NovelToon NovelToon
My Crazy Girl

My Crazy Girl

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: widyaas

Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."

"Yes or yes?"

"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Kayaknya aku harus kerja, deh," gumam Ara. Gadis itu sedang duduk di ayunan yang ada dibelakang rumah nya. Matanya menatap ponselnya, mencari lowongan pekerjaan.

Bukan apa-apa, Ara hanya gabut di rumah. Meskipun Ayah serta kedua kakaknya sering mengirim uang setiap minggunya, Ara tetap saja kesepian. Rencananya ia akan mencari pekerjaan yang cara kerjanya gampang dan tidak membuatnya lelah. Itung-itung supaya Ara makin mandiri. Habis pulang sekolah ia hanya berleha-leha, terlalu monoton sekali. Ara ingin mencari suasana baru sekaligus pengamalan.

"Gila, syarat nya harus 'good looking'? Ini nyari pegawai apa nyari model sih?" gumam nya.

"Gak ada yang bener!" kesal Ara. Setelah membaca beberapa syarat lowongan pekerjaan.

Beberapa detik terdiam, Ara tiba-tiba teringat sesuatu. Buru-buru gadis itu mengambil sebuah kartu yang ia selipkan di case hp nya. Itu kartu nama milik Vilton.

"Kayaknya orang kaya. Bisa nih aku tanya lowongan kerja," ujarnya dengan sumringah.

Segera Ara menelpon nomor tersebut. Lebih cepat lebih baik, kan?

"Selamat siang, dengan Al's Company di sini. Ada yang bisa kami bantu?"

"Lah, kok suara cewek?" gumamnya sambil menatap ponsel dan kartu itu secara bergantian.

"Halo?"

Ara tersentak. "E-eh, iya halo, Mbak!"

"Ada yang bisa kami bantu?"

"Umm.. I-ini, saya mau cari Pak Vilton Alexander."

"Pak Vilton sedang berada di luar negeri. Ada keperluan apa, ya?"

Ara menghela nafas. "Umm.. Nggak jadi, deh, Mbak kalau gitu."

Terdengar suara grusak-grusuk diseberang sana. Ara tidak tau apa yang terjadi. Seperti ada orang yang sedang ngobrol.

"Mbak?" panggil Ara.

"Datangi alamat yang saya kirim. Temui saya di sana," ucap seorang pria diseberang sana.

Ara tersentak, kenapa suaranya berubah? Belum sempat ia menjawab, panggilannya sudah terputus. Tak lama, ponselnya berbunyi, tanda pesan masuk. Nomor tidak dikenal, mengirim lokasi.

Segera Ara bersiap-siap untuk menuju ke sana.

****

"Apartemen?" gumam Ara. Matanya menatap ponselnya dan gedung apartemen didepannya.

"Bodo, ah! Yang penting dapat kerjaan," ujarnya lalu segera berlari masuk kedalam.

Ting!

Ponsel Ara kembali berbunyi. Pesan masuk dari nomor tidak kenal yang tadi mengiriminya alamat.

"Lantai 20, kamar nomor 5?" gumamnya. Segera gadis itu masuk ke dalam lift dan menekan angka 20.

Ara tak henti-hentinya berdecak kagum. Gedung apartemen ternyata ada yang semewah ini. Bahkan, lift nya saja berbeda dengan lift yang biasanya ia temui.

Setelah pintu lift terbuka, Ara segera mencari kamar nomor 5.

Belum sempat menekan bel, pintu sudah terbuka otomatis dari dalam. Lagi-lagi Ara berdecak kagum. Apartemen mewah, elit, canggih pula. Kalau Ara tinggal di sana, pasti ia akan betah.

Ara memasuki kamar apartemen yang terlihat luas namun sederhana. Dinding berwarna abu-abu, lalu sofa berwarna abu-abu yang berada tak jauh dari dirinya berdiri. Tidak ada yang tertempel di dinding. Hanya ada nakas kecil dan lemari berisi benda-benda yang sepertinya kuno. Ada rak sepatu di dekat pintu, sebuah sofa panjang di depannya ada meja kaca. Hanya itu. Bersih dan nyaman. Ara sangat suka dengan tema nya.

"Permisi!" seru Ara. Ia melihat sekelilingnya yang tidak ada orang sama sekali. Pintu yang ia lewati tadi juga sudah tertutup.

Apakah Ara dijebak? Sadar akan sesuatu, Ara berlari menuju pintu masuk. Ia berusaha membuka walaupun sia-sia.

"Apa aku diculik?" gumamnya baru sadar. Merasa percuma karena pintu itu sudah terkunci.

"Arabella..." panggil seseorang dari arah belakang. Ara tersentak kaget, ia langsung berbalik badan.

Raut wajah terkejut, bingung, kagum, tidak bisa ia sembunyikan, mulutnya bahkan terbuka sedikit. Di depannya, seorang pria bertubuh tegap, memakai kemeja hitam dan celana bahan ala kantoran, terlihat berwibawa dan tegas. Ini mah tipe Ara sekali! Om-om keren idamannya!

Ara menunduk saat pria itu sudah berdiri di depannya. Gadis itu menyelipkan rambutnya kebelakang, malu-malu. Jiwa centilnya meronta-ronta. Apalagi ia bertekad untuk mendapatkan pria itu dari beberapa detik lalu.

Aroma maskulin begitu memanjakan indra penciumannya. Pria itu membuka dua kancing baju bagian atasnya, lalu dilanjutkan kancing baju bagian tangan, dan menggulungnya hingga siku. Makin ganteng! Batin Ara berteriak keras. Pipinya sudah merah merona, dadanya berdegup kencang.

"Look at me," ujar pria itu dengan suara berat. Tangan Ara makin dingin dan berkeringat. Ia mendongak untuk menatap wajah tampan berahang tegas itu. Sangat tampan. Ara sampai ingin menangis melihat ketampanan pria itu.

"Masih ingat saya?" tanyanya.

Ara mengangguk kaku. Mata bulatnya menatap mata tajam bak elang itu dengan berbinar. Tidak takut sama sekali. Hal itu membuat pria dihadapannya sedikit tersenyum miring.

"Om orang yang waktu itu dikeroyok, kan?" tanya Ara. Meskipun ia sudah tau jawabannya.

Gevan, pria itu mengangkat sebelah alisnya diiringi senyum simpul yang terukir di bibirnya. Hal itu membuat Ara ingin memekik. Ketampanan pria itu bertambah kali lipat jika tersenyum, meskipun senyuman yang sangat simpul.

Ara menggigit bibir bawahnya gemas. Rasanya ingin berteriak sekarang juga.

"Don't bite your lips. Aku jadi ingin melakukannya juga," ucap Gevan dengan suara berat yang begitu menggoda iman Ara.

"H-hah? Ya, Om gigit aja sih," ucap Ara menanggapi ucapan Gevan.

"I mean, I want to bite your lips too."

Seketika kaki Ara seakan lemas seperti jelly. Suara pria itu serta perkataannya mampu meruntuhkan iman Ara yang nyatanya hanya secuil.

"Om–"

"Jangan panggil saya dengan sebutan itu," sela Gevan.

"Hah? Terus apa?" tanya Ara, gadis itu menggaruk pipi tembam nya. Sayang, Baby atau Honey? Lanjut Ara dalam hati. Ia terkikik geli.

Gevan mengendikkan bahunya. Ia berbalik berjalan meninggalkan Ara. Tak ingin seperti anak hilang, Ara segera mengikuti Gevan.

"Jantung ku, astaga..." gumamnya sambil memegang dadanya yang berdegup kencang. Ara sangat grogi. Berulang kali Ara menarik nafas dan membuangnya perlahan.

Sebuah ruangan dengan tembok putih. Seperti ruang kerja? Entahlah, Ara juga bingung. Sepertinya iya. Ada meja dan kursi kerja di sana. Lalu ada lemari buku juga.

"Ada perlu apa?" tanya Gevan setelah ia duduk di kursi kerjanya. Menyandarkan tubuh tegapnya dengan mata yang menatap gerak-gerik Ara yang sedang menutup pintu dengan hati-hati.

Ara berdiri di depan Gevan, tepatnya di depan meja yang menghalangi mereka. Kedua tangan mungil itu saling meremas.

"Eumm.. Saya butuh pekerjaan, Om, eh, Pak!" Ara meringis seraya menepuk mulutnya.

"Pekerjaan? Ayahmu bangkrut?" tanya Gevan.

"Eh, enggak kok! Saya cuma gak ada kegiatan aja di rumah. Pengen cari pengalaman juga," jawab Ara.

Gevan mengangguk paham. Ia berdiri lalu berjalan memutari meja. Hingga berdiri di depan Ara tanpa penghalang apapun. Pinggulnya ia sandarkan di pinggiran meja dan tangannya ia tumpu pada pinggiran meja.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

Ara membelalakkan matanya. Bisa-bisanya pria itu berkata dengan tenang dan dengan wajah yang datar. Ara bahkan langsung memegang dadanya saat mendengar Gevan berkata seperti itu.

"Pak, saya mau nyari kerja, bukan nyari jodoh," ucap Ara dengan lirih. Ia masih syok.

Gevan tak memperdulikan reaksi Ara. Ia menatap datar gadis dihadapannya itu.

"Yes or yes?" ucap Gevan.

Kali ini Ara berdecak. Ia tak lagi memegang dadanya. "Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

***

1
Agustina Kusuma Dewi
seru banget kak..
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Agustina Kusuma Dewi
ijin share ya kak..
Priskha
Nike....bnr kah itu????
Priskha
pingin aq tonjok aja 3 org itu
Priskha
lhoalah ternyata selama ini Ara juga ndak tau makam bundanya dimana dasar klg yg minim akhlak
Priskha
ndak hbs pikir aq dg klg Ara, seorang CEO pastinya punya pendidikan tinggi tp cara berpikirnya dangkal spt otak udang
Azmori
Hadir kak
Sri Mahyuni
kui lah kasian sekali ara, hidup sendiri tidaj ada yg membimbingnya dlm menjalani kehidupan, untung kelakuanya baik lembut, tidaj kasar
Ufi Yani
klo d novl o.l emg boleh sebut merk y kak??
fahrisa asyifa 91
🤣
love sick
tfhuh
Niwa
ganti dong panggilan nya.. jgn saya lagi
Niwa
basiiiiiii anj
Niwa
dih salting ya Gev 😂😂😂
Niwa
mantapp 😂👍 demi Ara apapun akan dilakukan ya
Niwa
ahahha... kasian tapi ngakak
Dina Ispriyanti
Luar biasa
Ervina
anaknya laki apa perempuan... 👶, happy ending... syukaa😍🤩
Ervina
gara2 sebotol minuman ara jadi sempoyongan /Facepalm/
Ervina
kondangan kita... otw butik fitting baju kondangan 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!