Oh My Boss

Shaka pergi ke acara pertunangan sepupunya bersama dengan Aiko. Kedatangan mereka mengagetkan papanya Shaka dan juga kakaknya. Mereka tahu jika Aiko adalah teman kecil Shaka. Namun, siapa sangka jika mereka akan kembali bertemu setelah terpisah lama.

Aiko menyapa papanya Shaka dan juga kakaknya Shaka. "Apa kabar om?"

"Baik. Kamu sendiri gimana? Sudah lama banget nggak ketemu." kata Rino bersikap ramah kepada Aiko. Sejak dulu, ia memang bersikap ramah kepada Aiko.

"Aku juga baik, om."

"Apa kabar kak Reza?"

"Baik Ai.." dengan Aiko, Reza bersikap ramah. Dia hanya membenci Shaka, adik tirinya.

Shaka lalu mengajak Aiko untuk menemui Arif dan juga Olive. Sama seperti yang lain, Arif terkejut melihat Aiko bersama dengan Shaka. Sudah lama mereka juga tak melihat Aiko. Apakah Aiko pergi bersama dengan Shaka keluar negeri.

Sementara Olive belum mengenal Aiko. Karena waktu ia kembali, malam itu, Aiko keburu pergi. Akan tetapi, Olive terlihat tidak suka melihat Shaka bersama dengan wanita lain.

"Hai Rif, selamat ya!" kata Aiko memberi selamat kepada Arif yang merupakan teman sekolahnya juga dulu.

"Makasih ya Ai. Lama banget nggak ketemu, kamu makin cantik aja." kata Arif dengan mata berbinar. Ia suka melihat Aiko yang nampak anggun mengenakan dress pendek berwarna biru muda.

"Bisa aja kamu.."

"Oh ya kenalin, ini Olive." kata Arif.

"Kamu masih ingat gosip waktu sekolah dulu nggak? Mengenai wanita yang ditunggu oleh Shaka? Nah ini orangnya." imbuh Arif membuat suasana canggung antara Shaka dan Olive.

"Tapi entah kenapa, dia justru milih aku." lanjut Arif dengan senyuman penuh kemenangan, ia seolah mengejek Shaka yang kalah dengannya.

"Mungkin karena kamu punya apa yang dia cari." sahut Shaka. Dia sama sekali tidak terganggu dengan apa yang Arif katakan tadi.

Tidak ingin semakin canggung. Aiko pun mulai mengajak Olive berkenalan. "Hai, aku Aiko." katanya sembari mengulurkan tangannya. Aiko menatap Olive yang nampak anggun menggunakan gaun berwarna putih. Dia nampak sangat cantik.

("Pantas Shaka sampai menunggunya bertahun-tahun.") gumamnya dalam hati.

"Aku Olive." Olive menyambut tangan Aiko. Ia terus menatap Aiko dengan lekat.

Dia belum pernah ketemu Aiko. Tapi, dia tahu siapa Aiko karena berulang kali Shaka menyebut namanya dulu. Namun, baru kali ini dia melihat Aiko secara langsung. Matanya tak berkedip. Dalam hatinya, ia memuji kecantikan Aiko yang terlihat natural. ("Jadi ini wanita yang membuat Shaka menolak aku? Cantik sih, tapi masih cantikan aku.") katanya dalam hati.

"Silahkan nikmati hidangannya!" kata Arif.

Shaka kemudian mengajak Aiko menikmati hidangan yang tersedia. Shaka sangat tahu jika Aiko sangat menyukai kue dan makanan manis. Ia pun memilihkan kue untuk Aiko. "Nih.."

"Makasih. Tapi bapak nggak perlu repot-repot!" Aiko merasa tak enak karena papanya Shaka terus memperhatikannya.

"Udah aku bilang kalau diluar jangan manggil bapak!" tegur Shaka. Ia selalu tak suka saat Aiko bersikap formal kepadanya.

"Tapi kata bapak ini adalah bagian dari pekerjaan, jadi aku harus bersikap sopan ke bapak." jawab Aiko.

Shaka terdiam. Dia tidak bisa menjawab perkataan Aiko. Memang benar ia yang mengatakan jika menemani ke pertunangan itu merupakan sebuah pekerjaan.

"Olive cantik ya?" tanya Aiko. Sepertinya dia ingin melihat reaksi Shaka.

"Biasa aja. Masih cantikan kamu." kata Shaka sembari memasukan makanan ke dalam mulutnya.

"Hadeh, mentang-mentang jauh dari bu Dewi, bisa godain cewek lain. Tapi maaf aja, aku nggak tertarik dengan godaan bapak." jawab Aiko sembari menyilangkan tangannya memberi gestur NO.

Namun, Shaka justru terbahak melihat apa yang Aiko lakukan. Menurutnya, Aiko terlihat begitu menggemaskan. "Ngegemesin banget sih." ucap Shaka.

"Emang.." sahut Aiko sembari memakan kue di tangannya.

Shaka kembali tersenyum. Kini Aiko sudah mulai biasa seperti dulu. Membuat Shaka ingin sekali mencubit pipinya. Namun, ia mengurungkan niatnya. Karena ia tahu bukan tempatnya untuk melakukan itu.

"Ka, ini om Badri, papanya Dewi.." Rino mendekati Shaka bersama seorang lelaki paruh baya. Lelaki berkumis tebal itu tersenyum kepada Shaka.

"Hallo om," Shaka menyapa lelaki itu.

"Iya nak Shaka. Om denger kamu dan Dewi deket ya?" tanya Badri. Sepertinya dia mendengar cerita dari anaknya.

"Iya.." jawab Shaka pelan.

"Makasih juga ya karena kamu udah lindungi Dewi dari mantan pacarnya yang kasar itu." Shaka semakin yakin jika Dewi cerita ke papanya.

"Udah kewajiban aku om." Badri nampak bahagia mendengar perkataan Shaka. Ia menatap Rino yang juga nampak tersenyum.

"Ini?" Badri penasaran siapa Aiko yang selalu disamping Shaka.

"Ini-"

"Teman sekolah Shaka dulu, juga teman Arif." Rino memotong perkataan Shaka.

"Oh.." Badri tersenyum sembari menatap Aiko.

Sementara Aiko menundukan kepalanya dengan sopan. Dia sudah terbiasa bertemu banyak orang. Dan dia sangat paham bagaimana memperlakukan para petinggi seperti Badri.

Namun, setelah Badri dan Rino pergi. Aiko tersenyum sinis. Sebelumnya, Badri memberi sinyal genit dengan mengedipkan matanya ke arah Aiko. Selama menjadi assisten pribadi CEO, Aiko sudah paham sikap seperti itu. Dan itu bukan pertama kalinya Aiko menerima perlakuan seperti itu. Namun ia tetap tidak tergoda atau silau dengan harta mereka. Aiko selalu bersikap profesional.

"Selesai acara ini kita langsung balik hotel! Kamu udah pamit sama ayah dan ibu kan?" Aiko menganggukan kepalanya.

Acara pertunangan di mulai. Arif dan Olive saling bertukar cincin. Wajah mereka nampak begitu bahagia. Arif kembali menatap Shaka. Dia seperti ingin pamer di depan Shaka jika dia bisa memiliki wanita yang Shaka inginkan. Arif merasa menang atas Shaka.

**Beberapa tahun lalu**

Arif dan Shaka masih duduk dibangku sekolah dasar. Mereka merupakan teman satu kelas. Namun, Arif kalah pintar dengan Shaka yang mendapat peringat 3. Sementara Arif hanya mendapat peringkat 10. Hal itu membuat papanya begitu marah. Arif dipukul papanya karena tidak bisa mengalahkan Shaka dalam hal apapun.

"Kamu memang anak b*d*h! Kamu nggak bisa kalahin anak haram itu." "Plak. Plak. Plak." Arif terus dipukuli oleh papanya.

Mungkin karena hal itu lah, yang membuat Arif ingin sekali mengalahkan Shaka dalam hal apapun. Ia tahu jika Shaka dan Olive pernah dekat karena mereka juga teman masa kecil. Itu sebabnya Arif berusaha merebut Olive dari Shaka. Dan mungkin itu pertama kalinya ia bisa mengalahkan Shaka. ***

Ada rasa puas tersendiri saat Arif bisa memiliki wanita yang Shaka sukai. "Ka, cepet nyusul!" seru Arif sembari tersenyum. Wajahnya sangat jelas jika dia sedang mengolok Shaka.

"Duluan aja. Aku masih ingin berkarier." jawab Shaka santai, bahkan sangat santai. Ia bahkan sama sekali tidak terpengaruh dengan pertunangan tersebut. Karena dari awal Shaka memang tidak menyukai Olive. Dia hanya menganggap Olive sebagai teman, tidak lebih. Dia juga sudah menolak Olive.