Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"karena itu hak saya"
Nada melihat rumah yang berwarna hijau army tepat berada di hadapannya & diatas pintu itu jelas tertulis nama Lettu Saga Bimantara.
"Apa kita akan tinggal disini?" tanya Nada pada Saga yang sedang menurunkan beberapa koper dari dalam mobil.
"Hm" Saga menjawab hanya dengan berdeham.
Nada memandang lingkungan kesatuan tempat ia akan tinggali, begitu asri dan bersih. Jelas ia mengingat kalau waktu kecil dia juga pernah tinggal di kawasan militer seperti itu.
"Apa kau tidak suka karena kita akan tinggal disini?" tanya Saga.
"Gak, aku malah suka. Aku pun juga pernah tinggal di lingkungan militer waktu aku kecil."
"Benarkah?" tanya Saga meyakinkan.
"Iya, kalau gak salah, aku masih SD, umur 9 tahun. Aku ikut papa tugas, karena papa gak punya siapa-siapa untuk jaga aku. Eyang udah lama meninggal sejak papa baru masuk militer, sedangkan Mama juga meninggal saat melahirkan aku, sementara nenek dan kakek dari Mama juga gak lama meninggal waktu aku baru berumur 5 tahun." Nada tersenyum pedih menceritakan kisah hidup dia dan papanya. "Makannya aku cuma punya papa san papa juga cuma punya aku, papa adalah milikku yang paling berharga. Dan sekarang aku memiliki satu orang lagi yang berharga bagiku," lanjut Nada dengan menggantung ucapannya.
"Siapa?" tanya Saga penasaran.
"Om Saga" lirih Nada pelan.
Saga pun menatap Nada.
"Diih sekarang aja, terang-terangan kalau natap aku, dulu aja bukan mahram katanya"
Saga memalingkan wajahnya, lalu mengangkat koper-koper itu masuk ke dalam rumah dinasnya.
"Malah diem aja lagi di ajakin ngomong" ucap Nada kesal.
"Hm" Saga berdeham, "Nada" panggil Saga.
Nada pun menoleh menghadap Saga yang berada di luar sedang memasukkan koper yang masih berada di halaman.
"Kamu tau, Islam mengharamkan pandangan, apa lagi jika berkaitan dengan pandangan seorang laki-laki kepada perempuan, begitu pun sebaliknya" ucap Saga.
Nada pun menautkan kedua alisnya.
"Mata itu kunci hati, dan pandangan adalah jalan untuk membawa fitnah dan sampai ke perbuatan zina, saya tidak ingin kalau-kalau itu terjadi pada saya. Saya berusaha sebisa mungkin menjaga pandangan saya dari kamu san juga perempuan lain saat itu" tuturnya lagi. "Tapi sekarang sudah beda, kamu mahram saya dan begitu pula saya yang juga mahramnya kamu. Bahkan saya bisa berbuat lebih dari sekedar memandang, karena itu hak saya, malah akan jadi pahala jika kita melakukannya, karena saya sudah menjadi suami kamu sekarang" lanjutnya.
Nada benar-benar takjub oleh pria yang resmi menjadi suaminya mulai dari kemarin. Begitu baiknya dia menjaga pandangannya dari yang bukan muhrimnya. "Memang bener ya Om yang di bilang papa Om bakalan jadi imam yang baik buat aku."
"Insyaallah, semoga begitu."
"ehm, melakukan lebih dari sekedar memandang itu gimna Om maksudnya?"
Saga hanya diam tidak menjawab.
Nada yang tau bakalan di cuekin menatap sekeliling ruangan itu, "Om kamar Nada mana?"
"Disini" pekik Saga.
Nada menatap sekitar. Melihat di rumah itu ada 2 kamar. "berarti Om Saga tidurnya dikamar satu lagi?"
Saga menggeleng "gak, itu untuk ruang kerja saya."
"Jadi Om Saga tidurnya dimana?"
"Ya di sinilah, masa saya di halaman."
Nada membulatkan matanya sempurna. "Jadi kita tidur satu kamar lagi" tanya Nada.
"Iya memangnya kenapa? Kamu gak mau?"
"Bukan begitu, tapi kayaknya Om gak nyaman sama aku" ucap Nada sambil menundukan kepalanya.
"Bukannya kamu yang gak bisa tidur tadi malam, kenapa jadi saya yang di bilang gak nyaman?" Saga bersedekap.
Skakmat !!
Nada tidak mungkin berkata jujur kepada Saga, kalau dia terlalu canggung dan berdebar karena satu kamar dengannya.
Malam hari pun tiba, Nada juga sudah menyiapkan makan malam di meja makan. Nada memanggil Saga yang sedari tadi berada di kamar entah sedang apa.
"Om makan malamnya uda siap" ucap Nada.
Saga pun keluar dari dalam kamar.
"Masak apa kamu?" tanya Saga, sambil berjalan menuju meja makan.
"Ayam goreng sama tumis kangkung" Nada pun menarik bangku untuk ia duduki.
Tok! tok! tok!
Seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
"Assalamualaikum" salam mereka.
Nada bangkit dan membuka pintu "waalaikumsalam" jawab Nada.
"Eh mbak Ajeng" ucap Nada spontan, melihat Ajeng dan suami datang berkunjung.
"Hai Nada, eh sekarang udah jadi buk Saga ya" sapanya, sambil bergurau.
Nada pun terkekeh. " eh silakan masuk mas, mbak" ucap Nada sambil memberi jalan.
Mereka pun Nada ajak duduk bersama di meja makan.
"Eh mas Gibran sama Mbak Ajeng toh rupanya. Duduk-duduk mas, mbak. Ikut makan malam sama kita" ucap Saga dengan ramahnya.
"Maaf ya Nada, kita jadi ngerepotin" ucap Ajeng tak enak.
"Gak papa kok mbak, santai aja" Nada pun menoleh ke arah Saga "mas mau makan apa?" Tanya Nada dengan mencoba memanggil Saga dengan sebutan mas.
Saga yang mendengar Nada memanggil dengan sebutan 'mas' itu pun langsung menoleh menatap istrinya yang tepat duduk di sebelahnya.
Nada mencoba memejamkan matanya memberi isyarat, Saga pun paham.
"Ayam goreng, sama tumis kangkung."
"Nasinya segini cukup?" tanya Nada lagi.
Saga pun menganggukkan kepalanya, Nada pun mengambilkan lauk untuk Saga dan memberikan pada sang empunya.
"Makasih" ucap Saga setelah menerima makanannya.
"sama-sama."
Mereka pun makan bersama dengan senang. Gibran dan Ajeng juga begitu.
Setelah selesai makan Nada & Ajeng mencuci piring di dapur, Ajeng ini orangnya ramah dan baik.
"Maaf loh Nad, saya jadi ngerepotin kamu" ucap Ajeng yang masih sungkan.
"Iih gak papa lo mbak, saya juga seneng mbak Ajeng Dateng kemari. Jadi gak sunyi-sunyi amat."
Mereka pun menyelesaikan cuci piring mereka dan pergi ke ruang tamu untuk bergabung dengan suami mereka yang sedang asyik berbincang disana.
"Kita kemari sebenarnya mau bantuin kalian pindahan, ehh ternyata uda siap. Kalian yang kerjain berdua?" tanya gibran.
"Ya iyalah mas, siapa lagi?" ucap Saga.
Gibran pun menganggukkan kepalanya.
"Cuti berapa lama kamu?" tanya gibran lagi.
"Eumm...lusa saya uda masuk" jawab Saga.
"Cepet banget kamu cuti."
"Lama-lama cuti juga ngapain mas? Udah biasa kerja cuti lama kayaknya gak enak."
"Ya tempur di rumah sama istri dong" ucap gibran, Ajeng pun menyenggol suaminya itu yang omongannya malah kemana-mana.
Nada si anak sok polos itu mengerti apa yang gibran bicarakan. Ia pun tersenyum garing dan duduk diam di samping Saga.
"Jadi kuliah kamu gimana Nad aman?" tanya Ajeng mengalihkan pembicaraan.
"Aman mbak" ucap Nada.
Hari semakin larut. Gibran dan Ajeng pun pamit pulang. "Kita pamit pulang dulu, uda malam banget ni, anak-anak juga di tinggal dirumah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Akhirnya Gibran dan Ajeng sudah pergi, rumah kembali menjadi sunyi. Saga pun mengunci pintu, sementara Nada sudah masuk ke kamar duluan dan di susul oleh Saga. Mereka kembali canggung.
Nada kembali tidak bisa memejamkan matanya, ia mengambil laptopnya melihat tugas-tugas kuliahnya.
Sementara Saga dia sedang merapikan selimut, pria itu akan tidur di bawah, tidak di atas ranjang lagi.
"Tidur kamu, jangan malah bergadang lagi" ucap Saga sambil melirik istrinya yang memainkan laptopnya.
"Iya om, masih periksa tugas kuliah dulu, entar kalau masuk, tugas kuliah aku ternyata belum selesai."
Saga membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
setelah beberapa menit, Nada pun menutup laptopnya dan melihat Saga lagi-lagi sudah tidur duluan.
Tapi syukurlah mata Nada malam ini terasa mengantuk karena mungkin kelelahan baru selesai pindahan. Nada akhirnya pun tertidur.