Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkan sifat yang berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
POV AYAH
Hari itu Puteri sedang shift pagi, diantar oleh ayah ketempat kerja karena kebetulan ayah sedang libur, setelah sebelumnya mengantarkan adiknya Puteri terlebih dulu ke sekolah.
"Teh nanti ayah jemput seperti biasa ya!, hari ini kamu gak lembur kan??", tanya ayahku.
" Enggak yah hari ini gak lembur jadi pulang seperti biasa" , Jawabku.
"Yasudah kalo begitu sana kamu masuk ayah langsung pulang ya!", lanjut ayahku sambil menyodorkan tangan kanannya padaku.
" Iya yah, ayah hati-hati". Sambil mengecup puncak tangan ayahku ku ucapkan salam lalu masuk menuju tempat kerjaku itu.
Ayah sudah sampai rumah kemudian duduk didepan tv ditemani mamah, mereka mengobrol sambil menatap televisi.
"Yah, ayah gak ngantuk kan baru pulang kerja.. langsung antar aa dan teteh, ayah kenapa dari kemarin ibu lihat seperti sedang ada masalah??", tanya mamahku kepada ayah.
" Iya bu, gara-gara kejadian malam itu ayah membuat kesalahan yang mungkin hampir menjadi fatal", jawab ayahku lirih.
"Loh ada apa yah?? cerita sama ibu jangan dipendam sendiri!", bujuk mamahku kemudian.
Huuuuft sambil membuang nafas panjang ayah pun bercerita kepada mamah.
Malam itu ayah sedang kedatangan muat barang, dan tugas ayah adalah mengecek barang bawaan sesuai dengan surat jalan yang dilampirkan, jumlah barang yang dibawa supir pabrik kala itu sangat banyak dan ayah beserta temannya hampir keteteran dengan pekerjaan itu, lalu kemudian tiba-tiba telponnya berdering.
"Ayah, teteh masih ditempat kerja, Rahman belum datang jemput, disini udah mulai sepi teteh takut yah,hiks hiks hiks", isak Puteri kala menelpon ayahnya.
Dengan perasaan panik sang ayah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya pun mencoba menenangkannya putrinya, " Teh coba teteh liat dulu angkot terakhir masih ada atau engga? kebetulan ayah sekarang lagi sibuk, nanti ayah hubungi lagi!!", kemudian ayah menutup telponnya.
Hatinya begitu gusar memikirkan putrinya disana, fokus ayah pada pekerjaannya pun hampir ambyar karena terusik dengan telpon putrinya lagi.
"Alhamdulillah yah masih ada satu angkot, tapi disini gelap dan sepi gak ada penumpang lainnya", suara Puteri gemetar saat bercerita kepada ayahnya.
Ayah langsung seketika menghentikan pekerjaannya ia segera memfokuskan dirinya pada sang putri. "Teh, teteh duduk didepan aja dekat supir, ayah akan izin dulu untuk jemput teteh, nanti teteh turun didepan gang saja, biar ayah yang antar teteh sampai rumah".
Setelah mematikan telpon ayah segera beranjak meminta izin kepada atasannya, awalnya atasannya tidak memberi izin mengingat sedang ada muat barang datang sehingga kekurangan orang... tapi kemudian ayahku mengotot karena baginya tidak ada yang lebih penting dari putrinya itu sekalipun harus berargument dengan atasannya.. Bagi ayah, Puteri bukan hanya anak perempuan saja, melainkan anak kesayangan yang harus ia jaga, jangankan Puteri, Krisna saja sebagai anak laki-laki begitu ayah jaga sebaik-baiknya.
TOK TOK TOK.. ayah mengetuk ruangan atasan dan setelah dipersilahkan masuk, ayah segera menyampaikan niatnya datang ke ruangan itu.. "Selamat malam pak, saya mau minta izin sebentar untuk menjemput anak saya, ini bisa dibilang keadaan urgent pak.. mohon izin bapak agar saya bisa segera menjemput dan bisa sesegera mungkin kembali kesini untuk melanjutkan pekerjaan saya", terang ayahku kepada atasannya.
Atasannya hanya mengerutkan dahi kemudian berkata,"Saya tidak bisa izinkan pak Nura, bapak kan tahu disini sedang kurang orang ditambah lagi sedang ada muat barang, kalian berdua saja masih keteteran, apalagi sekarang bapak mau izin keluar, TIDAK BISA.. SAYA TIDAK IZINKAN!!", tegas atasan ayahku.
" Saya mohon maaf pak, tapi saya harus segera pergi menjemput anak saya, sekalipun tidak anda izinkan, sekalipun bila saya ngotot pergi dari sini saya harus rela kehilangan pekerjaan saya, tapi saya lebih tidak rela jika terjadi sesuatu pada anak-anak saya. PERMISI", ucap ayahku sambil berlalu.
Ayah segera meninggalkan tempat kerjanya, kala itu waktu yang ayah tempuh kurang lebih hanya 30 menit, dikarenakan jalanan yang kosong dan juga ayah mengendarai motornya dengan ngebut, sepanjang perjalanan ayah begitu khawatir takut hal buruk terjadi pada putrinya itu..
Akhirnya ayah pun sampai di gang yang sudah ditentukan, dari kejauhan ayah sudah melihat putri kesayangannya itu menunggu dengan cemas, karena didaerah sana terkenal banyak sekali pemabuk yang suka lalu lalang sekalipun terletak dipinggir jalan, tetapi bila sudah larut malam maka akan sangat terasa sepi, para pedagang kaki lima pun banyak yang sudah menutup dagangannya.
Ayah dan Puteri sampai dirumah, ayah tidak masuk lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat kerjanya. Setelah tiba ditempat kerja ayah kembali bertemu dengan komandan nya dan dimarahi habis-habisan.
Ayah tau konsekuensinya ia pasti dimarahi dan fatalnya harus kehilangan pekerjaan, tapi ayah tidak peduli baginya anak-anak adalah prioritasnya, apalagi Puteri adalah seorang gadis ia akan lebih khawatir padanya.
"Lihat akibat kelalaian pak Nura meninggalkan tanggung jawab pekerjaannya begitu saja kita mendapat masalah, surat jalan nya hilang,dan bagaimana kita bisa memproses ini" , Tegur atasan kepada ayah.
Memang benar tadi surat jalan itu ayah yang memegangnya, sampai kemudian fokusnya hilang menyebabkan ayah lalai dengan surat jalan itu, sudah dicari kemana-mana tetep tidak ketemu. Singkat cerita ayah memang tidak dipecat dari pekerjaannya tetapi beliau hanya mendapat SP 1 dari tempat kerjanya itu.
" Bu, tolong jangan ceritakan hal ini pada teteh, dia baru saja putus dan patah hati, jangan sampai masalah ini menjadi pikirannya lagi, biarkan dia fokus dengan pekerjaannya sekarang", tegas ayahku.
Mamah yang sedari tadi sudah mulai sewot mendengar cerita ayah langsung bungkam kala ayah mewanti-wanti hal itu.
Mamah memang kesal pada Puteri dan Rahman,Puteri menjadi buta sejak berpacaran dengan pria itu, bahkan dia sampai melupakan keluarganya hanya demi pria yg tidak tahu diri seperti Rahman.
Sebenarnya orang tua Puteri sudah tau siapa Rahman dan bagaimana hubungannya dengan Puteri, ya Wulan yang diinterogasi oleh ayah melalui telpon, ditanyai habis-habisan mengenai siapa Rahman dan apa saja yang sudah Puteri ceritakan tentangnya pada Wulan.
Wulan yang awalnya tidak ingin cerita mau tidak mau pun akhirnya luluh dan menceritakan semuanya, karena Wulan tau, begitu sayang Ayah kepada Puteri dan perlakuan beliau selama ini kepada Puteri adalah bukti nyata seorang ayah kepada anak gadisnya..Wulan yang tidak pernah merasakan kasih sayang seperti itu dari ayahnya merasa terharu melihat perlakuan ayah terhadap putrinya itu.. Terlebih ayah pun memperlakukan Wulan beserta teman-temannya Puteri yang lain seperti putrinya sendiri,makanya mereka tidak pernah ragu bahkan sampai memanggil Ayah juga kepada ayahnya Puteri.
Bukan berarti Wulan tidak pernah menasehati Puteri, hanya saja Puteri yang sedang bucin tidak terlalu menganggap nasehat seniornya itu, jangankan Wulan, orang tuanya saja sekarang ia abaikan.
Hari menjelang siang ayah segera bangkit dari tempat duduknya bersiap menjemput putra kesayangannya yaitu adikku dari sekolah SMPnya.. Dimata ayah kami masih seperti anak kecil,selalu diantar jemput,bahkan lebih dekat anak-anaknya pada ayah dibandingkan mamah..
Sesibuk apapun ayah, selelah apapun ia bekerja, beliau selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Ayah tidak pernah bosan mendengar cerita kami, keluh kesah kami, ayah selalu membantu kami mengerjakan PR.
Apa yang kami tidak tahu selalu kami tanyakan pada beliau dan hebatnya beliau selalu saja punya jawaban dari setiap pertanyaan kami.. Mau sesulit apapun itu beliau pasti bisa menjawabnya..
Hal yang paling ayah suka adalah memancing, biasanya bila waktu libur nya bersamaan dengan waktu libur adikku ayah selalu pergi mengajaknya memancing atau jika memang dirasa suasana hatinya sedang tidak terlalu baik ayah akan merefreshnya dengan memancing, baginya memancing seperti obat untuk menghilangkan kejenuhannya.
Pukul 4 sore, ayah bersiap mengendarai kendaraannya untuk menjemput Puteri, dan seperti biasa, sebelum Puteri pulang ayah sudah standby menunggunya dipintu belakang Mall tempat biasa orang-orang menjemput.
Malam pun tiba, bisa dibilang hari ini ayah belum tidur seharian selepas shift malam kemarin. Setelah beres makan malam kamipun beristirahat karena waktu sudah menunjukan pukul 9 malam.