NovelToon NovelToon
Warrior Odyssey

Warrior Odyssey

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Epik Petualangan / Fantasi Isekai / Game
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tio Charisma

Vincent, seorang mantan tentara yang kehilangan salah satu kakinya dalam kecelakaan tragis, tersesat di dunia fantasi setelah terjebak dalam karakter video game favoritnya yang memiliki tubuh biomekanik.

Terpaksa menghadapi makhluk mitos dan tantangan baru, dia menggunakan keahlian tempur dan strateginya untuk bertahan hidup. Dengan bantuan teknologi biomekanik, Vincent mengumpulkan informasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman di dunia ini, sambil menemukan makna baru dalam hidupnya dan menghadapi tantangan dengan tekad yang kuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tio Charisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sheltering Hope

Celine, seorang gadis felarian, ras demihuman yang memiliki hubungan erat dengan kucing, merasa ketakutan yang mendalam saat terperangkap dalam kengerian yang tak terbayangkan. Sinar matahari yang perlahan merayap di ufuk timur tidak memberikan kehangatan atau keceriaan baginya, melainkan hanya mengingatkannya pada kengerian yang melanda.

Dia merasa tubuhnya gemetar saat melihat para pemburu budak mengelilinginya dengan kejam. Tangan-tangan kasar meraihnya dengan kekerasan, menyeretnya dari kandang besi yang menjadi penjara sementara baginya. Dia merasakan rasa sakit yang menusuk-nusuk saat kulitnya tersentuh oleh tangan-tangan yang kasar dan kasar itu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah rasa hina dan malu yang membakar di dalam dirinya.

Di tengah hutan yang rimbun, Celine dipaksa untuk menel*njangi dirinya sendiri di depan para pemburu budak yang kejam. Dia merasa tercabik-cabik oleh rasa malu dan hina, ditel*njangi dan dihina di depan orang-orang yang hanya melihatnya sebagai barang dagangan. Dia merasa kehilangan harga diri dan martabatnya saat tubuhnya diekspos di bawah sinar matahari yang menyilaukan.

Air mata mengalir di pipinya saat dia mencoba menahan rasa sakit dan malu yang membanjiri dirinya. Hatinya hancur oleh pengkhianatan manusia terhadap sesama makhluk hidup, oleh kebrutalan yang tak berperikemanusiaan. Dia berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkannya dari kengerian ini, seseorang yang bisa memberinya harapan dan perlindungan.

Namun, di tengah keputusasaan yang melanda, Celine tetap tegar. Meskipun terpisah dari kekuatan dan perlindungan yang bisa dia harapkan, dia tidak kehilangan tekadnya untuk bertahan. Dengan hati yang penuh dengan ketakutan namun juga keberanian, dia bersumpah untuk tetap bertahan dan menunggu kesempatan untuk melarikan diri.

Dalam kegelapan yang menyelimuti pikirannya, Celine berdoa agar ada cahaya yang menuntunnya keluar dari kengerian ini, agar ada harapan yang memimpinnya ke arah kebebasan. Meskipun dia belum tahu apa yang menunggunya di depan, dia bersumpah untuk tidak menyerah, untuk terus melangkah maju meskipun dihadapkan pada kesulitan yang tak terbayangkan.

Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Celine bersiap untuk menghadapi semua rintangan yang mungkin datang, untuk melawan kejahatan dan kebrutalan dengan kekuatan dan keberanian yang ada padanya. Meskipun dia tahu bahwa perjalanan akan sulit dan penuh dengan bahaya, dia yakin bahwa dia tidak sendirian, bahwa di suatu tempat di dunia ini, ada orang-orang yang peduli dan siap membantunya.

Kemudian, sebuah keajaiban terjadi.

Dalam keadaan yang rapuh dan penuh dengan trauma, Celine merasa hancur dan tak berdaya. Hatinya berdebar kencang saat melihat pemburu budak yang sedang menikmati tubuhnya tiba-tiba jatuh dan mati dengan lubang di kepalanya. Meskipun penuh dengan ketakutan dan kelelahan, dia masih memandang dengan takjub ke arah asal tembakan itu, mencari sedikit harapan di tengah kengerian yang melanda.

Namun, tubuhnya yang rapuh dan pikirannya yang terluka membuatnya tidak mampu untuk mendekati pria tegap yang berdiri di sana. Meskipun ingin menyelamatkan dirinya sendiri, Celine merasa terlalu lemah dan terluka untuk bertindak.

Sementara dia mencoba mengatasi rasa takut dan kelelahannya, pria itu tiba-tiba bergerak cepat, meluncur di antara pepohonan dengan lincahnya. Dalam sekejap, dia mulai melakukan tarian kematian dengan dua buah senjata aneh miliknya, menyelesaikan setiap gerakannya dengan kecepatan dan ketepatan yang memukau.

Dalam kegelapan yang menyelimutinya, Celine merasa terpaku di tempatnya, menyaksikan pertunjukan keberanian dan ketepatan pria itu dengan takjub. Meskipun tidak bisa mendekatinya, melihatnya bertindak dengan keberanian memberinya sedikit harapan.

Namun, meskipun ada sedikit lega karena tahu bahwa dia tidak sendirian, Celine masih merasa terombang-ambing di tengah kegelapan yang menghantuinya. Dengan hati yang penuh dengan rasa sakit dan ketidakpastian, dia merasa tidak mampu untuk melanjutkan perjalanan yang mungkin akan menjadi petualangan terbesarnya.

Dalam keputusasaan yang menyelimutinya, Celine membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan dan kelelahan. Dia merasa terlalu hancur untuk melanjutkan, dan dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, dia akan menemukan kekuatan dan keberanian untuk bangkit kembali.

.......

...***...

.......

Setelah para pemburu budak yang tersisa melarikan diri, Vincent merasa sedikit lega, meskipun ia tahu bahwa tugasnya belum berakhir.

Dengan langkah hati-hati, ia mendekati gadis dengan telinga dan ekor kucing yang terbaring di depan kandang yang terbungkus kain. Tubuh gadis itu berselimut cairan lengket yang ditinggalkan oleh para pemburu budak yang memperk*sanya. Dalam keadaan terluka dan ketakutan, gadis itu meringkuk seperti janin, air mata mengalir tanpa henti dari matanya yang lelah.

Vincent merasa sesak melihat keadaan gadis tersebut. Dengan hati penuh belas kasihan, ia berjongkok di sampingnya, mencoba memberikan sedikit kehangatan dan kenyamanan.

"Dengar, aku tidak akan menyakiti kamu," ucap Vincent dengan suara lembut, mencoba menenangkan gadis itu. "Aku di sini untuk membantu kamu. Siapa namamu?"

Gadis itu mengangkat wajahnya yang penuh dengan air mata, matanya memandang Vincent dengan campuran ketakutan dan harapan. "A-aku... Aku Celine," gumamnya dengan gemetar.

Vincent merasakan getaran kebingungan dan ketidakpercayaan di balik kata-kata gadis itu. Dia tahu bahwa Celine pasti telah menderita begitu banyak di tangan para pemburu budak.

"Dengar, Celine," kata Vincent dengan tegas, mencoba memperoleh perhatiannya. "Kita harus segera meninggalkan tempat ini. Aku akan membawa kamu ke tempat yang aman."

Celine menatap Vincent dengan mata yang penuh dengan ketidakpercayaan, tetapi juga rasa harapan yang tersembunyi di baliknya. Dia ragu, tetapi pada saat yang sama, dia merasa bahwa dia tidak memiliki pilihan lain.

Vincent memberikan jaketnya kepada Celine untuk menutupi tubuhnya yang terpapar dingin, lalu membantunya berdiri dengan lembut.

Sementara itu, Elion membuka kain yang menutupi kandang. Bertapa terkejutnya dia dengan apa yang dia temukan. Dalam kandang itu terdapat banyak gadis dan wanita demihuman dari berbagai ras, beberapa di antaranya adalah elf.

Elion menatap dengan terkejut ke arah Vincent. "Vincent, kita tidak bisa meninggalkan mereka di sini," katanya dengan suara gemetar, matanya dipenuhi dengan kebingungan dan kemarahan.

Vincent mengangguk setuju, ekspresinya penuh dengan keputusasaan. "Kamu benar. Kita akan membawa mereka ke tempat yang aman," jawabnya dengan tegas.

Mereka berdua bergegas untuk membantu gadis-gadis demihuman tersebut keluar dari kandang yang gelap dan suram. Dengan cermat, mereka memeriksa keadaan mereka dan memberikan pertolongan yang diperlukan, memastikan bahwa tidak ada yang terluka parah.

"Aku yakin Kerajaan Veridian Alliance akan memberikan perlindungan kepada mereka," ucap Elion, mencoba memberikan sedikit harapan kepada mereka.

Vincent mengangguk, "Untuk saat ini, lebih baik kita akan membangun perkemahan terlebih dahulu. Bergerak melintasi hutan dengan kondisi mereka yang seperti ini adalah resep bencana."

Elion menarik napas dalam-dalam, merenungkan kata-kata Vincent dengan serius. Setelah beberapa saat berpikir, dia akhirnya mengangguk setuju. "Kamu benar," katanya akhirnya, suaranya penuh pertimbangan. "Kita harus memastikan keamanan dan kenyamanan terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh. Aku akan segera mempersiapkan perkemahan kita di sini. Mari kita bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini satu demi satu." Dengan tekad yang kuat, Elion memimpin langkah mereka menuju tempat yang cocok untuk mendirikan perkemahan.

.......

...***...

.......

Sementara Vincent, Elion, dan Elysia mempersiapkan perkemahan, Celine tetap berada di dekat api unggun, masih terguncang oleh pengalaman mengerikan yang baru saja dialaminya. Dengan hati yang berat, dia meraih jaket yang diberikan oleh Vincent, menggunakannya untuk melindungi dirinya dari dingin yang menusuk tulang.

Dia duduk di dekat api, membiarkan kehangatan menyelimuti tubuhnya yang gemetar. Mata Celine terus memandang kosong ke arah jauh, pikirannya terombang-ambing antara rasa takut dan harapan yang rapuh.

Vincent menyadari keadaan Celine yang rapuh, dan dia berdiri di sampingnya dengan penuh empati. "Celine, jangan khawatir. Kamu aman sekarang," kata Vincent dengan suara lembut, mencoba menenangkan gadis itu.

Celine menoleh ke arah Vincent, matanya penuh dengan rasa terima kasih namun juga ketidakpastian yang mendalam. Dia tahu bahwa masih ada banyak rintangan yang harus mereka hadapi, tetapi dengan bantuan Vincent dan teman-temannya, dia merasa sedikit lebih aman.

Vincent duduk di sebelah Celine, menyediakan bahunya sebagai sandaran. Mereka berdua duduk di bawah cahaya api unggun, saling mendukung satu sama lain di tengah kegelapan malam yang menyelimuti mereka.

1
Sampah Satu
semangaat
Tio Charisma: Makasih dukungannya! /Smile/
total 1 replies
Sampah Satu
lanjutkan
Sampah Satu
good
Sampah Satu
bagus
Tio Charisma
/Smile/
HIAT
jangan lupa mampir kembali ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!