Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lari pagi
Rani sedang sibuk memasak saat putri kecilnya menelponnya,
" Kemana saja dengan pak dhe?"
" ke kebun binatang, terus beli baju di mall..!" suara Tia terdengar begitu ceria.
" Tidak boleh main terus ya, kasihan pak dhe sama budhe.."
" iya iya bunda.." ujar Tia, lalu telfon itu diambil alih oleh Yudi.
Yudi memberitahu bahwa Hanum datang lagi,
namun Yudi memberi tau sayangnya Rani sudah kembali.
Mendengar itu Rani menghela nafas berat, benarlah dirinya segera pulang, kalau tidak, keluarga itu akan semakin mendesakkan diri mereka kepada Rani.
Bagi Rani, mendesak bagaimanapun rasanya percuma, karena si empunya sendiri tidak pernah berusaha mencari Rani sekalipun.
Setelah selesai dengan semua kesibukannya dirumah Rani mengeluarkan motornya, ia berniat untuk pergi kerumah kepala sekolah.
Tiara sudah Lulus dari TK, jadi Rani berniat untuk memasukkan ke sekolah tempatnya mengajar.
Di tengah perjalanannya Rani terhenti, di area persawahan terlihat seseorang yang ia kenal.
" Pak Ruri?!" panggilnya pada seorang lelaki yang sedang sibuk memanen tomat.
" Lho?! Katanya ke surabaya?! Sudah pulang bu?!" sahut Ruri meninggalkan tomat tomatnya dan berjalan mendekat ke jalan.
Keduanya bersalaman,
" Minggu depan kesana lagi, mengambil Tiara.." jawab Rani tersenyum,
" oh, Tiara liburan disana.. Lalu bagaimana? Jadi sekolah di tempat kita?" tanya laki laki bertampang manis dan masih bujang itu.
" Jadilah pak, ini mau kerumah kepala sekolah.."
" bukannya kepala sekolah juga masih di luar kota ya, sebelum liburan beliau bilang kan?"
" Ah, yang benar.. Apa saya ngelamun ya waktu kepala sekolah bicara begitu?"
" sepertinya sedang di kantin dengan bu diah..",
mendengar itu Rani tertawa,
" owalah.. Ya sudah kalau begitu pak, saya jalan saja ke tempat bu diah langsung, mau nitip berkas berkasnya Tiara.."
" Lho, sini dulu, bawa tomat?!"
" tidak usah pak, Tiara tidak dirumah, saya jarang masak.."
" sudah, bawa saja.. Beri pada mak Dar juga boleh.. Atau di jus, biar kulit bu Rani semakin berseri.." Ruri tertawa, lalu berjalan ke kebun tomat milik bapaknya.
Mengambil tomat satu plastik tanggung, lalu memberikannya pada Rani.
" apa tidak rugi panennya kalau di beri pada saya sebegini banyak?" tanya Rani,
" Tidaklah bu, malah rejeki saya akan semakin banyak..!"
" Aminnn.. Terimakasih ya pak?"
" terimakasih kembali bu, jangan lupa.. mampir kalau lihat saya di kebun lagi, habisnya saya mau main kerumah bu Rani sungkan, harus bawa bu diah dulu.."
mendengar itu Rani tertawa, pak Ruri memang pernah mengatakan suka padanya dulu, tapi Rani hanya mau berkomitmen sebagai teman.
" Main kerumah sebagai teman tidak masalah pak.. Sebagai teman lhoo..."
" Iya sebagai teman, asal jangan di akui sebagai saudara saja, saya tidak mau.."
keduanya tertawa, dan Rani pamit untuk melanjutkan perjalanannya kerumah bu diah.
Langit masih petang saat Rani keluar dari rumahnya.
Ia lari kecil seperti biasanya.
jika sebelumnya seminggu atau dua minggu sekali, dan hanya di lakukan nya saat libur,
seminggu ini dia melakukannya lebih sering,
selain karena liburan sekolah, Tiara juga sedang tidak ada.
Kirani lari menanjak, melewati villa gerbang villa seperti biasanya.
Namun pagi ini berbeda,
Gerbang villa itu sedikit terbuka, hingga ia bisa melihat betapa cantiknya bentuk villa itu di sertai lampu lampu yang mengelilinginya.
Rani meneruskan larinya, tak mau terlena dengan apa yang ia lihat.
" Orang kaya selalu bisa mewujudkan apa yang mereka inginkan.." ucap Rani dalam hati.
Diam diam dirinya kembali pada masa lalu.
Bagaimana Hangga yang acuh itu memandangnya,
saat itu adalah pertama kalinya Rani berkunjung, dan di perkenalkan sebagai kekasih Genta.
Tidak ada senyum ramah, tidak ada basa basi, laki laki itu hanya bersalaman, menyebutkan namanya dan pergi.
Begitu juga pertemuan selanjutnya, hingga pernikahan Rani dan Genta di tentukan pun, tak pernah sekalipun Hangga memanggilnya mbak atau apalah.
Sebagai kekasih Genta saat itu, Rani diam diam suka kesal, namun juga penasaran, baru pertama kali dia melihat laki laki se diam itu,
entah pendiam, atau memang tidak suka dengan kehadiran Rani, Rani tidak tau.
Kabut tipis turun saat Rani sampai ke tempat yang lebih tinggi,
dari kejauhan terlihat sosok yang sedang berlari turun, berlawanan arah dengan Rani.
Rani tidak bisa melihat dengan jelas itu siapa, tampaknya laki laki karena perawakannya tegap dan tinggi.
Dari kejauhan wajahnya tersembunyi di balik topi jaket yang berwarna hitam itu.
" Tumben sekali.." batin Rani, karena selama bertahun tahun disini baru sekarang ia berjumpa dengan orang yang lari pagi.
Sosok laki laki berjaket hitam itu terus berlari turun, sementara kabut seperti mengejarnya.
Rani pun begitu, ia terus berlari kecil sembari menanjak, sehingga sosok laki laki itu semakin dekat.
Entah kenapa, saat Rani berhenti untuk berlari dan memutuskan berjalan karena di rasa semakin berat,
sosok laki laki itu juga menghentikan larinya, ia berjalan tenang.
Saat keduanya berpapasan, Rani yang biasanya memang menyapa siapa saja itu, tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya tanpa memandang wajah demi kesopanan, setelah itu Rani terus berjalan.
Namun langkah laki laki berjaket hitam itu terhenti tiba tiba,
Laki laki itu lama mematung memperhatikan Rani yang terus jalan ke atas.
" Kirani..!" Rani sontak menghentikan langkahnya mendengar namanya di panggil, dan suara itu.. Kenapa familiar sekali?.
Dengan perasaan was was Rani menoleh, ia takut, jangan jangan orang jahat, mana masih subuh dan sedari tadi tidak ada orang lewat, pikir Rani.
Namun betapa terkejutnya Rani saat sosok laki laki itu membuka penutup kepalanya, sehingga wajahnya terlihat dengan jelas.
" Benar itu kau Ran?" terdengar lagi suara laki laki itu,
Rani terpaku, tak percaya dengan apa yang ia lihat.
" Ini aku.. Hangga.." imbuh laki laki itu melangkah mendekat.
.....