NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:18k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 – Nalaya dan Agas

Tiga hari di rumah Akesh cepat berlalu karena berjalan dengan menyenangkan. Di pagi hari Akesh dan Nalaya mengemas pakaian, bersiap kembali ke kampus.

"Butuh bantuan nggak kalian?" Tasya nyelonong masuk ke kamar Akesh. Nala sedang embantu lelaki itu berkemas.

"Bantuin apaan? Ngerecokin yang ada," Nalaya menggoda Tasya.

"Kak lihat, Caca ditindas," rengeknya manja. Usai kejadian kemarin, hubungan mereka menjadi dekat layaknya saudara.

Akesh tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah keduanya.

"Oh gitu ya mentang-mentang punya kakak, sekarang berlagak."

Nalaya menggoda Caca, menggelitik perut orang sepantaran itu. Tak lama kemudian, Kaliya datang menyuruh mereka sarapan. Di meja makan, tiga anak muda itu bergaul lebih akrab.

"Papa sama Caca ke bandara jam berapa nanti?"

"Jam lima sore. Kamu kuliah siang hari ini, Kak?"

"Iya, jam 10.20 ada kuis Pa, jadi nggak bisa absen. Maaf ya Kakak nggak bisa nganter ke bandara."

Selesai sarapan, keduanya pamit. Akesh berjanji ke adiknya akan mengiriminya pesan jika sudah sampai tempat

tujuan.

Usai berkendara kurang lebih satu jam, keduanya sampai kampus. Nalaya mengecek ponselnya, pukul 10.00 WIB.

Ia membuka WhatsApp dan melihat satu pesan yang hingga kini enggan ia balas. Wanita yang mengenakan rips jeans itu berjalan di belakang Akesh. Jalannya melambat.

Meski tak membalas pesan, ia terus menatap ponselnya, melamun. Hingga tak melihat jika pemilik nomor itu sedang mengetik.

"Padahal dibaca, tapi nggak dibales."

Seorang pria menepuk bahunya dari belakang. Membuat Nalaya kaget dan ponselnya nyaris jatuh. Beruntung Marvin menangkap benda persegi panjang pipih itu. Iya, pria itu adalah Marvin.

"Nih," Marvin menyodorkan hape itu kepada empunya.

Nalaya tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya. Lantas sejurus kemudian menjadi waspada. Pikirnya, apa yang sedang dilakukan kating aneh ini?

"Hai adek tingkat," Marvin melambaikan tangan dan mengedipkan sebelah matanya, jahil

Alis kanan Marvin terangkat, bibirnya tersungging. Ekspresi adik tingkatnya itu cukup menghiburnya.

"Kenapa chat gue ga dibales?"

Nalaya menarik napas panjang. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba sedikit pening.

"Lo ada perlu apa sama gue Kak?"

Di depan sana, Akesh ternyata memperhatikan mereka berdua. Ia berhenti berjalan setelah sadar jika Nalaya tak

ada di dekatnya.

Tanpa berpikir panjang, ia berjalan mendekati mereka. Ia membatin sejak kapan Nalaya dekat dengan ketua BEM itu. Iya, setidaknya Akesh tahu Marvin karena dia cukup terkenal. Meski mereka belum pernah mengobrol.

Marvin ingin menjawab, tapi terhenti karena melihat sosok asing datang mendekat. Ketika semakin mendekat, Marvin merangkul Nalaya.

Sang adik tingkat tentu sedikit shock dan bingung dengan tingkah laku Marvin. Melihat ini, Akesh tak senang, meski rasa itu ia sembunyikan rapat-rapat agar tak ada yang tahu.

"Halo gue Marvin, seniornya Nalaya," Marvin menyodorkan tangan kanan, mengajak bersalaman.

Nalaya tak pernah bercerita padanya jika punya teman bernama Marvin.

Akesh tak segera menyambut tangan orang yang seumuran dengannya itu. Namun setelah beberapa detik, mereka bersalaman.

"Gue ‘sahabat’ Nalaya."

Ia tersenyum percaya diri.

"Kalau gitu mulai sekarang kita bisa berteman baik."

Akesh tak menanggapi.

"Nalaya ada kelas kan bentar lagi? Ayo ke kelas."

Akesh menarik tangan Nalaya. Meninggalkan Marvin. Tanpa pamit. Tanpa menoleh.

"Sangat dingin," gumam Marvin.

***

Takdir tak hanya mengikat Akesh dan Nalaya, melainkan juga Agas dan Bina. Takdir tak pernah sengaja lucu, bukan?

Jika semangat Nalaya untuk mendapatkan Akesh sudah melempem dan cenderung pasrah, Agas justru berniat mendekati Bina secara terang-terangan.

Walaupun ia tahu untuk sekarang Bina tak menyukainya, rasa optimis tumbuh semakin subur. Ia yakin dirinya bisa membuat kating Sasing itu jatuh ke dalam pelukannya.

Berbeda dengan Nalaya yang lebih memilih bermain kucing-kucingan, anak ini malah ingin mengibarkan bendera perang.

Maka dari itu saat melihat Bina menuju perpustakaan, ia membuntuti calon pacarnya itu. Ya, setidaknya ia yakin suatu saat mereka akan pacaran.

Sayangnya setelah sampai di perpustakaan, Bina justru duduk membaca koran. Sungguh di luar tebakan Agas. Agas kira Bina akan membaca karya sastra karya sastrawan dari luar negeri.

Padahal ia sudah siap untuk membaca novel yang juga dibaca Bina. Jujur saja ia sedikit heran. Di zaman digital ini ternyata ada generasi muda yang masih membaca koran cetak.

Agas lantas duduk di depan Bina, agak jauh. Ia menatap sang wanita sambil senyum-senyum. Lama-kelamaan, yang ditatap pun sadar.

Mereka saling tatap. Tapi bukannya mengalihkan pandangan, Agas justru tersenyum lebih lebar. Melihat Agas, Bina agak bergidik. Pasalnya baru kali ini ia dipandang sedemikian intens oleh lelaki. Mata Agas berkilau layaknya rusa.

Keduanya bertatap untuk beberapa saat, Bina tidak ingin kalah. Keduanya kekeh tak ingin mengalihkan pandangan. Seakan mereka sedang perang hanya dengan saling menatap. Juaranya adalah yang paling lama menatap.

Kegigihan Bina membuat Agas semakin terpacu, bersemangat untuk berkencan dengan sahabat Akesh itu. Namun agar usahanya mulus, ia pun mengalah.

Agas tertawa, ia mengangguk sekilas. Ia rela mundur satu langkah agar dapat melaju beratus-ratus langkah lagi.

Katanya, takdir itu seperti penjara yang mencengkeram erat. Maka ia memutuskan untuk menjadi takdir bagi Bina. Ia akan mengikat Bina bahkan sampai sang pujaan hati tak dapat bergeliat.

Merasa menang, ada sedikit kebanggaan memenuhi dada Bina. Jika Agas sejak dahulu selalu memiliki apa yang dia inginkan, Bina adalah sosok yang tak ingin kalah.

Waktu menunjukkan pukul 10.15 WIB. Bina bangkit dari duduknya, mengembalikan koran ke rak penyimpanan. Ia hendak pergi ke kelas. Gengnya sudah ribut di grup WhatsApp, menanyakan keberadaannya.

Lima menit lagi ia ada kuis. Sementara dosen yang mengajar sangat killer. Namanya Richard. Ia tak akan membiarkan mahasiswa yang telat ikut kuis, presensi dianggap absen.

Meski demikian, Bina cukup santai dan tak buru-buru. Ruang kelas yang akan ia tuju ada di depan perpustakaan. Jadi ia hanya perlu berjalan beberapa langkah.

Saat keluar perpustakaan, Agas membuntuti Bina. Orang yang diikuti sadar apalagi Agas sengaja menunjukkan niatnya dengan jelas.

Pura-pura tak terganggu, Bina terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Sementara Agas yang merasa tak puas, sengaja menabrakkan dirinya ke badan Bina.

"Eh sorry Kak, gue ngelamun jadi nggak sadar sampe nabrak lo," Agas nyengir dengan ekspresi tak tahu malu.

Bina berbalik, menatap malas orang yang menabraknya.

"Ada urusan apa sama gue?" Itu dia. Bina yang selalu to the point.

"Gue naksir sama Lo, jadian yuk Kak?"

Bina menjaga ekspresi mukanya agar tetap datar.

"Sorry gue nggak tertarik sama lo."

Singkat. Setelahnya ia berbalik dan lanjut menuju kelas. Kali ini langkahnya ia percepatan karena melihat Pak Richard berjalan menuju ruang yang sama dengannya.

1
piyo lika pelicia
mampir yuk
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
rasain siapa suruh buang berlian untuk setumpuk sampah
piyo lika pelicia
"Kalau ada
piyo lika pelicia
"Kenapa
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
hih jijiks 😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
hhh kasihan kamu camel
piyo lika pelicia
"Kemana saja
piyo lika pelicia
"Gini
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
"Tujuan
piyo lika pelicia
sungguh capek karena pengangguran 🤣
Durrotun Nasihah
tahu....tahu....tahu ...
Durrotun Nasihah
akesh keren.../Drool//Drool/
mooty moo: 🌟🌟🌟🌟🌟
total 1 replies
Bilqies
typo kak
mooty moo: makasih kak🤭
total 1 replies
Bilqies
cemburu nih
Bilqies
semangat terus kak
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!