Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi
"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lu, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari kekejaman dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Tapi aku tak bisa menjauh. Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit, justru membuat mabuk?
Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.
***
Orang-orang memanggilku Nalaya. Saat ini aku kuliah semester ketiga jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus negeri ternama. Meski tak pintar, dengan usaha keras akhirnya aku berhasil masuk kampus yang masuk tiga besar terbaik di negara ini.
Aku tak hobi menulis. Alasanku memilih jurusan ini, ya... barangkali kalian tahu. Aku ingin satu fakultas dengan Kak Akesh. Kakakku. Tetanggaku. Cinta pertamaku.
Aku tidak bisa mendeskripsikan lebih, tapi Kak Akesh adalah definisi cowok macho. Kulitnya sawo matang, tapi manis. Tingginya 182 sentimeter. Tubuhnya terbentuk karena rajin nge-gym. Melihatnya membuatku merasa Tuhan tak adil. Bagaimana orang seperti dia juga memiliki otak encer?
Hubungan kami awalnya sangat baik. Seperti biasa, aku selalu mengekornya. Sampai semua temannya mengenalku sebagai "adik kecilnya".
Kami adalah tetangga, tinggal bersebelahan. Sejak dulu aku selalu minta ibuku agar satu sekolah dengannya. Di sekolah pun aku lebih sering bergaul dengan teman-temannya daripada teman sekelasku. Menyedihkan, bukan?
Sebagian besar waktuku kuhabiskan bersamanya. Mulai dari berangkat hingga pulang sekolah, main ke kamarnya, dan pergi bermain bersama teman-temannya. Semua berjalan lancar, apalagi kami hanya selisih satu tahun.
Rasa cintaku padanya semakin tumbuh dari hari ke hari, namun tak ada hambatan berarti. Apalagi hingga SMA ia tak pernah pacaran sekali pun. Alasannya bukan karena tak ada yang menyukainya. Melainkan ada yang menarik baginya. Hal ini pun membuatku semakin berharap. Apakah masih ada kesempatan bagiku?
Bagiku, ia adalah warna yang memenuhi hidupku. Kadang ia menjadi merah muda ketika membuatku jatuh cinta.
Besoknya ia menjadi putih ketika menghibur dan menyembuhkanku. Namun kemudian ia menjadi hitam yang mendatangkan badai di anganku. Badai itu datang saat ia mulai kuliah.
Aku melihat ia mem-posting foto perempuan di akun media sosialnya. Rachel, perempuan yang akhirnya berhasil membuat Sang Bad Boy Akesh jatuh cinta. Tapi memang apa masalahnya? Ada banyak orang yang menjaga jodoh orang lain. Maksudku, tak apa menitipkan Kak Akesh sebentar saja kepada Rachel, kan? Oh, kurasa aku mulai gila.
Setelah itu, aku bertekad belajar lebih keras agar bisa satu fakultas dengannya. Agar bisa meraih tangan Kak Akesh kembali. Persetan apakah ini cinta atau hanya obsesi. Tapi lelaki yang memiliki satu adik perempuan itu adalah satu-satunya hal yang membuatku berani melawan apapun.
Sampai akhirnya setelah berhasil masuk ke kampus ini dan menempuh pendidikan selama setahun lebih, untuk pertama kalinya aku merasa dunia kami hancur. Tepatnya saat kemarin malam, aku memapah Kak Akesh yang mabuk pulang ke asrama mahasiswa. Sesampainya di kamar, setelah susah payah menggendongnya ke lantai dua, naik tangga, aku merebahkannya di kasur.
Kulepaskan kausnya yang penuh keringat agar ia nyaman tidur. Namun saat kain putih itu lepas dari tubuhnya, aku mencium aroma yang melumpuhkan akal sehatku.
Oh lihatlah bayi besar yang tergeletak tak berdaya ini. Wajahnya yang tegas sangat lucu saat tidur, berbanding terbalik dengan ketika dia sadar.
Malam itu terjadi hal yang seharusnya tidak terjadi. Aku kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang perempuan. Air mataku semakin deras. Sedih tapi juga senang. Iya, aku memang gila. Tapi aku agak heran. Dalam keadaan mabuk dan setengah sadar gini, kenapa ia lancar sekali dirty talk? Sementara aku malah menikmatinya, seperti masokis tolol diperbudak hasrat. Sial!
***
"Lebih baik lo pergi sekarang, Nalaya. Lupain apa yang terjadi semalam."
Cuaca terasa sedikit panas karena AC sudah dimatikan. Melihat dari teriknya sinar matahari, sudah pukul sembilan pagi. Saat bangun, Akesh langsung memakai baju lengkap. Ia begitu kaget karena ia dan Nalaya berada dalam satu selimut, keduanya telanjang.
Kepalanya pening, ia sadar jika semalam mabuk. Namun ia baru bisa menerjemahkan apa yang terjadi semalam setelah mengenakan baju. Setelah itu, ia membangunkan Nalaya dan menyuruhnya memakai baju. Ia bahkan membelakangi gadis itu, tak mampu melihatnya. Seolah tak pernah melewati malam panas bersama.
"Kak, Nalaya nggak mau. Kita bicarain dulu, ya?”
"Pergi, Nalaya! Selagi gue masih bicara baik-baik sama lo!"
Inilah awal penderitaan hidupku. Satu-satunya kuas yang memberi warna hidupku mengusirku. Tapi kita lihat aja
Kak, semakin kamu menjauh, aku akan jadi bayanganmu sampai kau tak bisa lari!
Minimal, kau harus tahu perasaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
☆White Cygnus☆
aku mampir dulu, ninggalin jejak.
2024-05-16
1
Bilqies
hai Thor salam kenal yaa...
aku mampir niih
mampir juga yaa di karyaku...
2024-05-15
1
♪✧ niza✧♪
jadi gila hanya karena cinta.
apa itu cinta???🚮/Puke/
2024-05-11
1