BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 34
Dibelahan bumi lain yang hanya memiliki selisih waktu 1 jam dari Indonesia, seseorang nampak duduk bersandar di atas sofa setelah panggilan teleponnya berakhir. Sekretaris Niko. Ya, sekretaris Niko merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan bosnya itu. Pasti bosnya itu memiliki rencana di luar sepengetahuannya. Memangnya kenapa Kirana tidak boleh mengetahui kondisi ayahnya? Bukankah wajar jika seorang anak mengetahui keadaan ayahnya? Kirana pasti sudah menunggu kabar darinya.
"Ah ya sudahlah, toh tadi aku juga sudah sempat mengirimkan pesan." Sekretaris Niko bangkit lalu masuk ke dalam kamarnya. Sebuah apartemen kecil namun cukup bagus yang dipilih oleh sekretaris Niko menjadi tempat tinggalnya. Hanya apartemen itu satu-satunya yang paling dekat dengan rumah sakit karena letaknya yang berseberangan.
Sebenarnya banyak apartemen yang lebih besar dan juga lebih elite, namun sayangnya letaknya jauh dari rumah sakit. Semua itu karena untuk memudahkan aksesnya datang ke rumah sakit. Hanya tinggal menyeberang jalan raya saja dan tidak membutuhkan kendaraan.
Ya, sambil menunggu donor kornea mata yang cocok, sekretaris Niko memilih meninggalkan Pak Irwan di rumah sakit agar ada perawat yang merawatnya. Jika dirinya membawa Pak Irwan ke apartemen, sudah pasti sekretaris Niko tidak akan bisa merawat Pak Irwan. Lebih baik bergelut dengan berkas-berkas daripada harus merawat orang sakit, karena memang bukan keahliannya. Dan lagi dirinya harus pergi ke sebuah perusahaan yang menjalin kerjasama dengan perusahaan tempatnya bekerja untuk meminta tanda tangan kontrak kerja kembali. Ya, dokumen kontrak kerja yang membuatnya kehilangan cintanya. Karena tanpa sengaja dokumen itu terkena tumpahan kopi.
Sekretaris Niko ingin segera membersihkan diri agar dirinya juga bisa segera beristirahat. Rasa kantuk tiba-tiba saja menyerang. Mungkin itu akibat dari rasa lelah yang dirasakannya. Bukan hanya tubuhnya yang merasa lelah, akan tetapi juga hati dan pikirannya. Tubuh dan pikirannya lelah karena digunakan untuk bekerja. Sedangkan hatinya lelah memikirkan cinta yang baru saja dirasakannya harus pupus karena cintanya sekarang sudah menjadi milik bosnya sendiri. Huuuft, sungguh menyedihkan bukan?
*****
Kirana terlihat mengeliatkan tubuhnya, dan tak berselang lama matanya mengerjap dan perlahan terbuka.
"Eh," Kirana terlonjak dan langsung terduduk saat dirinya menyadari sedang berada di atas tempat tidur. Otomatis selimut yang membalut tubuhnya melorot. Dan saat dirinya mendapati tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel, Kirana langsung membekap mulutnya untuk menahan suaranya yang hampir saja menjerit. Dirinya sudah seperti macan tutul saja. Dadanya dipenuhi dengan tanda merah yang pasti itu adalah hasil karya dari bosnya yang tak lain adalah suaminya sendiri. Pipi Kirana terasa panas saat mengingat kejadian semalam. Ingin rasanya ia menenggelamkan dirinya saja agar terhindar dari rasa mulu.
"Sudah melamunnya?" Suara berat Arsen membuat Kirana tersentak.
"Eh," Reflek Kirana menoleh dan mendapati bosnya itu ternyata sudah terbangun. Cepat-cepat Kirana menarik kembali selimutnya untuk menutupi tubuh polosnya.
Arsen bangkit. Wajahnya mendekat membuat Kirana langsung melengoskan wajahnya. Kirana pikir bosnya itu akan menciumnya, makanya dirinya menjauhkan wajahnya karena takut bosnya itu mencium bau mulutnya yang sudah pasti tidak sedap saat baru saja terbangun.
"Mau mencobanya di kamar mandi?" Bisik Arsen tepat di telinga Kirana diakhiri dengan tiupan hingga membuat bulu kuduk Kirana meremang.
"Eh, Ti-tidak Tuan. Sa-saya mau mandi saja." Cepat-cepat Kirana turun dari atas tempat tidur dan menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Beruntung Arsen memakai boxer jadi hanya tubuh bagian atasnya saja yang polos. Kirana langsung melesat masuk ke dalam ruang ganti.
Kirana melepas selimut yang tadi digunakan untuk membalut tubuhnya di ruang ganti lalu masuk ke dalam kamar mandi. Kirana menyalakan air hangat dan berdiri di bawah shower. Air hangat pun mengalir membasahi tubuhnya dari atas kepala hingga ke bawah.
Aduh, apa kasurnya nggak bau pesing ya? Kan semalam aku ngompol. Otaknya tiba-tiba saja memikirkan kejadian semalam. Apa Tuan Arsen nggak marah kasurnya aku ompolin? Memalukan sekali kamu Kirana. Eh, tapi itu kan bukan kesalahannya. Aku kan sudah meminta untuk berhenti karena pengen pipis. Tapi Tuan Arsen saja yang nggak mau mendengarkan ucapan ku.
"Aaahh!" Kirana terlonjak kaget saat merasakan sepasang lengan kekar melingkar di perutnya dari belakang. Membuyarkan semua lamunannya. "Tu-Tuan," Suara Kirana tercekat karena merasakan sesuatu yang menggesek-gesek di area belakang tubuhnya. Apalagi rasanya tidak ada penghalang di antara keduanya. Kulit bertemu kulit.
Arsen membalik tubuh istrinya itu dan pandangan keduanya pun bertemu. Di bawah kucuran air shower, Arsen langsung menyerang istrinya itu dengan ciuman yang menggebu. Dulu dirinya sering melakukan itu bersama kekasihnya. Bercinta di bawah kucuran air shower. Dan sekarang dirinya ingin mencobanya bersama sang istri. Namun sayangnya senjata miliknya tak juga terbangun. Padahal tangan Kirana sudah mencoba memberikan r@n9$@n9@n. Dan lagi-lagi malah Kirana yang mendapatkan pelepasannya hingga dua kali. Dua jam lebih mereka berada di dalam kamar mandi hingga melewatkan sarapannya.
Mama Davina pun memaklumi mereka karena dirinya juga pernah muda. Mama Davina memilih sarapan berdua dengan suaminya, papa Haris. Hari ini papa Haris yang akan datang ke kantor menggantikan anaknya untuk sementara waktu.
Kirana dan Arsen keluar dari ruang ganti dengan pakaian yang sudah lengkap. Arsen nampak terlihat segar sedangkan Kirana terlihat lesu. Mungkin karena tenaganya sudah terkuras habis selama di dalam kamar mandi namun tidak membuahkan hasil. Malah dirinya yang dibikin lemes oleh bosnya itu.
Keduanya langsung keluar dari kamar untuk sarapan agar tenaga mereka bisa kembali full.
Melihat anak dan menantunya yang baru keluar dari kamar, Mama Davina terlihat tersenyum lebar. Apalagi saat melihat rambut keduanya yang nampak masih basah. Kirana memang tidak sempat mengeringkan rambutnya karena perutnya sudah terasa keroncongan. Namun sepertinya Mama Davina tidak memperhatikan cara jalan Kirana yang masih terlihat normal.
"Sarapan yang banyak Ran, kamu pasti butuh tenaga ekstra buat menghadapi suami mu." Mama Davina mengulum senyum kemudian berlalu dari ruang makan meninggalkan anak dan menantunya.
Kirana yang mendengar ucapan ambigu Mama mertuanya itu mencoba mengulas senyum meskipun terlihat kaku. "I-iya Ma." Kirana segera melayani suaminya itu. Keduanya nampak menikmati sarapannya dalam diam.
Hari ini Kirana masih cuti, dan besok dirinya baru kembali bekerja. Kalau Arsen entahlah, suka-suka dia. Dia kan bosnya. Apalagi sudah ada Papa Haris yang menggantikannya.
Setelah sarapan Kirana langsung kembali lagi ke kamar. Dirinya ingin segera melihat ponselnya, apakah sudah ada kabar dari sekretaris Niko atau belum. Sedangkan Arsen langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.
Mata Kirana nampak berbinar saat membuka ponselnya. Ada sebuah pesan dari sekretaris Niko. Cepat-cepat ia membukanya. Terlihat foto ayahnya berada di dalam sebuah ruangan yang diyakininya adalah ruang perawatan. "Kami sudah tiba." Hanya itu pesan yang ditinggalkan oleh sekretaris Niko tanpa memberitahukan kondisi ayahnya saat ini.
Kirana mencoba menghubungi sekretaris dari bosnya itu untuk mengetahui keadaan ayahnya saat ini. Namun sayangnya panggilannya itu tidak terhubung karena memang sekretaris Niko mengalihkan panggilannya agar Kirana tidak bisa menghubunginya. Kirana m3nd3$@h pelan. Apakah sekretaris Niko saat ini sedang sibuk hingga panggilannya dialihkan? Terka Kirana dalam hati. Biarlah, yang penting mereka sudah sampai di sana dan ayahnya dalam keadaan baik-baik saja. Nanti dirinya bisa mencoba lagi menghubungi sekretaris Niko saat jam istirahat tiba.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu