Warrior Odyssey
Dalam kegelapan malam yang pekat, Vincent La Norgen duduk sendirian di ruang tamu rumahnya yang sunyi. Wajahnya tercermin di permukaan gelas whiskey yang tergeletak di atas meja kayu tua di depannya. Dia memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong, sementara hujan deras turun dengan gemuruh di luar.
Suara petir menggema di kejauhan, menciptakan atmosfer yang hening di sekitarnya. Tiba-tiba, kilatan cahaya menyambar, menerangi ruangan sejenak sebelum kembali tenggelam dalam kegelapan. Vincent menutup matanya, mengutuk nasib buruknya saat dia terjatuh ke lantai, rasa sakit yang menusuk menusuk memenuhi pikirannya.
...Flashback:...
Di bawah cahaya bulan yang redup, Vincent bersama dengan rekan-rekannya dalam misi berbahaya di wilayah musuh. Mereka bergerak dengan hati-hati di tengah kegelapan, memasuki wilayah yang dijaga ketat oleh pasukan musuh.
Tiba-tiba, sebuah ledakan menghancurkan keheningan malam, dan helikopter tempur musuh muncul di langit. Pertempuran pecah di sekeliling mereka, dengan tembakan dan granat meledak di mana-mana. Dalam kekacauan itu, Vincent merasakan rasa sakit menusuk di kakinya, dan saat dia melihat ke bawah, dia melihat kakinya yang terluka parah oleh pecahan bom.
...Flashback end....
Kembali ke ruang tamu yang sunyi, Vincent mencoba menenangkan diri di tengah kilatan petir dan suara gemuruh hujan yang semakin keras. Dia meraih gelas whiskey di depannya dan mengangkatnya ke bibirnya, mencoba mengubur kenangan buruk dari masa lalu yang memenuhi pikirannya.
Dengan setetes whiskey yang membakar tenggorokannya, Vincent mencoba menghentikan kilatan memori yang menyapu pikirannya. Tetapi, kenangan akan kejadian tragis itu terus berputar di kepalanya seperti badai yang tak kunjung reda.
Kakinya yang terluka, teman-temannya yang tergeletak di medan perang, dan rasa putus asa yang menghantui setiap langkahnya. Semua itu membentuk beban yang tak terlalu bisa ditanggungnya lagi. Seakan-akan semuanya seperti terangkat oleh deru hujan yang semakin deras di luar sana.
Tanpa pikir panjang, Vincent mencoba bangkit dari tempat duduknya. Namun, dia tersadar akan keterbatasannya. Dia melihat ke bawah, ke kaki palsu yang setia menemani setiap langkahnya sejak mimpi buruk itu. Tidak seperti kaki manusia yang kuat, kaki palsu itu menjadi saksi bisu dari kehilangan yang dia alami.
Merasa putus asa, Vincent memejamkan mata sejenak, mencoba mencari kekuatan dalam kegelapan hatinya yang penuh rasa sakit. Dia tahu bahwa meskipun kakinya mungkin telah hilang, tetapi tekadnya untuk bertahan hidup dan menemukan kedamaian tidak akan pernah padam.
Dengan langkah goyah, Vincent bergerak melintasi ruang tamu yang sunyi menuju meja komputernya, tempat ia mencari pelarian terakhirnya: Dunia Virtual yang tersedia di internet. Di sana-lah, Vincent menemukan game FPS yang terlihat begitu realistis bernama "Echoes of Valor".
Setelah membuka perangkatnya, layar komputernya dipenuhi dengan gambaran epik dari dunia "Echoes of Valor". Langit-langit terbuka luas, medan perang yang luas, dan kota-kota yang hancur menanti untuk dijelajahi. Namun, yang paling menonjol adalah fitur kostumisasi karakter yang luar biasa.
Dengan senyum tipis di bibirnya, Vincent mulai menyesuaikan karakternya. Dia memilih seragam tentara klasik yang mempertahankan sisa-sisa identitas militer yang masih tertanam dalam dirinya. Dia memilih setelan perlindungan tubuh yang kokoh untuk melindungi dirinya di medan perang, dan senjata-senjata yang familiar di tangan militer.
Namun, di antara semua pilihan itu, ada satu aspek yang tidak bisa dia ubah: kakinya yang palsu. Meskipun demikian, dia memilih untuk mengintegrasikan kaki palsu tersebut ke dalam kostum karakternya, sebagai pengingat akan perjalanan yang telah dia lalui dan kekuatan yang dia temukan dalam menghadapi keterbatasan tersebut.
Setelah menyelesaikan kostumisasi karakternya, Vincent mengangkat pandangan dari layar dan menatap ke dalam jendela, di mana hujan masih turun dengan derasnya. Dengan hati yang penuh harapan dan tekad yang teguh, dia menyelam ke dalam dunia virtual "Echoes of Valor", siap untuk menghadapi tantangan yang menantinya dan menemukan kedamaian yang telah lama dicarinya.
...***...
Suatu malam, Vincent tenggelam dalam permainan "Echoes of Valor", sepenuhnya terfokus pada dunia virtual yang menawannya. Namun, tiba-tiba matanya terasa berat dan dia merasa pusing sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.
Ketika Vincent kembali sadar, dia mendapati dirinya berada di tengah sebuah hutan. Dikelilingi oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi, udara segar hutan mengalir di sekelilingnya. Dalam kebingungannya, dia melihat ke arah tubuhnya dan terkejut menemukan bahwa dia berada dalam karakter game yang dia mainkan, lengkap dengan biomekanik yang menggantikan sebagian tubuhnya.
"Dimana aku?" gumam Vincent dengan nada bingung, matanya memperhatikan sekeliling dengan waspada. Dia meraba-raba perasaannya, mencoba mencerna situasi yang tak terduga ini.
Dunia di sekitarnya terlihat nyata, dengan detail yang menakjubkan seperti yang dia alami di dalam permainan. Namun, sensasi tanah di bawah kakinya terasa begitu nyata, seolah-olah dia benar-benar berada di sana. Dan yang lebih mengejutkan, dia bisa merasakan setiap gerakan dan getaran dari bagian biomekanik tubuhnya.
Vincent mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanyalah mimpi, dengan logika "Ini semua tidak masuk akal untuk terjadi.". Dia memanjatkan doa dalam hati, berharap agar segera terbangun dari mimpi aneh ini. Namun, ketika dia mencoba memproses situasi yang dia hadapi, segala sesuatunya terasa terlalu nyata untuk diabaikan.
Dengan hati-hati, Vincent memilih untuk menjelajahi fitur permainan yang mungkin masih aktif di dalam tubuh karakternya ini. Dia mencoba mencari tombol atau antarmuka yang akan membantunya memahami situasi ini atau bahkan menemukan cara untuk kembali ke dunianya yang asli.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Vincent berhasil menemukan sebuah antarmuka permainan. Layar holografik muncul di depannya, menampilkan berbagai opsi dan informasi tentang karakternya, termasuk statistik, inventaris senjata, dan peta wilayah sekitar.
Namun, ketika dia mencari tombol logout, dia menemukan bahwa opsi itu tidak tersedia. Tombol-tombol lain berkedip di layar, memberinya petunjuk tentang tindakan yang mungkin dia ambil di dalam permainan ini, tetapi logout tidak ada.
Vincent frustasi, namun tiba-tiba sekawanan makhluk hijau pendek (Goblin) muncul, mereka memekik dan mengelilingi Vincent. Mereka membawa berbagai senjata, mulai dari pedang berkarat, pentungan yang sesuai dengan ukuran tubuh mereka hingga ranting tebal yang dijadikan tongkat, dan sepertinya apapun yang bisa mereka gunakan untuk senjata.
Suara hutan seolah-olah menyambut kehadiran mereka dengan gemuruh yang aneh, menciptakan atmosfer yang semakin tegang.
Gerombolan Goblin itu mendekatinya, mata mereka menyala dengan kegembiraan jahat saat mereka merencanakan serangan. Dengan hati-hati, mereka mengintai setiap gerakan Vincent, mencari celah untuk menyerang. Namun, ketegangan di udara pecah ketika salah satu dari mereka tiba-tiba meluncur maju dengan tongkat tebal yang dipegangnya.
"Sialan."
Dalam refleks, Vincent merespon dengan cepat, kedua tangannya meraih dua revolver di holster pinggangnya, sepasang Colt C. Python. Dengan gerakan yang gesit, dia membidikkan senjatanya ke arah makhluk yang menyerangnya, matanya menyala dengan keputusan yang teguh.
"Jangan berani mendekat!" bentaknya dengan suara tegas, suara menggema di antara pohon-pohon hutan. Dia menunjukkan bahwa dia tidak akan menjadi mangsa dengan siap menembak siapapun yang berani mendekat. Keberanian dan tekadnya bersinar melalui tindakan-tindakan tersebut, menciptakan aura perlindungan di sekelilingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sampah Satu
bagus
2024-03-27
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Astatin AT☠️
jangan lupa mampir kembali ya kak
2024-03-10
1