Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13. AMP
Ke esokan harinya setelah Merry sampai di perusahaan Dewa tengah duduk di ruang tunggu seraya menunggu Dewa sampai. Bawahan rok pendek di atas lutut di padukan dengan kemeja putih di balut dengan outer pink membuatnya tampak mempesona, bahkan setiap karyawan Dewa yang melintasinya terpana akan keanggunan Merry. Rambut panjang berwarna coklat terang di curly serta riasan tipis di wajahnya membuatnya tampak terlihat lebih segar. Ditangannya membawa amplop berwarna coklat berisi surat lamaran.
Merry selalu melihat waktu pada jam tangannya di pergelangan tangan kanannya. Dia sebenarnya merasa gugup di saat menunggu Dewa lantaran ini untuk pertama kalinya bekerja di perusahaan besar. Bola matanya juga sesekali mengamati sekelilingnya melihat karyawan dan karyawati yang lain di saat sedang bekerja sesuai dengan jobdesk.
"Sudah jam sebelas, tapi Dewa belum juga datang," ucapnya pelan.
Merry merasa panik karena Dewa belum juga sampai kantor padahal janjinya jam sepuluh harus sampai kantor. Dan untuk menghindari keterlambatan Merry dengan sengaja sampai lebih awal sekitar pukul setengah sepuluh pagi.
"Apa Gue telepon Gema, bertanya apakah Dewa sudah berangkat ke kantor apa belum," tambahnya seraya menatap layar ponselnya. "Tetapi kan ngga enak. Udahlah Gue tunggu saja." Merry mengurungkan niatnya lantaran merasa tidak hati pada sahabatnya.
Setengah jam kemudian seorang pria memakai jas berwarna biru tua dengan dasi motif garis-garis tengah berjalan memasuki lobi. Kaca mata yang bertanggar di atas hidungnya dengan membawa tas kulit membuat jalannya terlihat lebih berkharisma. Dewa pesonanya memang memang sangat membuat setiap kaum hawa merasa tertantang untuk mendekatinya. Akan tetapi, sikap dinginnya pada setiap wanita selain yang di cintainya membuat wanita yang berusaha mendekatinya mundur perlahan.
"Merry, apakah sudah lama menunggu?" tanya Dewa.
"Tidak lama kok."
"Ikut aku ke ruanganku," kata Dewa.
Merry mengikuti Dewa dari belakang. Ia menatap punggung Dewa yang lebar nan tegap. Body atletis itu sangat menarik di pandang mata.
"Gema sangat beruntung mendapatkan Dewa. Dewa tampan dan kaya siapa sih yang ngga mau menjadi istrinya," batin Merry. "Tapi Dewa kan sikapnya dingin dan sombong, hanya Gema yang bisa menaklukkan pria macam dia," tambahnya berkata dalam hati.
Setelah sampai di depan ruangan. Dewa mempersilahkan Merry masuk ke dalam ruangannya.
"Duduklah Merry," ucap Dewa sembari duduk di kursi kebesarannya.
"Terima kasih," Merry menjawab dengan lembut.
"Mana surat lamaran kamu."
"Ini Dewa. Oh ... maaf Pak Dewa," sahutnya seraya menyodorkan amplop berwarna coklat miliknya.
Dewa memeriksa setiap lembar berkasnya Merry. Gadis itu tampak cemas jika nilai IPK nya dan keahliannya tidak sesuai dengan yang di harapkan Dewa. Dewa terlihat tenang membacanya.
"Oke Merry, kamu aku tempatkan sebagai asistenku saja, gimana? Kebetulan aku butuh orang yang bisa mengatur dan menjalankan tugas-tugas administratif," ucap Dewa seraya meletakkan CV nya Merry.
Netra Merry seketika berbinar bahagia. Dia tidak menyangka akan di posisikan sebagai asisten. "Ba- baik Pak Dewa. Saya akan bekerja dengan sebaik mungkin dan tidak akan mengecekan Pak Dewa juga Gema," balasnya cepat lantaran terlalu bahagia.
"Kamu bisa mulai bekerja hari ini dan ruanganmu ada di depan ruanganku."
Ya, ruangan Merry tepat di depan pintu masuk ruangan kerja Dewa. Dewa mengatur dengan cermat karena asistennya berkaitan langsung dengan dia jadi membuat ruangan yang jaraknya sangat dekat dengannya.
"Baik Pak Dewa."
Merry beranjak dari tempat duduknya kemudian keluar dari ruangan kerja Dewa. Dia memegang kursinya dengan tersenyum tipis lalu menatap pintu kayu berukir warna coklat yang menjulang tinggi di depannya. Di mana di dalamnya ada atasannya yang gagah perkasa. Merry duduk seraya kaki kanannya menyilang ke atas kaki kirinya. Ia lalu mengoperasikan komputernya dan mulai bekerja.
***
Gema menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore dan Dewa sudah berada di rumah. Seperti biasanya suami yang satu ini tidak mau melewatkan jam makan malam bersama istri tercintanya. Dewa ngga mau makan jika tidak masakannya Gema. Jikalau harus makan di luar itu dengan terpaksa jika tidak di temani oleh Gema.
Pria itu lebih suka masakan Gema, karena memang Gema pandai memasak dan juga pandai berhias diri agar Dewa tidak merasa bosan melihat istrinya. Ya, meskipun keseharian Gema di rumah saja sebagai Ibu rumah tangga itu tidak membuat Gema malas berdandan dan juga menjaga kecantikannya agar sedap di pandang.
Gema masih berkutat di dapur di bantu oleh Bik Sumi, sedangkan Dewa melanjutkan pekerjaannya kembali di ruang santai sembari menunggu masakan istrinya selesai.
Aroma wangi dari dapur menyusup masuk ke dalam lubang hidungnya Dewa. Ia menghirupnya seraya menarik nafas pelan. "Sayang wangi sekali, sudah selesai belum?" teriak Dewa.
"Sebentar lagi Mas," sahut Gema dari dapur.
Tidak sabar menunggu Dewa kemudian meninggalkan pekerjaannya menuju dapur. Dia benar-benar sudah lapar lantaran sudah jam delapan malam. Ia langsung duduk di meja makan seraya menatap istrinya.
Setelah Gema selesai memasak. Dia menyajikan semua makanannya di atas meja dan menatanya dengan rapi. Gema mengambilkan nasi di tambah dengan lauk pauk juga sayuran ke dalam piring kemudian meletakkannya di depan Dewa. Ia juga membuatkan jus buah naga kesukaan suaminya.
"Di makan Mas," ucap Gema.
"Iya Sayang."
Dewa memakan masakan Gema dengan sangat lahap. Di tengah lahapnya tiba-tiba dering ponselnya berbunyi.
"Mas, ponselnya berdering mungkin ada pesan masuk," ucap Gema.
"Sayang tolong ambilkan dan bacakan dari siapa," pinta Dewa.
Gema sejak awal menikah dengan Dewa tidak berani membuka atau mengecek ponsel Dewa tanpa persetujuan lebih dulu dari Dewa. Dia berfikir kalau suaminya juga butuh privasi dan Gema juga menaruh kepercayaan kalau Dewa tidak akan mengkhianatinya. Meskipun dia tahu, kalau suaminya adalah tempat incaran para kaum wanita-wanita.
Gema beranjak dari tempat duduknya. Dia lalu melangkahkan kaki menuju ruang santai. Mengambil ponsel Dewa setelah kemudian membacanya di depan suaminya.
"Mas dari Merry katanya besok jam sebelas ada janji ketemu klien dan ada berkas yang harus di tanda tangani sesegera mungkin," jelas Gema.
"Jawab saja Oke," sahut Dewa seraya masih sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Gema pun menjawab pesan Merry sesuai dengan perintah suaminya. Ponsel Dewa memang tidak terkunci agar Gema leluasa memeriksanya, tetapi ternyata sampai detik sekarang Gema tidak pernah menyentuhnya.
"Sayang sudah minum vitamin buat dedek?" tanya Dewa.
"Sudah Mas," jawab Gema sembari menganggukkan kepalanya.
Sembari memegang perut istrinya Dewa berucap. "Anak Papa, jangan nakal ya di dalam perut Mama."
Gema pun tersenyum manis seraya menundukkan pandangannya menatap suaminya seraya membelai lembut kepala Dewa.
Sementara di tempat yang berbeda. Merry masih sibuk menatap isi lemarinya. Pakaian mana yang akan di kenakan besok karena untuk pertama kalinya Merry akan pergi bersama Dewa bertemu dengan kliennya di salah satu tempat yang sudah di sepakati.
To be continued
Bantu author Vote, Like, Komentar, Follow
Terima kasih😊