Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Eri keluar dari gedung sekolah bersama beberapa temannya,berjalan di area pejalan kaki dan berhenti di sebuah tempat nongkrong,mereka memesan beberapa makanan untuk sekedar mengisi perut sebelum pulang kerumah.
Cintya menyadari beberapa hari ini Eri sering melamun.
"Ri,kamu dijemput apa tidak?"
"Entahlah."
"Kamu kenapa beberapa hari ini hilang fokus?"
"Apa kamu gak enak badan?"
Eri hanya menggeleng dengan senyum yang sedikit dipaksa.
"Pulang yuk."
"Naik apa?"tanya Cintya.
"Taxi."
Ponsel Cintya berbunyi,ternyata dari papanya yang sudah menjemput tepat didepan sekolah.
"Maaf Ri,papa aku sudah didepan sekolah."
Eri hanya mengangguk kepala,kembali menghabiskan makanan yang dipesannya.Mengeluarkan ponsel dan memainkan game untuk menemaninya makan.Beberapa teman yang masuk bersamanya sudah pulang satu demi satu,rasanya cukup lama Eri nongkrong dan memutuskan untuk pulang.
Eri berjalan pelan keluar dari tempat nongkrong,
didepannya ada sebuah Taxi yang tiba-tiba berhenti,saat dibuka kaca bagian belakang ternyata mas Alif yang ada didalam.
"Mbak Eri ayo masuk belum dijemputkan?"
Eri mengangguk dan masuk kedalam Taxi yang ditumpangi Alif.
"Om Alif kok naik Taxi,papi mana?
"Udah balik om ditinggal."
Alif ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi,tapi takut Eri belum siap mendengarkannya setidaknya dia mendengarnya dari Didi atau Lista langsung.
Taxi berhenti didepan rumah setelah membayar ongkos om Alif menurunkan barang yang dibawanya.
Eri melihat Alif kerepotan membawa barang.
"Om sini biar kubantu."
"Makasih ya mbak."
Eri dan Alif menaruh barang bawaanya disamping rumah.
Karena masih kesal Alif langsung masuk kedalam kamarnya.
Eri masuk kerumah dan segera mencuci tangan diambilnya minuman dalam kulkas dan beberapa potong buah.Dibawanya duduk kesofa bergabung dengan Richi yang sedari tadi duduk disitu
"Kak dari tadi kamu disini apa gak istirahat?"
"Aku kan bisa tidur disini."
"Kakimu sudah baikan?"
"Harus sering digerak-gerakkan."
Eri dan Richi kalau sudah bertemu9 akan saling melempar candaan bahkan saling mengejek.
Eri melempar bantal kemuka kakaknya.
"Kak candaanmu itu gak lucu."
Didi yang baru turun melihat kedua anaknya bercanda bahkan saling lempar benda yang ada didepannya ikut tersenyum dan bergabung dengan mereka.
"Seru kali ngomongin apa sih?"Tanya Didi.
"Papi tuh kakak bercandanya keterlaluan."
"Eri baru pulang ya?" Tanya Didi.
"Ah,iya."beranjak membereskan makanan dan minuman dan membawanya kedapur.
"Kak,kakimu gimana?"
"Udah mendingan udah bisa digerak memutar."
Richi tidak melihat maminya turun sejak pagi tadi.
"Pi mami mana kok dari tadi belum turun?"
Didi melihat kearah Richi,Eri yang bejalan mendekat karena ingin mengambil tasnya.
"Pi aku naik dulu ya mau mandi."
Didi menahan Eri sebentar.
"Chi,Eri papi mau ngomong sama kalian."
"Apa serius kali."jawab Richi.
"Untuk beberapa waktu kedepan mungkin mami akan banyak beristirahat,tidak bisa mengantar jemput sekolah karena kondisi mami sedikit lelah."
"Mami sakit apa?"tanya Eri.
Sangat berat bagi Didi untuk mengatakan yang sebenarnya,satu sisi takut anak-anak belum siap disisi lain anak-anak pasti akan terus bertanya.
"Sebenarnya mami hamil."
Eri dan Richi saling pandang,keduanya hanya tersenyum meski sebenarnya senyuman Eri sangat berat.
Eri merasa akan mendapatkan saingan dan perhatian mami.
Kembali Richi melemparinya dengan bantal.
"Ingat ini."Richi memberikan kode yang hanya dipahami mereka berdua.
"Iya aku ingat."Eri tersenyum dengan kode yang sama.
Didi tidak mengerti dengan kode dan bahasa mereka namun setidaknya anak-anak kembali ceria.
"Kalian mau nemuin mami gak?"
Eri dan Richi menjawab kompak."Mau!"
Richi berusaha berdiri meski bagian kakinya masih terasa cenat cenut,Didi membantu berdiri dan memapahnya berjalan menuju kamar Lista.
Dikamar Lista sedang menonton acara tv yang sedang menayangkan berita kilas balik akhir pekan.
Didi membuka pintu perlahan,Eri yang dibelakang sudah nyelonong masuk menemui Lista.
"Mami I miss you."memeluk seperti berbulan-bulan tidak ketemu.
"Mi aku juga kangen."Richi ikut memeluk bahkan hampir menangis.
Lista dipeluk dari kiri dan kanan oleh kedua anaknya.
Melihat keceriaan istri dan anak-anaknya Didi juga sangat ingin berada diantara mereka.Namum akan lebih baik kalau membiarkan mereka bersama sebentar sekedar bercanda.
Didi mengambil ponsel dan menyalakan terlihat banyak panggilan yang masuk dan berusaha menghubungi kembali.
Terdengar suara nut-nut disana namun tidak ada jawaban.
Didi baru ingat tadi meninggalkan Alif begitu saja,dicari Alif dikamarnya ternyata sedang tidur dilihatnya ruangan tidak nampak tas kerjanya.
"Dimana dia taruh?"
Didi kembali keluar dari kamar Alif,saat menuruni tangga dilihat tas miliknya tergeletak berjejer dengan barang lain.
"Ceroboh sekali dia."
Didi membawa tas kerjanya masuk kembali kedalam kamar,ternyata saat dilihat istri dan anak-anaknya tertidur,tidak tega mengganggu apalagi membangunkan mereka,biarlah Lista bersama anak-anaknya.Didi memilih kembali keluar dari kamar dan menutup pintu.
Didi kembali kemeja makan dia memilih disini karena tempat yang luas,bahkan bisa mengawasi semua,dinyalakan laptop dan kembali bekerja,dipanggilnya Iqbal untuk membantu pekerjaannya.
"Boss,untuk kontrak hari ini hanya tiga bulan ya?"
"Iya."
"Ok."
"Cutimu seminggu lagi berakhir mau disambung atau?"
"Aku akan kembali selama tidak ada benturan dengan pekerjaan lain."
"Kamu yakin?"
"Jika harus keluar kota kamu yang aku percaya tinggal dirumah."
Iqbal menyetujui permintaan Didi dengan menyusun rencana kerjanya,pekerjaan keluar kota tidak sepadat dahulu sekarang hanya seminggu sekali itupun hanya kota terdekat.
"Bagaimana caramu menghadapi Gasa?"
"Aku tidak ada masalah sama dia."
"Apa kamu yakin hubungan kalian akan seperti dulu?"
"Entahlah."
"Aku berencana mengajak Richi serta."
"Boss!"
"Aku hanya ingin Richi belajar dan melihat sendiri kerasnya hidup dijalur ini."
"Maksudnya apa Boss?"
Didi mengambil secarik kertas yang disimpannya dan memberikan kepada Iqbal,kertas yang berisi lirik lagu berserta nadanya.
"Otakmu pinter pasti tahu maksudnya."
Dengan sekedar melihatnya Iqbal sudah paham apa maksudnya,dia juga sangat familiar dengan gaya dalam lirik dan nadanya.
"Dari lirik dan nadanya sangat mirip...."
"Ssstttt!"Didi mengacungkan jari telunjuk kemulutnya.
Iqbal memberi kode dengan cara mengunci mulutnya.
Eri keluar dari kamar Lista dari atas memanggil Didi.
"Pi,kakak mau mandi katanya minta om Iqbal bantuin."
Didi dan Iqbal langsung berdiri menuju lantai atas,Richi sudah duduk disudut ranjang.Didi memapahnya keluar dari kamarnya.
"Udah pi,biar om Iqbal yang bantuin."
"Ok."
Didi kembali masuk kekamarnya meninggalkan pekerjaanya begitu saja,karena hari sudah mulai gelap dan waktunya Sholat Magrib.
Selesai menunaikan sholat Magrib berjamaah dengan Lista Didi kembali kemeja makan melanjutkan pekerjaannya.
Lista bersama para mbak larut dalam kesibukannya menyiapkan makan malam.
Lista merasa sedikit lelah dan meminta mbak Lia menyelesaikan tugasnya.
"Mbak tolong buatin minum hangat ya."
"Siap mi."
Lista duduk dimeja makan dimana Didi bekerja,melihat beberapa berkas memenuhi meja Lista ikut membantunya.
"Kamu punya ruangan sendiri kenapa malah disini."
"Disini lebih nyaman,setidaknya bisa ngumpul bareng,sekalian Eri dan Richi juga bisa mengerjakan PR disini."
Apa yang dikatakan Didi ada benarnya,selama ini Lista selalu menyuruh anak-anak belajar dikamarnya.
Eri keluar sekalian membawa PR nya,kali ini seperti harus tahan ngantuk karena PR nya banyak.
Eri menaruh buku dan laptopnya diatas meja.
"Pi,aku gak ganggukan?"
"Enggak sayang."
Mbak Lia memberi secangkir minuman hangat buat Lista.
Richi turun dipapah Iqbal,Alif masuk kerumah karena waktunya makan malam.
"Lif,tadi sampai rumah jam berapa?"tanya Didi.
Didi membuka percakapan karena yakin Alif pasti kesal ditinggal begitu saja.
"Tadi bareng sama aku pi."kata Eri.
"Kok bisa?"Didi kembali bertanya.
Eri menceritakan apa yang terjadi tadi siang,Didi dan Lista merasa bersalah karena tidak menjemput anak bungsunya.
"Sayang,maaf ya papi sama mami lalai terlalu banyak hal yang mengejutkan hari ini."kata Didi.
"Gak papa."
Suasana kembali hening hanya terdengar suara siaran televisi itupun volumenya sangat kecil.
Lista lebih dulu beranjak dari duduknya menuju ruangan para mbak.
Selesai makan malam mbak Lia sendirian membereskan peralatan kotor dimeja makan.
Richi dan Eri sudah tahu apa yang dilakukan mami diruangan mbak-mbak,pasti lagi minta dipijit sama mbok Yum.
Eri pindah ketempat dimana tadi dia menaruh buku-bukunya.
"Papi masih lama ya?"
"Masih,kenapa?
"Temani aku lagi seperti kemarin."
"Iya,sayang."
Didi masih dibantu Iqbal bahkan sekarang ada Alif yang ikut turun tangan.
Eri mengerjakan PR dengan beberapa kali membuka buku lama sesekali membuka ponselnya.
Beberapa soal tidak berhasil mendapatkan jawaban.
Papi tahu ini maksudnya apa?"
Didi membaca beberapa kali namun dia juga tidak memahami inti dari pertanyaannya.
"Coba tanya kakak."
Eri memberikan bukunya kepada Richi.
Richi menjelaskan konsepnya seperti ini,mendengar penjelasan Richi akhirnya Didi menangkap kemana arah pertanyaan soal dibuku Eri.
"Eri kemari papi tahu jawabannya."
Eri mencatat setiap kata yang diucapkan Didi,jawaban yang cukup bisa dipahami olehnya.
"Makasih ya pi."
"Iya,masih ada lagi?"
Eri menggeleng-gelengkan kepala,membereskan buku-bukunya dan bergabung bersama Richi.Melihat ada buku yang belum pernah dia baca,diraihnya buku yang berada diatas meja,buku cerita dengan tema horor.
Dibukanya lembar demi lembar awal cerita yang manis dan lucu membuatnya terkadang tersenyum dan sedikit menahan tawa.
"Awas nanti kamu tidak bisa tidur baca itu."kata Richi.
Eri tidak memperdulikan kata-kata kakaknya dibukanya terus lembar demi lembar.
"Aaaarrhhh!"Eri melempar buku yang dibacanya kelantai.
Langsung duduk disamping kakaknya dengan memegang kedua telinganya.
Richi hanya tertawa melihat tingkah adiknya, sedangkan Didi mengalihkan pandangan kearahnya.
"Ada apa kak?"
"Eri bilang gak berani tidur sendiri pi."
"Apa sih kakak ini."memukul kakaknya dengan bantal.
Didi menghentikan pekerjaanya diambilnya buku yang tergeletak dilantai,dibukanya lembar demi lembar,ekspresi yang sama dilihat oleh Eri dan Richi tersenyum dan terkadang sedikit menahan tawa.
Saat dilembar yang sama tiba-tiba Didi berhenti dengan menutup buku dan tersenyum kearah anak-anaknya.
"Ada bagian yang lebih seram lagi gak?"
"Papi lanjutkan dan ceritakan padaku."Kata Eri.
Kembali Richi memukul adiknya dengan bantal.
"Kamu ini penakut tapi masih juga penasaran."
Lista yang baru keluar dari ruang para mbak melihat Richi memukul kepala adiknya langsung ikut bergabung.
"Ada apa sih kak?"
Didi menyerahkan buku bertema horor kepada istrinya.
"Baca dan ceritakan kepada kami."
"Gak mau."Lista justru melempar kembali buku ditangannya.
Semua tertawa melihat Lista yang menendang buku kearah kolong meja.
Malam ini ditutup dengan cerita saling lempar buku bertema horor.
*****