Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Bab 1 - Minimal, Kau Harus Tahu Perasaanku

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."

"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lu, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.

Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari kekejaman dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.

Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Tapi aku tak bisa menjauh. Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit, justru membuat mabuk?

Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

***

Orang-orang memanggilku Nalaya. Saat ini aku kuliah semester ketiga jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus negeri ternama. Meski tak pintar, dengan usaha keras akhirnya aku berhasil masuk kampus yang masuk tiga besar terbaik di negara ini.

Aku tak hobi menulis. Alasanku memilih jurusan ini, ya... barangkali kalian tahu. Aku ingin satu fakultas dengan Kak Akesh. Kakakku. Tetanggaku. Cinta pertamaku.

Aku tidak bisa mendeskripsikan lebih, tapi Kak Akesh adalah definisi cowok macho. Kulitnya sawo matang, tapi manis. Tingginya 182 sentimeter. Tubuhnya terbentuk karena rajin nge-gym. Melihatnya membuatku merasa Tuhan tak adil. Bagaimana orang seperti dia juga memiliki otak encer?

Hubungan kami awalnya sangat baik. Seperti biasa, aku selalu mengekornya. Sampai semua temannya mengenalku sebagai "adik kecilnya".

Kami adalah tetangga, tinggal bersebelahan. Sejak dulu aku selalu minta ibuku agar satu sekolah dengannya. Di sekolah pun aku lebih sering bergaul dengan teman-temannya daripada teman sekelasku. Menyedihkan, bukan?

Sebagian besar waktuku kuhabiskan bersamanya. Mulai dari berangkat hingga pulang sekolah, main ke kamarnya, dan pergi bermain bersama teman-temannya. Semua berjalan lancar, apalagi kami hanya selisih satu tahun.

Rasa cintaku padanya semakin tumbuh dari hari ke hari, namun tak ada hambatan berarti. Apalagi hingga SMA ia tak pernah pacaran sekali pun. Alasannya bukan karena tak ada yang menyukainya. Melainkan ada yang menarik baginya. Hal ini pun membuatku semakin berharap. Apakah masih ada kesempatan bagiku?

Bagiku, ia adalah warna yang memenuhi hidupku. Kadang ia menjadi merah muda ketika membuatku jatuh cinta.

Besoknya ia menjadi putih ketika menghibur dan menyembuhkanku. Namun kemudian ia menjadi hitam yang mendatangkan badai di anganku. Badai itu datang saat ia mulai kuliah.

Aku melihat ia mem-posting foto perempuan di akun media sosialnya. Rachel, perempuan yang akhirnya berhasil membuat Sang Bad Boy Akesh jatuh cinta. Tapi memang apa masalahnya? Ada banyak orang yang menjaga jodoh orang lain. Maksudku, tak apa menitipkan Kak Akesh sebentar saja kepada Rachel, kan? Oh, kurasa aku mulai gila.

Setelah itu, aku bertekad belajar lebih keras agar bisa satu fakultas dengannya. Agar bisa meraih tangan Kak Akesh kembali. Persetan apakah ini cinta atau hanya obsesi. Tapi lelaki yang memiliki satu adik perempuan itu adalah satu-satunya hal yang membuatku berani melawan apapun.

Sampai akhirnya setelah berhasil masuk ke kampus ini dan menempuh pendidikan selama setahun lebih, untuk pertama kalinya aku merasa dunia kami hancur. Tepatnya saat kemarin malam, aku memapah Kak Akesh yang mabuk pulang ke asrama mahasiswa. Sesampainya di kamar, setelah susah payah menggendongnya ke lantai dua, naik tangga, aku merebahkannya di kasur.

Kulepaskan kausnya yang penuh keringat agar ia nyaman tidur. Namun saat kain putih itu lepas dari tubuhnya, aku mencium aroma yang melumpuhkan akal sehatku.

Oh lihatlah bayi besar yang tergeletak tak berdaya ini. Wajahnya yang tegas sangat lucu saat tidur, berbanding terbalik dengan ketika dia sadar.

Aku pun mendekat ke ceruk lehernya, menghirup aroma keringat Kak Akesh yang bercampur dengan bau parfum. Sangat jantan dan memabukkan. Aku tak bisa lagi menahan godaan yang begitu manis ini.

Kalap, jemari tangan kiriku menuju ke perut six pack-nya. Sesuatu di depanku bak kaca tipis yang akan pecah jika sentuhan lemah jariku mengenainya. Jemariku hanya bergerak-gerak tanpa menyentuhnya. Bagaimana rasanya menyentuh dadanya yang bidang itu? Pertanyaan serupa terus membisiki telingaku, mereka terus menggodaku dengan suara paling sensual agar aku berbuat dosa. Bahkan aromanya kini berubah menjadi sangat manis.

Setelah lama bergulat dengan pikiran sendiri, nyatanya jemariku menyerah pada hasrat yang disebut nafsu. Aku pasrah, menghamba padanya. Perlahan aku menyentuh benjolan kotak-kotak di perutnya. Kemudian mengarah ke atas: dada.

Putingnya yang cokelat kehitaman membuat jantungku berdegup lebih cepat. Aku pun mencubitnya dengan gemas.

"Ahhh...." Ia mendesah. Matanya masih tertutup. Aku belum menyalakan lampu namun sinar bulan purnama dengan gagah memasuki celah-celah jendela kamar.

Mungkin aku juga mabuk, tapi aku sadar apa yang kulakukan. Hanya saja, hasrat itu begitu kuat. Membuatku tak bisa berpikir jernih lagi. Aku pun naik ke atas tubuhnya, tak sampai menindih, lalu menggigit benda yang mirip choco cips itu.

"Ahhh... Sayang, terus...." Dia memanggilku sayang? Ah, rasanya ada kabut yang menyelimutiku. Kewarasanku semakin tipis.

"Iya gitu Rachel, pinter banget emang pacar gue."

Deg... Jadi dia anggap aku ini pacarnya? Sial, dadaku seperti ditembak berkali-kali. Aku beranjak dari kasur dan menyalakan lampu. Kesempatan sekali seumur hidup ini jika tak kuambil, aku akan menyesal selamanya!

Aku seperti serigala yang akan memangsa domba. Atau malah domba yang menyerahkan diri kepada serigala (?).

"Kak, malam ini aja, jadiin aku milik kakak sepenuhnya. Aku punya Kakak!" Bisikku di telinganya.

Setelahnya, kujilat bibirnya. Bibirnya yang lembut memiliki rasa alkohol. Pria di bawahku pun menyambut. Setelah tujuh tahun memendam rasa dan menebak seperti apa dicumbu benda kenyal ini, akhirnya kami menyatu malam ini.

Aku tak peduli meski Kak Akesh tak sadar malam itu. Malam itu kami seperti sepasang kekasih yang saling menuntaskan hasrat. Setidaknya aku mencintainya. Walau hanya cinta sepihak.

Malam itu aku menjadi gadis hina yang menyerahkan tubuhku untuk dinikmati. Untuk pertama kalinya, aku menyerahkan milikku yang paling berharga.

"Ahhh... Kak sakit... Ahhh...."

Sial, rasanya sangat menyiksa. Punyaku robek dan berdarah sampai aku menangis. Sementara orang di atasku tak memberi jeda sama sekali. Sungguh jahat.

"Tadi siapa yang minta? Tanggung jawab dong, Sayang.”

"Iya-iya, tapi istirahat dulu ya?" Aku mengusap air mataku dengan punggung tangan. Untuk pertama kalinya aku merasa kelembutan dan kasih sayang dari Kak Akesh dengan cara yang berbeda, bukan kasih sayang antara kakak dan adik lagi, namun di saat bersamaan aku juga merasakan kekejaman orang ini.

"Nggak mau Sayang, malam ini kamu nggak boleh kemana-mana. Ahhh... Rachel, Sayang."

"Kak Akesh brengsek!"

Hatiku seperti teriris mendengar hal ini. Tapi aku tidak bisa sepenuhnya marah. Aku sendiri yang memilih untuk mendengarkan hal yang tidak seharusnya kudengar. Mungkin ini adalah hukuman awalku.

"Tapi kamu suka kan, Sayang? Buktinya kamu bersemangat banget."

Air mataku semakin deras. Sedih tapi juga senang. Iya, aku memang gila. Tapi aku agak heran. Dalam keadaan mabuk dan setengah sadar gini, kenapa ia lancar sekali dirty talk? Sementara aku malah menikmatinya, seperti masokis tolol diperbudak hasrat. Sial!

***

"Lebih baik lo pergi sekarang, Nalaya. Lupain apa yang terjadi semalam."

Cuaca terasa sedikit panas karena AC sudah dimatikan. Melihat dari teriknya sinar matahari, sudah pukul sembilan pagi. Saat bangun, Akesh langsung memakai baju lengkap. Ia begitu kaget karena ia dan Nalaya berada dalam satu selimut, keduanya telanjang.

Kepalanya pening, ia sadar jika semalam mabuk. Namun ia baru bisa menerjemahkan apa yang terjadi semalam setelah mengenakan baju. Setelah itu, ia membangunkan Nalaya dan menyuruhnya memakai baju. Ia bahkan membelakangi gadis itu, tak mampu melihatnya. Seolah tak pernah melewati malam panas bersama.

"Kak, Nalaya nggak mau. Kita bicarain dulu, ya?”

"Pergi, Nalaya! Selagi gue masih bicara baik-baik sama lo!"

Inilah awal penderitaan hidupku. Satu-satunya kuas yang memberi warna hidupku mengusirku. Tapi kita lihat aja

Kak, semakin kamu menjauh, aku akan jadi bayanganmu sampai kau tak bisa lari!

Minimal, kau harus tahu perasaanku.

Terpopuler

Comments

Aegis Aetna

Aegis Aetna

aku mampir dulu, ninggalin jejak.

2024-05-16

1

Bilqies

Bilqies

hai Thor salam kenal yaa...
aku mampir niih
mampir juga yaa di karyaku...

2024-05-15

1

♪✧⁠◝Adniza {Hiatus}◜⁠✧♪

♪✧⁠◝Adniza {Hiatus}◜⁠✧♪

jadi gila hanya karena cinta.
apa itu cinta???🚮/Puke/

2024-05-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Minimal, Kau Harus Tahu Perasaanku
2 Bab 2 - Aku akan Jadi Bayanganmu
3 Bab 3 - Kita Selesai?
4 Bab 4 - Apa Aku Ngobrol dengan Orang Sakit Jiwa?
5 Bab 5 - Sketsa Pembawa Sial
6 Bab 6 - Ingin Pergi tapi Ada Sesuatu yang Menahan
7 Bab 7 - Kesempatan Khusus
8 Bab 8 - Perasaan Gatal yang Tak Bisa Digaruk
9 Bab 9 - Awal yang Indah
10 Bab 10 – Nalaya dan Agas
11 Bab 11 - Putri Palsu
12 Bab 12 - Elang yang Mengincar Mangsanya
13 Bab 13 - Pertemuan Tak Terduga
14 Bab 14 - Haruskah menjadi Antagonis?
15 Bab 15 - Kucing dan Anjing
16 Bab 16 - Apa yang Sedang Terjadi?
17 Bab 17 - Cemburu
18 Bab 18 - Sebuah Asap Mulai Muncul
19 Bab 19 - Menghadapi Dua Orang Sulit
20 Bab 20 – Kecanduan Racun
21 Bab 21 – Mengubah Penampilan
22 Bab 22 – Bersikap Biasa Saja
23 Bab 23 – Pria yang Menunggu Kekasihnya
24 Bab 24 – Ingin Berlari
25 Bab 25 - Malam yang Memanjang
26 Bab 26 – Diselingkuhi Dua Kali
27 Bab 27 – Belanja Berdua
28 Bab 28 - Ditinggal Sendirian
29 Bab 29 – Hidup dalam Manipulasi
30 Bab 30 – Semuanya sedang Berjuang
31 Bab 31 – Menantang Lawan
32 Bab 32 – Tak Bisa Lari
33 Bab 33 – Tarik Menarik
34 Bab 34 – Melanggar Janji
35 Bab 35 – Kembali ke Apartemen
36 Bab 36 – Kabar Baru
37 Bab 37 – Menanti Penjelasan
38 Bab 38 – Berkembang Bersama
39 Bab 39 - Batasan
40 Bab 40 - Putus dan Tersambung
41 Bab 41 - Bimbang
42 Bab 42 - Kembali
43 Bab 43 – Berjumpa Lagi
44 Bab 44 – Hukuman
45 Bab 45 –Begitulah Cinta
46 Bab 46 – Saatnya Bersantai, Seharusnya
47 Bab 47 - Tangis
48 Bab 48 - Kata yang Sulit
49 Bab 49 – Senyum Tersembunyi
50 Bab 50 – Semua Berjalan Lancar
51 Bab 51 – Liburan!
52 Bab 52 - Kuku Serigala
53 Bab 53 – Memori Masa Kecil (1)
54 Bab 54 – Bertemu Mama
55 Bab 55 – Pertemuan Keluarga
56 Bab 56 – Sebuah Perintah
57 Bab 57 – Ayah
58 Bab 58 – Menepi
59 Bab 59 - Ayah dan Anak
60 Bab 60 - Sebuah Rencana Bersama
61 Bab 61 - Liburan Keluarga
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 - Minimal, Kau Harus Tahu Perasaanku
2
Bab 2 - Aku akan Jadi Bayanganmu
3
Bab 3 - Kita Selesai?
4
Bab 4 - Apa Aku Ngobrol dengan Orang Sakit Jiwa?
5
Bab 5 - Sketsa Pembawa Sial
6
Bab 6 - Ingin Pergi tapi Ada Sesuatu yang Menahan
7
Bab 7 - Kesempatan Khusus
8
Bab 8 - Perasaan Gatal yang Tak Bisa Digaruk
9
Bab 9 - Awal yang Indah
10
Bab 10 – Nalaya dan Agas
11
Bab 11 - Putri Palsu
12
Bab 12 - Elang yang Mengincar Mangsanya
13
Bab 13 - Pertemuan Tak Terduga
14
Bab 14 - Haruskah menjadi Antagonis?
15
Bab 15 - Kucing dan Anjing
16
Bab 16 - Apa yang Sedang Terjadi?
17
Bab 17 - Cemburu
18
Bab 18 - Sebuah Asap Mulai Muncul
19
Bab 19 - Menghadapi Dua Orang Sulit
20
Bab 20 – Kecanduan Racun
21
Bab 21 – Mengubah Penampilan
22
Bab 22 – Bersikap Biasa Saja
23
Bab 23 – Pria yang Menunggu Kekasihnya
24
Bab 24 – Ingin Berlari
25
Bab 25 - Malam yang Memanjang
26
Bab 26 – Diselingkuhi Dua Kali
27
Bab 27 – Belanja Berdua
28
Bab 28 - Ditinggal Sendirian
29
Bab 29 – Hidup dalam Manipulasi
30
Bab 30 – Semuanya sedang Berjuang
31
Bab 31 – Menantang Lawan
32
Bab 32 – Tak Bisa Lari
33
Bab 33 – Tarik Menarik
34
Bab 34 – Melanggar Janji
35
Bab 35 – Kembali ke Apartemen
36
Bab 36 – Kabar Baru
37
Bab 37 – Menanti Penjelasan
38
Bab 38 – Berkembang Bersama
39
Bab 39 - Batasan
40
Bab 40 - Putus dan Tersambung
41
Bab 41 - Bimbang
42
Bab 42 - Kembali
43
Bab 43 – Berjumpa Lagi
44
Bab 44 – Hukuman
45
Bab 45 –Begitulah Cinta
46
Bab 46 – Saatnya Bersantai, Seharusnya
47
Bab 47 - Tangis
48
Bab 48 - Kata yang Sulit
49
Bab 49 – Senyum Tersembunyi
50
Bab 50 – Semua Berjalan Lancar
51
Bab 51 – Liburan!
52
Bab 52 - Kuku Serigala
53
Bab 53 – Memori Masa Kecil (1)
54
Bab 54 – Bertemu Mama
55
Bab 55 – Pertemuan Keluarga
56
Bab 56 – Sebuah Perintah
57
Bab 57 – Ayah
58
Bab 58 – Menepi
59
Bab 59 - Ayah dan Anak
60
Bab 60 - Sebuah Rencana Bersama
61
Bab 61 - Liburan Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!