seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Dylan Hopkins, adalah seorang dokter magang yang rajin, berwajah tampan dan berkharisma. ditengah kesibukannya, dia tiba-tiba mendapat telpon dari orang yang tak dikenal untuk menginformasikan bahwa
wanita yang dia pacari selama tiga tahun tiba-tiba melangsungkan pertunangan dengan pria lain.
wanita itu mengkhianatinya hanya karena dia miskin dan bukan dari keluarga kaya.
Yang lebih menyakitkan lagi, ditengah rasa sakit hati karena dikhianati sang kekasih,
Dia malah dipecat dari pekerjaannya.
namun suatu ketika, dia tiba-tiba mendapat kekuatan misterius dari cincin yang pernah dia berikan pada mantan pacarnya sebagai hadiah.
cincin tersebut merupakan cincin peninggalan yang ditinggal oleh orang tua kandungnya.
sejak saat itu kehidupan Dylan mengalami peningkatan baik ekonomi, ilmu medis, bela diri dan kekuatan super lainnya. bagaimana kisah selanjutnya nongkrong terus ya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Pecat
"Saran saya, jangan! Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri." Kata Robert sambil mencibir.
"Apakah saya berhak memecat kamu? coba pikirkan sendiri."
Robert membuka laci dan mengeluarkan dokumen lalu melemparkannya ke kaki Dylan.
Dylan membungkuk dan memungut map itu lalu membukanya. Didalam map tersebut terdapat kertas A4, yang berisikan tentang pemberitahuan pemecatan namun alasannya tidak tertera.
Setelah merenung beberapa saat, Dylan akhirnya menemukan jawaban atas pemecatan dirinya.
Denny ...
Ini pasti ulahnya! keluarga Denny salah satu dari tiga keluarga medis terbesar dikota bear white. Dengan banyaknya koneksi, pemecatan dirinya hanyalah masalah sepele bagi mereka.
Namun mereka tidak memikirkan bagaimana usaha orang lain sampai pada titik dimana seorang mahasiswa bisa magang.
Ini semua sudah terprediksi sejak Dylan menghajarnya hingga babak belur. Hanya saja pembalasannya akan datang secepat ini.
Tentu saja ada kaitannya dengan Dylan yang terlalu banyak menguras tenaga dan mentalnya semalam.
Serta konsumsi makanan pagi ini terlalu memakan waktu. jadi dia tidak punya waktu untuk mengantisipasi masalah ini sejak awal.
Diapun sudah paham alasannya. "Lepaskan jas lab mu kalau begitu!" Robert memainkan ponselnya dengan asal tanpa menengok kearah Dylan.
Lalu berkata dengan jijik, "Menjauh lah dariku dimasa depan. Jangan pernah memberitahu siapapun kalau kamu pernah menjadi muridku. saya tidak perna memiliki murid sepertimu!"
Oke ...
Setelah diam sejenak, Dylan menarik nafas dalam-dalam lalu membuka jas labnya dan membuangnya ketempat sampah. dia kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
Pergilah ke neraka! lelaki tua itu mengutuknya dalam hati.
Adapun Dylan dipecat itu memang masalah baginya. namun, yang membuatnya sakit hati adalah, Dia tidak pernah mendapatkan insentif sama sekali. Ini sangat menyedihkan. didunia ini yang berkuasa lah yang punya aturan.
Kalau dulu, Dylan mungkin masih akan pergi kekantor dekan untuk memohon belas kasih. karena hanya itulah cara satu-satunya. Namun sekarang, apa itu masih diperlukan?
Persetan ...
Dengan dibekali penglihatan tembus pandang, ilmu medis dan seni beladiri dia bisa mengguncang dunia dengan kemampuannya sendiri.
Ijazah dan pengalaman medis hanyalah omong kosong baginya sekarang ini.
Mungkin sebelumnya dia sangat membutuhkan ijazah dan dokumen serta perlengkapan lainnya, namun sekarang itu semua hanya lelucon baginya.
Oleh karena itu, rumah sakit menginginkan tenaganya atau tidak, bodoh amat.
Saat keluar dari pintu, dia mendapati sekelompok dokter sedang mendiskusikan sesuatu. ditengah kerumunan ada juga kepala rumah sakit 'Petra Andersson'
Saat Dylan hendak bertanya-tanya, sebuah Porsche merah memasuki area parkir.
Pintu mobil dibuka, Erika stone keluar dengan mengenakan gaun putih dan membawa tas LV edisi terbatas. wajahnya terlihat sangat segar.
Melihat siluman wanita itu, Dylan terkejut sekaligus lega. Mereka berdua berasal dari universitas yang sama dan dia setahun lebih tua dari Dylan.
Kebetulan Erika juga akan magang tahun ini. dengan memiliki hubungan dengan Denny, mudah baginya untuk masuk dirumah sakit ini.
Baru saja Erika keluar dari mobil, sekelompok dokter mengelilinginya
"Erika kenapa kamu pagi sekali datang kerumah sakit? Ini saja belum jam sembilan." Petra menyambutnya dengan hangat.
"Lain kali, kamu tidak perlu datang sepagi ini. Rumah sakit sudah berdiskusi khusus untuk menjadikanmu staf tetap. kupikir informasinya akan segera dikirim ke kampusmu."
"Anda pasti dokter Petra Anderson, kan?" Erika memberi senyuman khasnya.
"Sudah lama saya mendengar tentang anda, saya pasti membutuhkan bimbingan anda dimasa depan!"
"Hay Erika, saya Jay asisten anda."
...
Asisten Yang lainnya juga memperkenalkan diri satu persatu. Erika sendiri sebenarnya punya tujuh asisten.
Erika segera menyapa dan menyalami dokter itu satu persatu. Meski mereka tidak terlalu tua, namun mereka semua adalah veteran dirumah sakit ini.
Dengan adanya orang-orang seperti ini sebagai asisten, sama halnya Erika hanya perlu menunggu slip gajinya keluar tanpa melakukan apapun.
Dia seperti melangka diatas awan. Berkat Denny, dia tidak perlu repot-repot melakukan apapun.
"Erika, aku sudah memerintahkan Robert untuk memecat Dylan, Kalau ada yang kamu butuhkan, katakan langsung padaku!" kata Petra dengan senyuman menyanjung
"Mengenai tuan Denny, aku berharap kamu bisa menyampaikan permintaan kami mengenai parkiran rumah sakit yang sudah tidak layak. Sudah saatnya untuk diperbaiki."
"Dan ada beberapa peralatan medis kami sudah tua dan tidak layak pake lagi diera modern ini. Mohon untuk mengantikan dengan yang baru."
"Iya aku mengerti!"
"Serahkan saja padaku, aku akan menyampaikan ini pada suamiku!" kata Erika sambil tersenyum cerah.
"Ngomong-ngomong, nona stone, kami semua sudah mendengar semua kejadian kemarin."
"Berani sekali Dylan membuat masalah dengan tuan Denny dan anda." sanjung Jay sang asisten.
"Dia itu sebenarnya sedang menghina dirinya sendiri!"
"Aku juga mendengar dia berkata bahwa, seseorang tidak boleh menghina pemuda miskin. Dia seperti lelucon," kata asisten yang lainnya.
"Tuan Denny itu orangnya tenang dan banyak pertimbangan!"
"Tapi jika dia berani sok keren didepanku, bisa dipastikan. Akan ku buat dia menyesali karena sudah terlahir didunia ini."
Berbagai macam sanjungan dari para dokter itu untuk Erika. Erika makin tersenyum bangga.
Dia tidak salah membuat keputusan dengan meninggalkan Dylan dan pergi bersama Denny. "Nona stone jangan menganggapnya serius!"
"Kalian sedang membicarakan Saya bodoh kan?" begitu Jay menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara dingin dari belakang.
Dylan yang baru datang dari kejauhan tersenyum lebar.
Saat Jay melihat Dylan, dia tanpa sadar menjawabnya, "Terus kenapa? Aku Kan hanya bicara fakta!"
"Jangan sok keren dihadapanku bocah bodoh." kata asisten erika
Dylan hanya tersenyum main-main. Jay masih belum menyadari kalau ada yang tidak beres.
Saat dia mau melanjutkan kalimatnya, dokter Petra mengerutkan kening lalu berkata,
"Dylan kenapa kamu masih disini? Bukan kah kamu sudah dipecat? Apakah Robert tidak memberitahumu?"
"Ini adalah rumah sakit, bukan tempat bagi murid magang yang sudah dipecat untuk berkeliaran!"
"Aku peringatkan kamu, segera tinggalkan rumah sakit ini sebelum saya memanggil petugas keamanan untuk menyeret kamu keluar dari rumah sakit ini."
Suara Petra sangat dingin saat melihat Dylan, dia sangat kesal karena tadi malam saat dia sedang tidur, Denny menelponnya dan langsung memarahinya habis-habisan.
Denny mengancam akan menarik kembali investasi mereka dari rumah sakit.
Pria menjijikan ini menghajar Denny hingga nyaris menimbulkan masalah besar bagi rumah sakit.
"Petra sebenarnya kamu punya masalah apa sih? Inikan bukan tempat pribadimu, kenapa aku tidak boleh disini?" kata Dylan.
Dylan sudah diusir dari rumah sakit ini, tentu saja dia terlihat sedih. "Hey kamu tidak mau ku pukul kan?" Kata Dylan
Didepan rumah sakit banyak orang yang menatap mereka dengan tatapan aneh.
meski Petra tidak menyukai ini, dia menahan diri dan tidak lagi banyak bicara didepan banyak orang.
Apa lagi pemecatan Dylan sama sekali tidak masuk akal, kalau sampai Dylan membongkar ini didepan umum, reputasinya dan rumah sakit ini akan hancur.
"Pengecut ..."
Dylan mengacungkan jari tengahnya pada Petra. Dylan tidak mau membuang waktunya disini, diapun berbalik dan pergi. Sedangkan Erik, dia sama sekali tidak peduli dengannya.
masa orang berpendidikan pola pikirnya dangkal..
jadi orang tua ko dibikin tolol otaknya