Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aidan vs Dokter Leo
Kedua pria yang sama-sama tampan namun berbeda karakter, masih saling berhadapan dengan saling melempar tatapan, yang satu penuh dengan amarahnya, yang satu lagi terlihat santai namun tatapannya begitu tegas.
“Kenapa jadi diam Aidan? Sebaiknya kamu kembali ke kamar, sebentar lagi Dokter akan memeriksamu,” ucap Dokter Leo.
Kini, lidah Aidan yang berdecak kesal. “Bilang saja kamu mengusirku, apa hakmu mengusir aku di kamar i—,” Aidan mengantungkan kalimatnya, benar-benar tidak bisa menyebut kata istri untuk Deandra.
Kedua alis Dokter Leo saling bertautan ketika menatap Aidan. “Kamar siapa? Jangan bilang ini kamar istri kamu, istri kamu ada di ruang ICU, mungkin ada baiknya aku antar kamu ke ruang ICU. Aku takut kamu semakin lama lupa dengan wajah cantik istrimu itu, gara-gara wanita yang kamu anggap pelayan itu!” balas Dokter Leo agak sinis, sembari memberanikan diri memegang besi kedua kursi roda mirip Aidan, lalu memutarnya.
“Kurang aja sekali kamu, Leo!” geram Aidan, dia mencekal lengan temannya dengan erat.
Dokter Leo yang berada di belakang kursi roda dengan santainya mencondongkan dirinya, dan mendekatkan bibir ke daun telinga Aidan. “Lebih kurang ajar aku, atau kamu, Aidan. Suami yang menganggap istrinya sebagai pelayan, dan berubah sikap ketika istri culunnya ternyata cantik luar biasa. Bukankah itu bisa dikatakan sikap kurang aja, sikap brengsek!” bisik Dokter Leo.
Hati Aidan semakin memanas, tangannya yang lain langsung mencengkeram kerah baju Dokter Leo hingga hampir saja mencekik leher temannya sendiri, dan Dokter Leo pun menyeringai tipis melihat sikap temannya itu.
Penuh emosi, Aidan memukul wajah temannya sendiri dengan kepalan tangannya. Dokter Leo pun sempat terhuyung ke belakang, namun secepat kilat dia mengembalikan bogeman dari Aidan ke pemiliknya kembali, satu sama, sudut bibir mereka sama-sama berdarah.
Deandra yang semula ingin mengistirahatkan tubuhnya, jadi berubah ke posisi duduk dan melihat apa yang terjadi di dekat ranjangnya.
“Jika ingin berkelahi, tolong keluar dari kamar ini. Aku butuh istirahat, bukan diberikan tontonan yang tidak berguna ini!” ucap Deandra dengan tegasnya, dia tidak tahu asal muasal kenapa kedua pria itu jadi saling memukul.
Kedua pria itu pun menoleh ke belakang, dan sama-sama menatap wanita itu.
“Keluarlah kalian berdua!” usir Deandra dengan menunjuk tangannya ke arah pintu.
Dokter Leo merapikan kerah jas. “Maaf Dea, jika sudah mengganggu. Kami berdua akan keluar, silahkan lanjut istirahatnya,” jawab Dokter Leo, dia mendorong kursi roda Aidan dengan sekuat tenaganya, karena pria lumpuh itu meng ON kan rem pada kursi rodanya.
Kedua pria itu benar-benar keluar dari kamar, tapi apa yang terjadi di luar kamar. Tangan Aidan menarik pingiran jas Dokter Leo, dan kembali menghajar wajah Dokter Leo dengan bringasnya.
“Jangan sesekali kamu mendekati Deandra! Dia milikku!” teriak Aidan.
Dokter Leo mengusap darah yang mulai keluar dari sudut bibirmu. “Dia bukanlah milikmu, dia hanya pelayan bagimu. Dan aku pasti akan memilikinya, dan akan menjadikan dia istriku. Aku tunggu saat kau melepaskannya!” balas Dokter Leo dengan tatapan tidak bersahabat, lalu pria itu meninggalkan Aidan begitu saja.
Pertemanan kedua pria tersebut yang selama ini terjalin puluhan tahun, tiba-tiba saja tergores dengan kehadiran seorang wanita, tak disangka hanya karena seorang Deandra!
“Arrrgh, dasar teman brengsek!” teriak Aidan sembari mengusak rambut coklatnya, lalu menariknya. Dokter Leo yang masih mendengarnya, melambaikan tangan tanpa menolehkan kepalanya.
“Ayolah Aidan, hatimu sebenarnya sudah tergoda dengan istri keduamu. Tapi hatimu gengsi mengakuinya, dan sikapmu juga sangat BRENGSEK. Jadi jangan salah kan aku yang akan merebut istriku secara terang-terangan,” batin Dokter Leo.
...----------------...
Malam hari ...
Kamar Deandra
“Ini ada susu promil, dan vitamin untuk menambah kesuburan di kandungan yang harus diminum ya, Mbak,” ucap perawat yang datang untuk memeriksa keadaan Deandra.
Wajah wanita itu tiba-tiba saja pias, menerima segelas susu coklat, entah kenapa hatinya menjadi melow. “Terima kasih Suster,” jawab Deandra, sebelum perawat itu meninggalkan kamarnya.
Ingin rasanya dia menertawakan dirinya sendiri, jika akhirnya dia memilih menerima mengandung anak dari pria yang paling dia benci walau pria itu suaminya sendiri. Sejenak sebelum dia meneguk susu promil, dia mengelus perut ratanya.
“Mungkinkah nanti akan ada anak di perutku ini,” gumamnya Deandra seorang diri, setelahnya dia menyesap susu yang masih terasa hangat itu.
TOK ... TOK ... TOK
Bu Nani yang mendengar pintu kamar terketuk, buru-buru membuka kan pintu, dan sesaat dia menahan napas melihat siapa yang datang.
“Saya ingin menjenguk, Dea,” kata pria yang berada di samping wanita paruh baya itu.
Bu Nani menggeser posisi berdirinya dan mempersilahkan masuk kepada besan tuan besarnya. Sedangkan Deandra yang masih menikmati susunya, menegakkan kepalanya setelah mendengar suara yang sangat dia kenal selama ini.
“Lihatlah anak angkatmu ini Pah, hebat sekali dapat perawatan jelas VVIP,” celetuk Mama Daisy ketika melangkahkan kakinya ke ranjang Deandra.
“Diamlah Mah, kita datang ke sini bukan untuk marah-marah, tapi menjenguk Dea,” balas Papa Ernest dengan ketusnya.
“Maaf Dea, Papa baru bisa menjengukmu, kamu sakit apa?” tanya Papa Ernest, sembari menatap sendu ke putri angkatnya.
“Dia hanya pura-pura sakit Pah, buat cari perhatian sama suaminya Poppy. Pasti dia sendiri yang minta dirawat di sinikan, di kelas VVIP!” timpal Mama Daisy kembali dengan tatapan sinisnya.
Papa Ernest menghela napasnya, setelah mendengar celetukan istrinya sendiri, begitu pula dengan Deandra yang sedari tadi melihat sikap ibu angkatnya yang begitu sinis.
Namun dibalik perkataan Mama Daisy, wanita paruh baya itu baru menyadari ada yang berbeda dengan wajah Deandra, hingga dia pun semakin mendekati ranjang Deandra.
“Kemana kacamata kamu, dan ini kenapa kamu urai rambutmu, dan mana flek hitam di wajahmu ini!” sentak Mama Daisy, tangannya mulai menarik rambut Deandra.
Papa Ernest langsung menepis tangan istrinya. “Mah, ingat kita ada di mana! Ini bukan di mansion, ini di rumah sakit! Nanti bisa muncul besan kita,” kata Papa Ernest terdengar pelan.
Mama Daisy mendesis dan menepis tangan suaminya, setelahnya dia menyadari ada Bu Nani di kamar rawat Deandra.
“Pokoknya Mama tidak mau tahu, pakai lagi kacamata kamu, ikat rambut kamu, dan berdandanlah seperti biasanya!” sentak Mama Daisy, kini agak pelan bicara namun tetap menekan Deandra.
Bibir Deandra melekung tipis, ujung ekor matanya pun sedikit menyipit saat membalas tatapan mama angkatnya.
“Terima kasih Mah, sudah sangat bisa membedakan wajahku ini. Dan terima kasih juga sudah datang menjengukku. Tapi sayangnya mau seperti apa pun penampilanku, itu adalah hak aku. Jika dulu Mama dan Kak Poppy suka mengatur penampilanku, sekarang NO! Akulah yang berhak menentukan bagaimana penampilanku mulai detik ini!” jawab Deandra dengan tegasnya.
Mama Daisy terlihat geram. “Jadi sekarang kamu sudah berani melawan Mama ya! Kamu lupa ya dengan kecelakaan itu, hingga Poppy masih terbaring koma!” gertak Mama Daisy, dengan kedua netranya melotot dengan sempurnanya.
“Stop Mah!” bentak Papa Ernest pada istrinya.
Mama Daisy yang masih kesal menatap suaminya. “Jangan ikut campur Pah!” balik bentak.
Papa Ernest menarik tangan Mama Daisy agar menjauh dari ranjang Deandra, dan menghindari adanya pertikaian kembali, karena dia tahu istrinya sejak dulu tidak menyukai anak angkatnya.
“Wah, sepertinya menantuku kedatangan orang tuanya,” sapa Papa Ricardo dengan ramahnya.
Mama Daisy langsung berubah sikapnya. “Eh ada Pak Ricardo, kebetulan kami baru datang,” balas sapa Mama Daisy begitu ramahnya.
Papa Ricardo sebenarnya sudah gemas ingin membongkar kejahatan Mama Daisy, namun masih dia tahan dan mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
“Perasaan kayaknya Bu Daisy habis memarahi Dea ya, kok tiba-tiba jadi ramah begini ya! Atau memang Bu Daisy sudah terbiasa berakting ya?” sindir Papa Ricardo, dengan santainya dia menjatuhkan dirinya ke atas sofa, dan menatap tajam ke arah Bu Daisy.
Mama Daisy bergeming ...
Bersambung ...
Kakak readers jangan lupa tinggalkan jejaknya ya. Makasih banyak sebelumnya 🙏🏻.
keren thor..
aq suka ma novel2 mu.....
sukses selalu thor...../Heart//Heart//Heart//Heart/