora yang biasanya tidak tinggal diam jika dikatain Karel, sekarang malah diam saja bahkan seperti tidak melihat wujud Karel.

"Vyo kenapa, Mom?" Karel menanyakannya pada Mommy Mora begitu dia melihat Mommy nya.

"Mommy juga nggak tau, sepertinya ada yang tidak beres."

"𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢."

...----------------...

"Baiklah aku akan menikahimu," ucap Kafka.

"Lo gila, Bos! Ngapain lo nikahin wanita murahan ini? Lagian gue nggak yakin dia hamil anak, lo."

"Diam Raga jangan melewati batasan mu! Aku tau apa yang aku lakukan, dan kamu Grace sebaiknya kamu pergi dari sini, biar aku yang akan mengurus pernikahan kita!" Kafka menatap datar Gracellyn.

"𝘉𝘰𝘴 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘪𝘭𝘢," 𝘶𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘙𝘢𝘨𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.

"𝘈𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘯𝘨𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢," 𝘎𝘳𝘢𝘤𝘦𝘭𝘭𝘺𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘰𝘳𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.

"Baiklah aku pergi dulu." Gracellyn berlalu dari ruangan Kafka, dia tersenyum miring begitu melewati Raga yang sedang menatap nya kesal.

"𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘝𝘺𝘰𝘳𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘧𝘬𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘯𝘨𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢."

Tanpa Kafka dan Raga sadari ternyata Gracellyn merekam pembicaraan mereka, dan terdengar sangat jelas saat Kafka bilang dia akan menikahi Gracellyn, andai rekaman itu sampai ke telinga Vyora, maka bisa dipastikan Vyora dan Kafka akan berakhir.

Setelah kepergian Gracellyn, Raga menatap tajam bos nya penuh permusuhan. Entah punya keberanian darimana yang jelas Raga tidak rela Kafka akan menikahi Gracellyn karena itu akan menyakiti Vyora yang sudah Raga anggap adiknya sendiri.

"Bos gue bakal keluar dari perusahaan ini, gue gak mau bekerja pada orang yang udah nyakitin adik gue."

"Ternyata, lo sayang banget ya sama Vyora?" Kafka tersenyum miring. "Lo jangan pernah berfikir untuk mencintai nya, dia hanya milik gue."

"Cih ... lo bilang Vyora hanya milik lo, tapi lo mau menikahi Gracellyn?" cibir Raga.

"Lo fikir gue bodoh?" Kafka tersenyum smirk.

"Maksud lo apa, Bos? Jadi--?"

"Lo bener. Gue hanya bersandiwara, sejak awal gue udah ngerasa ada yang tidak beres makanya gue nyuruh Nakula buat nyelidikin ini."

Perkataan Kafka benar-benar membuat Raga bernafas lega. Raga juga tau kemampuan Nakula seperti apa, tangan kanan Kafka itu bahkan bisa dengan mudah mencari tau sesuatu dengan kemampuan hacker nya.

"Jadi, apa yang udah Nakula dapetin, Bos?" Raga penasaran.

Brak

Kafka melemparkan sebuah flashdisk yang berisi tentang kejadian malam itu di Bandung. Tidak hanya itu saja, kebusukan Gracellyn pun terpampang nyata disitu, dan yang lebih parahnya lagi ternyata ada seorang pengkhianat disekitar Kafka yang tidak pernah disadari Kafka ataupun Raga.

Raga langsung menyambar flashdisk itu dan membukanya di laptop milik Kafka dengan tidak sabaran. Alangkah terkejutnya Raga saat melihat isinya ternyata penuh dengan kesesatan sampai-sampai membuat Raga menelan salivanya.

"Brengsek! Bos ingin aku apakan mereka?"

"Aku sudah punya rencana, kita ikuti dulu permainan mereka, setelah itu kita habisi mereka."

"Tapi Bos ... sebaiknya lo ceritain ini sama Vyora, gue gak mau lo sama Vyora ada salah paham kedepannya," saran Raga.

"Lo gak beneran cinta sama istri gue kan Ga?" Ucap Kafka penuh selidik.

Menurut Kafka perhatian Raga pada Vyora itu sangat berlebihan.

"Ng-- nggak," gagap Raga.

Kafka semakin tidak percaya apalagi Raga menjawabnya dengan gugup, sangat tidak meyakinkan fikir Kafka.

"Yakin, lo? Awas aja kalau sampai ketahuan lo menaruh hati sama istri gue, abis lo!" Ancam Kafka.

"Memangnya kenapa bos kalau gue cinta sama Vyora? Vyora cantik, sexy, kaya raya lagi, sempurna banget sih menurut gue, wajar dong kalau gue cinta sama dia?" Entah sadar atau tidak dengan ucapannya, namun ucapan Raga barusan membuat Kafka murka dan rasanya detik ini juga Kafka ingin menghabisi Raga.

"Raga ... beraninya lo mencintai istri gue, sini lo, gue habisi lo sekarang juga!" Raga berlari sambil terbahak, membuat Prisila menggelengkan kepala nya melihat kelakuan bos dan asistennya itu.

"Ga , sini deh!" Prisila melambaikan tangannya memanggil Raga.

Prisila adalah teman Raga dan juga Kafka semasa kuliah, mereka akan bersikap layaknya teman jika hanya sedang bertiga.

"Kenapa?"

"Tadi gue papasan sama nona Vyora di lift, pas gue sapa dia malah diem aja. Tapi nih Ga, matanya itu sembab seperti habis menangis, menurut lo apa dia berantem sama bos?"

Deg

"Jangan-jangan ... wah gawat ini!"

"Apanya yang gawat? Kalian bukannya kerja malah ngerumpi disini!" Kafka tiba-tiba datang mengagetkan mereka berdua.

"Gawat, Bos. Kata Prisila tadi dia ketemu Vyo di lift, dia seperti menangis, tapi kan dari tadi kita di ruangan Bos cuma bertiga, hanya gue, Bos dan wanita gila itu, atau jangan-jangan ...."

"𝘚𝘩𝘪𝘵𝘵! 𝘑𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘝𝘺𝘰 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘩𝘢𝘮."

𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦