Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Ujian Keseriusan
Dua bulan yang telah berlalu membawa perubahan besar dalam hubungan Arya dan Aisha. Keintiman yang berkembang di antara mereka semakin kuat, namun tak lepas dari ujian. Arya berusaha membuktikan keseriusannya, tapi kehidupan terus memberikan tantangan yang menguji keteguhan hati mereka. Gilang terus mendukung Arya, sementara Dani tak pernah berhenti memantau Aisha dari kejauhan, menjaga agar sahabatnya tak kembali terluka.
Aku harap kamu bisa bahagia, Sha. Walau hatiku terasa sesak dan sakit saat kamu tidak bersama denganku. Memang salah aku yang menyimpan namamu di hatiku, dan tidak berani untuk mengungkapkannya. Tapi demi kamu bahagia, aku rela menahan dan memendam rasa cinta ini. Bukan sebagai sahabatmu, tapi sebagai lelaki normal lainnya.
Tapi suatu saat kamu terluka dan di sakiti olehnya, aku akan siap menampungmu dan menjagamu agar bisa jadi penyembuhmu. Batin Dani.
Malam yang membuat Dani semakin lama untuk berganti menjadi oagi hari. Mendapatkan pesan bahagia dari Aisha, membuatnya gelisah dan resah. Ingin rasanya mengatakan jika dia juga mempunyai rasa seperti Arya. Tapi dia sadar persahabatannya akan hancur. Menghabiskan dua bungkus rokok di balkon kamarnya, agar pikirannya kembali tenang dan mengikhlaskan hatinya.
Apa aku cari wanita lain saja, yang mau aku pacari? Bagaimana tanggapan Aisha jika aku memiliki kekasih? Apakah gelisah dan resah seperti saat ini yang aku rasakan. Batin Dani.
Seolah ide itu muncul saat hatinya terluka. Dan berusaha memantapkan apa yang muncul ide dadakannya.
Tapi siapa yang mau menjadi pacarku? Teman wanita saja cuma Aisha? Batin Dani bimbang.
Setelah hatinya mulai reda dan tidak terlalu resah, berfikir untuk istirahat dan tidur di jam yang sudah menjelang pagi.
***
Di sebuah kafe yang sering mereka kunjungi, Arya dan Aisha duduk berhadapan, menikmati suasana sore yang tenang. Percakapan mereka yang awalnya ringan berubah menjadi dalam ketika Arya menyatakan niatnya untuk membawa hubungan mereka ke arah yang lebih serius.
Arya: "Aisha, aku sudah memikirkan banyak hal belakangan ini. Tentang kita, tentang masa depan."
Aisha: (terkejut) "Masa depan? Apa maksudnya, Arya?"
Arya: "Aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar serius. Aku mau kita punya masa depan bersama. Aku tahu mungkin ini terkesan buru-buru, tapi dua bulan ini cukup buat aku yakin."
Aisha: (tersenyum ragu) "Aku juga merasa hal yang sama, Arya. Tapi aku masih khawatir dengan masa lalu kamu. Kadang aku masih merasa takut..."
Arya: (menggenggam tangan Aisha) "Aku paham, Sha. Tapi aku janji, aku akan berusaha menjadi pria yang bisa kamu andalkan. Masa lalu itu, aku sudah berusaha untuk meninggalkannya. Aku juga butuh kamu untuk selalu bersam denganku, semakin intim hubungan ini semakin aku bisa lepas dari bayang bayang masa lalu, Sha. Mungkin ini terdengar klise, tapi itulah nyatanya terbukti satu bulan ini kita selalu bersama, sedikit demi sedikit rasa ku untukmu lebih besar."
Aisha: "Aku senang mendengar itu, Arya. Jika kita berjodoh pasti semuanya berjalan dengan lancar hubungan ini."
Keduanya saling menggenggam tangan, dan Arya mencium telapak tangan Aisha.
Sementara mereka berbicara, Dani yang kebetulan berada di kafe yang sama melihat percakapan mereka dari kejauhan. Ia melihat senyum Arya yang tulus, namun tetap merasa cemas akan kebahagiaan Aisha.
Dani: (berbisik pada dirinya sendiri) "Aku harap kamu benar-benar bahagia, Sha. Aku akan selalu ada kalau kamu butuh."
***
Malam itu, Arya mengajak Aisha untuk makan malam di sebuah restoran kecil yang romantis. Di tengah suasana yang tenang, Arya melanjutkan percakapan serius mereka.
Setelah selesai acara makan malam romantis. Arya berlutut di depan Aisha.
Arya: "Aku tahu ini mungkin masih terlalu cepat, tapi aku ingin kamu tahu niatku. Aku nggak ingin hubungan kita sekadar pacaran tanpa arah."
Aisha: "Aku juga ingin yang sama, Arya. Tapi kadang aku masih merasa takut kalau kamu akan berubah."
Arya: "Aku nggak akan berubah, Sha. Dua bulan ini sudah cukup buat aku tahu kalau kamu adalah masa depanku. Maukah kamu menikah denganku?"
Terkejut Aisha, tidak menyangka Arya baru siang tadi bilang mau serius, malam ini dia melamarnya. Hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
Cincin putih bertahtakan berlian di sematkan di jari manisnya. Lalu mencium kening Aisha.
Setelah itu mengantar Aisha pulang kerumahnya dengan hati yang berbunga bunga.
Di saat yang sama, Gilang, yang mengetahui rencana Arya untuk melamar Aisha, terus memberikan dukungan. Ia tahu bahwa ini adalah langkah besar bagi sahabatnya yang dulu terjebak dalam bayang-bayang masa lalu.
Gilang: "Ra, gue bangga sama lo, bro. Lo bener-bener berubah. Tapi ingat, kalau lo sampai bikin Aisha terluka, gue nggak akan diam."
Arya: "Gue ngerti, Lang. Justru karena dukungan lo gue bisa sekuat ini."
Hari demi hari berlalu, dan hubungan Arya dan Aisha semakin erat. Mereka berbicara lebih sering, berbagi mimpi, dan merencanakan masa depan yang penuh harapan. Namun, di balik kebahagiaan itu, bayang-bayang masa lalu Arya masih terus menghantui.
***
Suatu malam, Arya menerima pesan tak terduga dari Lana, mantan kekasihnya. Meski ia telah berusaha melupakan masa lalunya, pesan itu membuatnya bimbang.
> Lana: "Arya, aku cuma ingin tahu kabar kamu. Aku minta maaf untuk semua yang terjadi di antara kita."
Arya merasa dilematis, namun ia tahu bahwa jika ia ingin benar-benar serius dengan Aisha, ia harus menutup pintu masa lalunya dengan tegas.
Arya: (mengerutkan kening, berbisik) "Ini saatnya aku menutup bab itu untuk selamanya."
Akhirnya, Arya memutuskan untuk jujur pada Aisha tentang pesan dari Lana, agar tidak ada lagi rahasia di antara mereka.
Arya: "Sha, ada sesuatu yang harus aku bicarakan. Aku dapat pesan dari Lana tadi malam."
Aisha: (terkejut) "Lana? Dia masih menghubungi kamu?"
Arya: "Iya, tapi aku sudah memutuskan untuk nggak membalas. Aku ingin hubungan kita transparan, Sha. Aku nggak mau ada yang disembunyikan."
Aisha: (tersenyum lega) "Terima kasih sudah jujur, Arya. Aku tahu masa lalu sulit untuk dilupakan, tapi aku menghargai kejujuranmu."
Percakapan itu memperkuat kepercayaan Aisha pada Arya, meski perasaan takutnya belum sepenuhnya hilang. Sementara itu, Gilang dan Dani, sebagai sahabat mereka, terus memberikan dukungan, meski dengan cara yang berbeda.
Dani: (kepada dirinya sendiri) "Aku cuma ingin kamu bahagia, Sha. Kalau dia sampai bikin kamu terluka lagi, aku nggak akan tinggal diam."
Gilang: (kepada Arya) "Ra, pastikan lo nggak merusak hubungan ini. Gue tahu lo serius, tapi pastikan juga lo nggak buka celah buat masa lalu lo masuk."
Berakhir dengan Arya yang berusaha menutup masa lalunya dan memperkuat hubungannya dengan Aisha. Namun, bayang-bayang masa lalu itu masih bisa kembali kapan saja, menambah rasa penasaran tentang apakah Arya benar-benar bisa melupakan masa lalunya dan membangun masa depan bersama Aisha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.