Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENASARAN
Axel menyipitkan kedua matanya melihat seorang pria dengan satu tangan dimasukkan kedalam celana panjang warna hitam, menatap kearah keluar jendela, mengamati lalu lintas yang cukup padat siang ini begitu dia membuka pintu ruang kerjanya.
“Kak Melvin...”, sapanya terkejut.
Jujur saja Axel terkejut dengan kedatangan sang kakak diruangannya karena selama bekerja diperusahaan bisa dihitung dengan jari Melvin menginjakkan kaki diruang kerjanya tersebut.
“Sudah selesai meetingnya”, ucap Melvin sambil berjalan kearah sofa ruang tamu yang ada dalam ruang kerja sang adik dan duduk manis disana.
Axel yang masih terkejut sekaligus bingung akan kedatangan sang kakak pun segera duduk didepan Melvin sambil menatapnya penuh selidik.
“Kenapa kamu menatapku seperti itu ? Apa tidak boleh aku datang mengunjungimu. Bukankah kita berada dilantai yang sama”, ucapnya sambil menyeruput kopi hitam yang ada dihadapannya dengan tenang.
Keduanya memang berada dilantai yang sama, namun jarangnya interaksi diantara keduanya yang sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat Axel tentu saja bingung akan kedatangan sang kakak yang mendadak seperti ini.
“Kita memang berada dilantai yang sama namun hubungan kita tak terlalu akrab sehingga harus saling mengunjungi seperti ini”, ucap Axel sambil berpikir keras hingga tiba-tiba satu pemikiran muncul dikepalanya.
Hanya satu alasan yang bagi Axel cukup masuk akan hingga membawa kakak keduanya itu menghampirinya hari ini.
“Kakak tidak datang kemari untuk meminta Audry pindah divisi kan?”, tanyanya sedikit cemas.
“Jika iya kenapa. Bukankah dia juga karyawan PT. HG juga dimana aku yang memiliki kuasa disini”, ujarnya penuh ketenangan.
Axel tampak menghela nafas panjang sambil melirik sang kakak yang menatapnya tajam dengan penuh keluhan “Kakak bisa menugaskan Audry kemana saja jika memang memerlukan bantuannya, tapi tidak dengan memutasinya ke divisi sekretaris”.
Ucapan Axel yang tegas membuat Melvin menautkan kedua alisnya heran “Kenapa tidak. Dengan kemampuannya itu, aku rasa divisi sekretaris akan bisa membawanya kejenjang yang lebih tinggi. Jika kamu bersikap seperti ini, justru akan menghambat karirnya”, ucap Melvin melobi.
“Banyak orang berpengalaman di divisi sekretaris sementara aku, hanya memiliki Audry yang memiliki bakat diatas rata-rata. Bukankah, dengan adanya Audry di divisi keuangan cukup meringankan beban kakak dalam menyingkirkan tikus-tikus kotor itu tanpa harus turun tangan sendiri”, ucap Axel tajam.
Melihat sanggahan yang diberikan oleh sang adik akan niat hatinya membuat Melvin terkekeh pelan.
“Kamu menyukai Audry ?”, kata yang Melvin ucapkan membuat Axel tersenyum tipis.
“Kenapa bertanya kepadaku, bukankah kakak yang seharusnya aku tanya begitu ?”, ucapnya dengan kerlingan menggoda.
Axelpun segera menghindar ketika bantal sofa melayang kearahnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Sebenarnya sedari awal dia merasa curiga kenapa tiba-tiba bu Maya menginginkan Audry pindah ke divisi sekretaris agar bisa menjadi sekretaris pribadi kakaknya tersebut.
Namun, setelah dia mendengar cerita dari pak Arman, supir pribadi sang kakak pada akhirnya diapun mulai bisa menarik benang merah atas keinginan sang kakak menarik Audry kesisinya.
Meski tak berhubungan dekat dengan sang kakak namun Axel cukup senang melihat kakaknya mulai membuka pintu hatinya kembali setelah pengkhianatan yang pernah dialaminya dimasa lalu.
“Tapi kak, Audry masih kecil dan usianya terpaut jauh dengan kakak. Apa kakak yakin ingin menjadikannya pendamping hidup kakak”, tanya Axel sedikit ragu jika hubungan keduanya akan langgeng mengingat usia keduanya yang memiliki perbedaan yang sangat jauh.
Bukan hanya masalah perbedaan usia yang jauh, kepribadian keduanya yang bertolak belakang pun menjadi alasan kenapa Axel sedikit ragu jika hubungan keduanya akan berjalan dengan mulus.
Melvin yang melihat jika ucapan sang adik sudah ngelantur jauh pun segera menipuk kepalanya dengan bantal.
“Omong kosong ! siapa juga yang ingin menjadikannya istriku !”, elak Melvin pada akhirnya karena jengah dengan tuduhan sang adik yang tak mendasar itu.
“Jadi kakak tak serius ingin menjalin hubungan dengannya”, tanya Axel mempertegas.
“Sedari tadi siapa yang mengatakan hal itu. Bukankah semua itu hanya asumsimu sendiri”, ujar Melvin telak.
Semua yang Melvin ucapkan benar adanya karena sejak tadi Axel berbicara berdasarkan asumsi dirinya dan orang lain tanpa mendengar langsung bagaimana pendapatnya.
“Jika tak tertarik dengan Audry lalu kenapa kakak kekeh memintanya menjadi sekretaris kakak hingga mendatangiku hari ini”, Axel yang penasaran terus berupaya mengorek informasi dari sang kakak dengan harapan semua yang dia pikirkan benar adanya.
“Aku tertarik dengannya sebagai professional, bukan individu seperti asumsimu. Melihat caranya melakukan presentasi yang tepat sasaran dan tak bertele-tele aku yakin dia mampu mengimbangi kinerja Toni yang selama ini selalu memback up ku”, ujarnya menjelaskan.
Meski telah mendapatkan penjelasan secara rinci dari sang kakak namun Axel tetap pada pendiriannya tak ingin melepaskan Audry sehingga Melvin pun harus berlapang dada untuk mengalah.
“Benar kata Axel, keberadaan Audry di divisi keuangan masih sangat dibutuhkan mengingat beberapa proyek aku curiga ada kecurangan didalamnya. Lagipula, sebentar lagi tower apartemen di Singapura juga akan berjalan. Sangat riskan jika proyek tersebut bermasalah mengingat Mr. Chao Liem sangat teliti dan perfect sehingga dia pasti akan langsung menyadari jika sampai ada sedikit masalah didalamnya”, batinnya bermonolog.
Setelah menghabiskan kopi hitam dicangkirnya, Melvin pun bangkit dari tempat duduknya karena sebentar lagi dia ada janji temu dengan kliennya.
“Baiklah, aku menghargai keputusanmu. Tapi ingat, jika aku memerlukan bantuan Audry, kapanpun itu maka kamu tak akan mempersulitnya”, ucapnya sarat ancaman dan hanya dibalas anggukan pelan oleh Axel.
Setelah merasa urusannya dengan sang adik telah usai, Melvin pun segera kembali keruangannya karena masih ada beberapa berkas yang harus segera dia tandatangani hari ini.
Sementara itu dikediaman Purnomo, pesta pertunangan antara Veli dan Hendra berjalan dengan lancar.
Bahkan keduanya juga menunjuk WO yang mereka pakai hari ini untuk menghandel acara pernikahan yang akan mereka laksanakan bulan depan karena sangat puas dengan hasil kinerja mereka hari ini.
Sebenarnya, Veli tak ingin ada acara pertunangan dan hanya ingin acara seserahan sehari sebelum acara akad nikah dan resepsi dilangsungkan.
Namun pihak mempelai prianya tak setuju dan ingin mengadakan acara tersebut secara terpisah sehingga terjadilah pesta pertunangan seperti sore ini.
Di sudut taman tampak seorang wanita sedang menatap Bagaskara dengan penuh minat.
Ambisinya untuk mendapatkan Bagaskara sangat besar meski semua usaha yang dilakukan hari ini terus menuai kegagalan namun dia sama sekali tak menyerah dan terus berupaya mencari peluang disetiap ada kesempatan.
Bagaskara yang menyadari gerak-gerik Ningsih berusaha untuk menghindar, bahkan mami Gladys dan Resti pun terlihat berkomplot untuk tak membiarkan wanita itu mendekati Bagaskara sedikitpun sehingga semua rencana yang telah Ningsih susun apik didalam kepalanya hancur total.
Ningsih yang merasa usahanya terus digagalkan pun merasa sangat geram namun dia tak bisa berbuat apapun karena dia ada dikediaman Purnomo, dimana seluruh keluarga besar mereka saat ini berkumpul.
Meski hatinya dongkol namun sebisa mungkin Ningsih memendamnya dalam hati dan terus menebarkan senyum lebar selama acara berlangsung.
Kesan gadis polos dan lugu serta baik hati yang selama ini telah dia bangun tak mungkin dia korbankan hanya karena ulah segelintir orang yang parahnya merupakan keluarga inti dari Bagaskara sehingga semua rencana yang telah dia susun rapi pun harus kembali dia rubah jika tak ingin usaha kerasnya selama ini menjadi sia-sia.