Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Bryan meremas tisu yang baru dia pakai untuk membersihkan wajahnya dari semburan Annelise. Dua bola matanya membulat sempurna, seakan ingin memakan Annelise hidup-hidup lantaran berani menyembur wajahnya dengan air minum.
"Annelise.! Kamu dapat SP satu.!" Geram Bryan sewot. Masih untung air semburannya hanya sedikit, kalau sampai membuat seluruh wajah Bryan basah kuyup, sudah dipastikan Annelise langsung di pecat detik itu juga.
"Tapi Pak, ini bukan salah saya. Coba Pak Bryan tidak membuat saya kaget, mana mungkin saya,,,"
Annelise tidak meneruskan perkataannya ketika melihat tatapan mata Bryan semakin tajam. Seketika dia menelan kasar ludahnya, mungkin setelah ini dia akan mendapatkan masalah karna sudah berani menyalahkan sang Bos yang katanya selalu benar sejak menjabat sebagai CEO.
"Kamu berani menyalahkan saya.?!" Seru Bryan penuh penekanan.
Dari ekspresi wajahnya, Bryan tampak sudah sangat geram dengan Annelise. Sebab lagi-lagi Annelise berani membantah dan menyalahkannya.
"Maaf Pak Bryan, lebih baik langsung ke intinya saja daripada waktu kita habis untuk berdebat." Annelise berucap pelan, lebih tepatnya terdengar lembut. Sepertinya Annelise mengantisipasi agar tidak memancing emosi Bryan.
"Saya tidak paham dengan kontak fisik yang Pak Bryan maksud tadi. Bisa di jelaskan lebih detail.?" Tanyanya. Annelise tidak sedang berpura-pura bodoh, dia memang tidak paham sama sekali dengan perkataan Bosnya yang ambigu.
Mendengar Bryan ingin melakukan kontak fisik dengannya saja sudah terdengar aneh, sebab sikap dingin Bryan pada semua wanita, bukan sesuatu yang rahasia. Semua orang tau bagaimana perlakuan Bryan pada orang-orang di sekitar. Dia hampir tidak pernah dekat dengan wanita, apalagi kontak fisik.
Bryan berdecak, antara kesal dan gengsi menjelaskan lebih detail pada Annelise. Dia juga bingung menentukan kata-kata yang tepat supaya tidak menurunkan harga dirinya sebagai Bos di mata bawahannya. Jadi Bryan malah mengajak Annelise untuk berpacaran.
Reaksi Annelise tentu saja semakin syok. Untung saat posisinya sedang tidak minum. Kalau itu terjadi, mungkin Annelise sudah menyembur wajah Bryan untuk kedua kalinya, saking kagetnya.
...******...
Sampainya di perusahaan, keduanya berpisah dan mengambil jalan masing-masing untuk menuju ke ruang kerja mereka. Bryan pergi lewat lift khusus, sedangkan Annelise lewat lift umum untuk semua karyawan. Padahal seorang sekretaris pribadi tidak di larang menggunakan lift khusus, sebab pekerjaannya selalu berkaitan dengan Bos.
"Sepertinya dia sudah tidak waras." Gumam Annelise lirih.
Dia menjadi kesal ketika mengingat kejadian tadi di restoran. Bryan terlalu merendahkan harga dirinya sebagai wanita. Seenaknya saja mengajak pacaran dalam waktu yang ditentukan dan diharuskan melakukan kontak fisik. Tidak heran kalau Annelise bersikeras menolak ajaknya sampai membuat Bryan semakin terbakar emosi.
"Kalau cuma untuk pegang-pegang, kenapa tidak pakai jasa kupu-kupu malam saja.! Menjengkelkan sekali.!" Gerutunya sewot. Annelise masih mengomel sepanjang jalan menuju ruangannya.
Perkataan Bryan masih terngiang-ngiang di telinganya, membuat Annelise kesulitan menahan diri untuk tidak emosi meski Bryan sudah menghilang dari pandangan matanya.
"Saya hanya minta kontak fisik, bukan ber cinta. Kenapa seperti tidak terima. Gaji kamu akan saya naikkan dua kali lipat kalau kamu setuju dengan tawaran saya."
Annelise mengepalkan kedua tangannya ketika perkataan Bryan berputar di kepalanya. Kalau tidak ingat bahwa Bryan adalah Bosnya, mungkin Annelise sudah menggunakan kedua tangannya untuk meninju Bryan.
"Ck,, orang kaya dan berkuasa memang suka seenaknya.!" Seru Annelise sebal.
...******...
Suasana di meja makan selalu terasa sepi sejak 6 tahun yang lalu, tepatnya setelah Flora menikah dan tinggal bersama suaminya. Kediaman mewah Shaka mendadak sunyi, mereka kehilangan sumber keceriaan yang selalu membuat suasana di rumah menjadi ramai.
Biasanya setiap kali selesai makan bersama, semua orang akan mendengar celotehan dari Flora. Ada saja bahan cerita gang tidak pernah habis untuk di bahas. Terkadang sampai harus berdebat dengan Bryan lantaran di mata Bryan, Flora terlalu berisik.
Sebab kepribadian Bryan sangat pendiam, tertutup dan malas basa-basi, jadi tak jarang Bryan akan protes supaya Flora berhenti bicara.
Jadi tidak heran kalau sekarang kondisi rumah seperti tidak berpenghuni. Karna Bryan akan langsung kembali ke kamarnya setiap. selesai makan bersama. Alih-alih mengobrol dan quality time dengan keluarga, Bryan malah asik menyendiri.
"Tapi makan malam kali ini Jihan menahan putranya agar tetap duduk di kursinya dan tidak boleh beranjak.
" Bryan, 3 hari lagi adalah anniversary pernikahan Mommy dan Daddy ke 28 tahun. Kali ini Mommy ingin merayakannya di rumah saja, mengundang keluarga dan teman dekat untuk makan malam di rumah." Ujar Jihan.
Bryan hanya mengatakan "Hmm" seraya mengangguk paham. Respon putranya membuat Jihan mengelus dada. Makin kesini, kadar kedinginan Bryan semakin menjadi saja. Bukan hanya pada orang lain, tapi pada keluarganya sendiri juga seperti itu.
"Tolong nanti kamu undang Anne dan Felix ya. Mereka yang balik dekat dan paling banyak berinteraksi dengan kamu. Mommy rasa mereka perkumpulan di undang." Pinta Jihan. Itu sebenarnya hanya akal-akalan Jihan saja agar Bryan bisa berinteraksi dengan Annelise di jam kantor. Tapi agar Bryan tidak curiga, Jihan sengaja menyuruh Bryan untuk mengundang Felix juga.
"Mereka pekerja ku, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan anniversary itu. Lebih baik tidak usah di undang." Ujar Bryan. Dia terlihat enggan menuruti perintah Mommynya.
"Mama ingin mengundang mereka supaya lebih ramai saja. Kalau kami tidak mau mengatakan pada Mereka, nanti biar z mommy saja yang menghubungi Felix dan Anne." Tegas Jihan tanpa mau mendengar bantahan lagi.
Sementara itu Shaka hanya bisa menggelengkan kepala ketika mendengar istri dan anaknya.
"Ya sudah, terserah Mommy saja." Bryan akhirnya pasrah, sebab tidak ada kemungkinan bisa menentang keputusan Mommynya.