Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. LD 5.
"Dia adalah_,,,,"
Fergus tidak menyelesaikan kalimatnya, wajahnya mendadak berubah pucat, lalu meringis menahan sakit. Satu tangannya memegangi dadanya sendiri sembari membungkuk di sertai suara erangan pelan.
"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Leora.
Leora membimbing pria yang baru saja ia kenal itu untuk bersandar pada dinding gua, mencoba untuk mencari tahu apa yang membuat pria itu kesakitan.
"Apakah kamu memiliki obat atau semacamnya untuk mengurangi sakitmu?" tanya Leora khawatir.
Fergus menggeleng, bertepatan dengan itu, cahaya biru terang menyelimuti pria itu, membuat wanita itu mundur beberapa langkah. Sekali lagi Leora, tercengang ketika Fergus kembali berubah menjadi seekor kuda putih bersayap dan bertanduk.
"Apa yang terjadi?" tanya Leora.
'Tinggalkan tempat ini!' ujar Fergus.
Fergus meringkik, menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat wanita itu menatap bingung dengan apa yang di inginkan oleh sosok kuda putih di depannya.
"Katakan sesuatu!" pinta Leora.
"Pergi sekarang!" jawab Fergus.
Leora mengerutkan kening, tidak mendengar jawaban apapun selain suara kuda meringkik sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tiba-tiba, sebuah kilatan petir disertai suara gemuruh terdengar. Leora kembali mengedarkan pandangan, melihat tanah yang ia pijak kembali bergetar. Sementara Fergus menarik pakaian Leora menggunakan giginya untuk menjauh dari gua.
'Aku tidak bisa merubah wujudku, apa yang sebenarnya terjadi?' batin Fergus.
Cahaya yang semula hanyalah pendaran redup, berubah menjadi cahaya menyilaukan yang memancar ke atas seolah menembus langit. Cahaya hijau yang di selimuti cahaya putih bersinar terang melesat bagaikan laser, menerangi seluruh bagian dalam dari gua.
"Di sini,,,," (suara asing)
Benak Leora mendengar seseorang memanggil dirinya, merasakan sebuah tarikan yang tidak ia ketahui dari mana asalnya meminta wanita itu untuk masuk ke dalam gua dan mengabaikan kuda putih yang masih berusaha untuk menarik Leora menjauh.
"Menjauh dari gua!"
"Jangan masuk ke dalam! Berbahaya!"
Fergus memberi peringatan, namun suaranya tidak lagi bisa di dengar oleh wanita yang sebelumnya bisa ia ajak bicara dalam wujud kudanya.
"Di sini,,,," (suara asing)
Leora masuk ke dalam gua tepat setelah cahaya sebelumnya meredup, mendengar seseorang terus memanggil dirinya, hingga ia melihat sebuah pedang yang tertancap pada sebuah batu dan masih mengeluarkan pendaran cahaya putih.
'Pedang,,,?' batin Leora dengan kening berkerut.
Kedua kakinya melangkah mendekat tanpa ia minta, benaknya terus memintanya untuk mendekati pedang itu, mengikuti keinginan hatinya untuk melihat lebih dekat.
Sementara Fergus masih dalam usahanya untuk menghentikan langkah Leora, namun ketika jarak antara pedang dengan Leora semakin dekat, sebuah dinding transparan mengurung Fergus secara tiba-tiba, seolah gua itu tidak menerima Fergus untuk masuk lebih jauh ke dalam gua.
'Apa yang terjadi? Mengapa dia tidak mendengarku? Dan mengapa dia bisa masuk ke dalam gua suci? Apakah mungkin ramalan Sabiya benar-benar terjadi?' batin Fergus.
'Tapi, bagaimana jika bukan? Bagaimana jika wanita itu bukan bagian di ramalan? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana jika dia terluka karena pedang itu? Pedang itu sudah terlalu banyak membuat masalah, jika pedang itu juga melukainya, maka kami bisa saja hancur karena dia dari dunia manusia,' imbuhnya.
Leora terus melangkah mendekati pedang itu, mendengar suara yang tidak ia ketahui dari mana asalnya dalam benak wanita itu menjadi lebih jelas.
#Percakapan mereka terjadi di dalam benak Leora. #
"Di sini,,,," suara itu memanggil.
"Mendekatlah,,,,"
"Siapa?" Leora bertanya.
"Di sini,,,,"
Langkah Leora terhenti tepat di depan batu di mana pedang itu berada.
"Siapa?" Leora bertanya lagi.
"Kamu sungguh mendengarku?" suara itu bertanya.
"Aku mendengar, hanya saja aku tidak melihat siapapun di sini," jawab Leora.
"Aku berada di dalam pedang ini, lebih tepatnya aku terkurung di sini. Jika benar kamu bisa mendengarku, ku mohon keluarkan aku dari sini," pinta suara itu.
"Terkurung?" ulang Leora mengerutkan kening.
"Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seseorang terkurung di dalam sebuah pedang?" tanya Leora.
"Setelah melihat apa yang baru saja kamu lihat, apakah kamu masih menganggap bahwa aku manusia?" dia balas bertanya.
Leora terdiam, baru saja tersadar di mana dirinya saat ini berada. Sosok Fergus yang berubah di depan matanya sungguh mustahil terjadi, namun setelah melihat hal itu dengan matanya sendiri, ia tidak bisa menyangkalnya.
"Tapi, bagaimana kamu bisa terkurung?" tanya Leora.
"Sihir," dia menjawab.
"Sihir?" ulang Leora dengan kening berkerut.
"Apakah sihir itu nyata?" imbuh Leora bertanya.
"Di tempat ini, sihir adalah hal lumrah," dia menjawab.
"Sebagian besar dari mereka menggunakan sihir untuk membantu kehidupan sehari-hari," imbuhnya.
"Lalu, mengapa kamu tidak menggunakan sihirmu untuk keluar?" tanya Leora.
"Kekuatanku tersegel," suara itu menjawab.
"Sihir itu tidak hanya mengurungku, tapi 'Dia' juga menggunakan sihir dengan mengorbankan nyawa penduduk desa untuk memperoleh kekuatan yang jauh lebih besar. Dia menjebakku dan membuatku terkurung di sini, karena aku bisa mengimbangi kekuatannya," jelasnya.
"Setelah berhasil mengurungku, 'Dia' memperkuat dirinya dengan mengorbankan nyawa sebagai tumbal," dia menambahkan.
"Dia? Dia siapa yang kamu maksudkan?" tanya Leora lagi.
"Estrella, dan di bantu oleh pendamping setianya Erebus, tengkorak hitam bersabit dan bermata merah," jawabnya.
"Tengkorak hitam?" ulang Leora dengan kedua mata melebar.
"Benar," dia menjawab.
"Erebus memiliki tugas untuk mencari tumbal baru yang akan di persembahkan kepada Estrella untuk di ambil jiwanya,"
"Dari jiwa mereka yang di tumbalkan itulah Estrella memperoleh kekuatan baru untuk menjadi penguasa. Akan tetapi, kekuatan yang dia peroleh adalah kekuatan kegelapan," dia menerangkan.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan, tapi bagaimana caranya aku membantumu?" tanya Leora.
"Kamu hanya perlu menarik pedang ini dari tempatnya," dia menjawab.
"Hanya itu?" sambut Leora tak percaya.
"Benar," jawabnya.
"Jika hanya menarik pedang ini saja, mengapa kamu tidak meminta bantuan pada siapa saja yang melewati gua ini?" tanya Leora.
"Menarik keluar pedang ini tidaklah mudah. Gua ini adalah gua suci dimana tidak semua semua orang bisa masuk kedalam untuk mencapai pedang ini,"
"Andai ada yang bisa mencapai pedang ini sekalipun, mereka tidak bisa menariknya dengan mudah karena mereka tidak terpilih," dia menerangkan.
"Aku masih tidak mengerti, tapi aku akan mencobanya," jawab Leora.
"Terima kasih," sambutnya senang.
Leora berhenti berbicara dengan suara yang bergema di telinganya dan meraih gagang pedang yang berada di depannya. Samar-samar Leora mendengar Fergus terus meringkik, menganggap suara meringkik itu sebagai tanda bahwa pria yang kini berwujud kuda itu tengah kesakitan hingga ia tidak lagi bisa mendengar suaranya.
"Hei,,, jika aku membantumu, bisakah kamu membantuku mengobati Fergus?" tanya Leora sebelum menarik pedang dari tempatnya.
"Kuda itu?" dia bertanya.
"Dia memiliki nama," tukas Leora.
"Kamu bisa minta apapun dan aku akan berusaha mengabulkannya," janjinya.
"Baiklah, aku percaya padamu_,,, siapa namamu?" tanya Leora.
"Aku tidak memiliki nama, mereka hanya menyebutku Giok hijau," jawabnya.
"Begitu,,," sambut Leora.
"Berhati-hatilah," ucapnya memberi peringatan!.
Leora meletakkan satu tangan pada gagang pedang dan menariknya perlahan. Pedang yang sebelumnya menancap kuat pada batu tertarik keluar dengan gerakan mudah, detik berikutnya cahaya seperti kilatan petir keluar dari pedang itu.
Leora mengernyit sesaat, merasakan sengatan kecil pada telapak tangannya ketika cahaya itu seolah terserap oleh pedang di tangannya, namun Leora tetap menggenggam kuat pedang yang telah berhasil ia cabut.
Leora mengangkat pedang di tangannya, terpesona dengan kilauan pada pedang dengan ukiran membentuk seekor naga. Untaian benang emas yang membungkus giok hijau yang berada di ujung gagang pedang menambah keindahan pedang itu.
Seolah terhipnotis, Leora menjalankan jemarinya di atas ukiran pedang itu. Warna perak mengkilap seolah baru saja di tempa, bahkan terlihat seperti pedang yang baru saja di buat, membuat Leora terlambat menyadari ketajaman pedang di tangannya.
"Aww,,,!" Leora merintih pelan.
Leora menarik jemarinya, mengibaskan tangan dari jemari yang tergores dan melangkah mundur ke tempat di mana Fergus berada.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Fergus.
"Yah,,, Aku baik-baik saja, hanya goresan kecil," jawab Leora.
"Kamu bisa mendengarku lagi?" tanya Fergus.
"Apa maksudmu? Tadi kamu hanya meringkik. Kupikir itu karena kamu kesakitan sebelumnya dan membuatmu tidak bisa bicara," jawab Leora memasukkan jari kedalam mulutnya.
"Tunggu sebentar,,, Kamu bisa mencabut pedangnya?" tanya Fergus lagi dengan nada terkejut yang terdengar jelas.
Sebelum Leora memiliki kesempatan untuk memberikan jawaban, cahaya putih dari batu tempat pedang tertancap bersinar terang, berkumpul pada satu titik dan perlahan membentuk menyerupai seekor hewan besar bersayap.
Seiring dengan cahaya yang meredup, Leora bisa melihat sayap elang di balik cahaya yang masih bersinar. Hingga, ketika cahaya itu menghilang sepenuhnya, sosok Griffin telah berdiri di depan mereka berdua.
"A-A-Apa itu,,,?" Leora tergagap dengan tubuh gemetar.
Leora secara naluri berdiri di depan Fergus, entah dari mana keberanian itu muncul ia tidak tahu pasti, namun tangannya bergerak dan mengangkat pedang dengan sedikit gemetar. Sementara fergus merentangkan kedua sayapnya untuk menutupi tubuh Leora.
"Aku tidak akan menyakiti penolongku," dia berkata.
"Aku akan merubah wujudku agar kamu tidak takut padaku," sambungnya.
Setelah mengatakan itu, sosok Griffin di selimuti cahaya putih terang selama beberapa saat, dan di gantikan dengan sosok pria bermata abu dan berambut coklat dengan helaian rambut biru mengenakan pakaian yang hampir sama dengan Fergus, namun memiliki tambahan jubah sutera di bahunya.
Tanpa aba-aba, pria itu segera berlutut di depan Leora, begitu pula dengan Fergus turut berlutut dalam wujud kuda-nya.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu berlutut di depanku?" tanya Leora bingung.
"Karena anda adalah dewi yang di ramalkan akan menjadi cahaya penolong kami," ucapnya.
" ELETTRA,"
. . . .
. . . . .
To be continued...
NOTE:
- Griffin.
Makhluk bertubuh singa, bersayap dan berkepala rajawali.
.
.
Info tambahan,,,,
((( bagi yang pernah membaca karya Silver Bullet mungkin sedikit familiar dengan nama ELETTRA. Tapi mari kita luruskan sebentar.
Pada karya Silver Bullet, tokoh protagonis wanita Cyrene Jodie Elvaretta memperkenalkan diri saat menyamar sebagai Elretta. Di ambil dari nama asli Elvaretta.
Nah,, di sini Elettra.
Perbedaanya adalah...
Elettra memiliki arti Cahaya atau bercahaya.
Sedangkan,,,,
Elvaretta memiliki arti pembicara kebenaran, atau kebajikan dalam bahasa Spanyol, Jerman dan Teutic.
Jadi,, beda ya,,, Elettra dan Elretta...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/