Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Arnav menatap data penulis drama yang dia sponsori di Imagine Films. Dia tidak menyangka jika penulis itu adalah Gita. "Jadi ini diadaptasi dari novel milik Gita."
Arnav segera mengetik pembatalan dana sponsor di laptopnya tapi saat dia akan mengirimnya, dia ragu. Dia menghapus kembali pembatalan itu.
"Tidak, aku harus profesional. Awalnya aku tidak tahu kalau itu memang film Gita, jadi anggap saja tidak terjadi apa-apa."
Arnav menyandarkan punggungnya di kursinya. Sejak melihat Gita semalam, tidurnya menjadi tidak nyenyak dan dia juga terus memikirkan Gita. Dia mengacak rambutnya sendiri berharap Gita menyingkir dari pikirannya.
"Kenapa Pak? Kusut sekali?" tanya Andre selaku assistant pribadi Arnav.
"Tidak apa-apa. Mulai sekarang kamu urus sendiri masalah sponsor dengan Imagine Films. Saya ada proyek lain."
"Iya, Pak."
Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk di ponselnya. Arnav segera mengambil ponsel itu. "Wali kelas Arvin? Tumben telepon."
Arnav segera mengangkat panggilan itu. "Iya, selamat pagi, Pak."
"Maaf, saya mengganggu waktu Pak Arnav. Pak Arnav diminta untuk segera datang ke sekolah karena Arvin telah melanggar tata tertib."
"Arvin melanggar tata tertib?" Arnav terkejut mendengar hal itu. Selama ini Arvin menjadi murid teladan dan tidak pernah melanggar tata tertib di sekolah. "Maaf, tata tertib apa sehingga membuat saya harus ke sekolah sekarang? Apa bisa saya wakilkan saja karena sebentar lagi saya ada meeting."
"Maaf Pak, tidak bisa diwakilkan. Pak Arnav harus segera ke sekolah. Jika masalah lain, kami tidak akan langsung memanggil orang tua tapi kali ini Arvin melanggar tata tertib yang berat, dia sudah berciuman di sekolah dan sengaja membolos di jam pertama."
"Baik, saya akan ke sana sekarang." Kemudian Arnav mematikan panggilan itu. "Ada-ada saja Arvin ini." Arnav memakai jasnya lalu mengambil kunci mobilnya.
"Andre, kamu handle meeting hari ini. Aku harus ke sekolahnya Arvin," kata Arnav sebelum keluar dari kantornya.
"Baik, Pak."
...***...
Gita tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya hari itu. Dia lebih memilih bengong di depan laptopnya padahal dia harus segera menyelesaikan beberapa revisi script naskah.
Kenapa aku kepikiran sama Arnav terus? Apa semalam dia melihatku?
Lamunannya dibuyarkan oleh sebuah panggilan dari wali kelas Vita. "Kenapa wali kelas Vita telepon?"
Gita segera mengangkat panggilan itu karena dia takut Vita kenapa-napa di sekolah.
"Hallo. Selamat pagi, Bu."
"Ini dengan Bu Gita ya?"
"Iya, saya sendiri."
"Maaf mengganggu. Bu Gita diminta untuk ke sekolah sekarang."
"Apa yang terjadi?" Gita sangat khawatir mendengar hal itu. Satu tangannya kini menyimpan script naskahnya lalu mematikan laptopnya.
"Vita telah melanggar tata tertib di sekolah. Dia ketahuan pacaran dan bolos di jam pelajaran pertama."
"Pacaran?" Gita tak percaya dengan hal itu. Selama ini Vita tidak pernah terlibat kasus seperti itu di sekolah.
"Iya, Vita ketahuan ciuman di depan gudang sekolah jadi Ibu harus ke sekolah sekarang untuk menyelesaikan masalah ini."
"Astaga, Vita ada-ada saja. Ya sudah, saya akan segera ke sana. Terima kasih, Bu." Kemudian Gita mematikan panggilan itu. Dia segera memakai tasnya lalu berjalan jenjang keluar dari kantornya.
"Mau kemana?" tanya Ulfa yang berpapasan dengannya.
"Mau ke sekolah Vita. Dia kena masalah di sekolah." Vita berjalan jenjang keluar dari kantor dan menuju tempat parkir.
"Kira-kira Vita pacaran sama siapa? Pasti dia sudah mempengaruhi Vita." Gita memakai helmnya lalu mengendarai motornya menuju sekolah Vita.
Dia menambah laju motornya agar segera sampai di sekolah Vita. Setelah menghentikan motornya di tempat parkir sekolah Vita, dia melepas helmnya dan berjalan jenjang menuju ruang BK.
Dia kini mencari ruang BK di deretan ruang guru. "Itu ruangannya." Gita mengetuk pintu yang terbuka itu sebelum masuk.
"Silakan masuk Bu Gita."
Arvin dan Vita saling senggol.
"Mama dulu yang datang tutupin name tag Kak Arvin," bisik Vita.
"Iya." Arvin menutup jaketnya agar name tag nya tidak terlihat.
Kemudian Gita duduk di sebelah Vita dan memarahinya. "Vita, apa yang kamu lakukan? Kamu baru beberapa hari sekolah di sini. Jangan buat masalah seperti ini!"
"I-iya. Maaf, Ma."
Kemudian Gita menatap Arvin yang juga duduk di dekat Arvin. "Pasti kamu yang mempengaruhi Vita kan? Dia tidak pernah seperti ini. Mulai sekarang kamu jauhi Vita!"
Arvin hanya terdiam dan tersenyum kecil. Dia tidak kesal mendengar omelan itu. Dia justru merasa bahagia karena sebentar lagi kedua orang tuanya akan bertemu.
"Bu Gita, kita tunggu dulu orang tua dari Arvin datang, baru kita bicarakan masalah ini dan memberi hukuman untuk mereka."
Mendengar nama Arvin, membuat jantung Gita berdebar. Dia menatap Arvin yang juga menatapnya. "Arvin? Kata kamu nama kamu Vale."
Belum juga Arvin menjawab, Arnav datang dan masuk begitu saja ke ruangan itu lalu duduk di sebelah Arvin tanpa melihat Gita yang juga ada di ruangan itu.
"Arvin apa yang kamu lakukan! Siapa pacar kamu? Gadis yang kemarin itu?" Arnav meluruskan pandangannya. Dia kini menatap Gita yang juga menatapnya.
Waktu seolah berhenti berputar saat kedua mata itu bertemu.
"Kamu!"
💕💕💕
Jangan lupa komen. 😁
Moga tidur nyenyak ya. See u besok. 🤭