banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"bergerak secepatnya tanpa ada yang merasa curiga. Ingat bawa wanita itu dengan utuh tanpa cacat sedikit pun". Perintahnya pada beberapa anak buahnya yang sedang berdiri menghadap kearahnya.
"Baik tuan".
Sesuai perintah mereka segera mendatangi rumah sederhana yang menjadi incarannya, saat ini memang nampak sepi sekali membuat orang-orang itu bergerak leluasa karena memang sudah tengah malam para warga dikampung itu dipastikan sudah tidur.
"Cepat masuk ke kamarnya". Ujar pria itu memakai baju hitam.
Saat masuk mereka tak menemukan wanita yang dicarinya bahkan tempat tidur itu seperti tidak pernah disentuh sama sekali oleh pemiliknya. "Apa kita salah rumah ?". Ucapnya pada yang lain.
"Tidak mungkin aku sudah memantaunya, dia memang tinggal disini".
Bugh
Bugh
Bugh
Suara pukulan tepat mengenai kepala mereka, ada beberapa orang yang memang sudah memantau mereka yang sejak tadi masuk kerumah itu.
Akhirnya perkelahian terjadi dalam rumah itu beberapa kali pukulan dan baju hantam terjadi didalam sana membuat sang musuh akhirnya tumbang, bagaimana tidak mereka berjumlah lima orang sedangkan pihak lawannya berjumlah lima orang.
"Cepat bawa mereka ke markas" ujar Samuel memerintahkan anak buahnya menyeret para musuh.
Yah yang menghajar mereka adalah anak buah samuel atas suruhan dari William, sebelum memang William telah membawa Zahra dan juga Bu idah pergi dari rumah itu walaupun Zahra kekeh tidak mau mengikuti William tapi berkat opa Jastib wanita itu mau ikut.
Flashback
"Cepat kemasi barang-barang mu, kita akan pergi dari sini secepatnya sebelum orang yang ingin mencelakai mu datang". Ujar William menatap Zahra. Setelah diusir oleh Zahra pria itu kembali ketika menjelang sore hari karena memang sudah mengetahui jika pihak musuh akan bergerak mala hari.
Zahra terlihat geram akan tindakan William yang tak tahu malu "bagaimana Anda bisa masuk dalam rumah ku!!. Dan siapa juga yang aka ikut dengan Anda. Orang yang akan mencelakakan saya itu anda tuan William Alexander". Kata Zahra menatap sengit William. Dia tidak ingin lagi berurusan dengan pria itu apalagi ikut dengannya.
"Aku mohon tolong percaya kali ini sama aku Zahra, ini menyangkut masalah keselamatan kamu. Kamu tahu bagaimana susahnya aku menemukan mu ? Setelah kamu pergi dari rumah hari-hari ku begitu hampa hanya ada penyesalan yang menghantuiku setiap saat. Sungguh aku sangat menyesali perbuatan ku dulu. Tolong maafkan aku". Kali ini William sudah meneteskan air matanya bahkan dia bersujud didepan kaki Zahra menumpahkan segala keresahannya selama ini.
Zahra yang melihat itu memalingkan wajahnya, entah kenapa hatinya sakit melihat William bersujud didepan kakinya. Apa ini bawaan bayi yang memang ingin berdekatan dengan ayahnya.
Zahra memang melihat banyak perubahan pada pria itu, bahkan wajahnya seperti tak terurus, rambut panjang, kumis tipis dan juga janggut yang mulai lebat di dagunya. Pria itu bahkan terlihat sangat dewasa dengan usianya.
Bu idah yang melihat pria itu menangis entah kenapa merasa kasihan tapi dia segera menggeleng kepalanya. Disinilah Zahra yang harus dikasihani gara-gara pria itu zahra bahkan tak menikmati masa mudanya.
Dari arah luar Jastib dan Bram, ketukan tongkat nya begitu terdengar jelas membuat Zahra mengalihkan perhatiannya. Dia baru pertama kali melihat kakek tua itu karena sebelumnya dia memang tak terlalu mengetahui keluarga William.
"Nak Zahra perkenalkan aku kakek dari anak bodoh ini. Benar apa yang dikatakan William kalau musuh keluarga kakek sedang mengincar kamu jadi tolong ikut dengan kami dulu sampai situasi aman". Jelas Jastib kemudian memberika perintah pada bram agar memberika bukti jika memang perkataan nya benar.
"Bram lakukan tugas mu". Perintahnya.
"Baik tuan". Bram segera memberikan bukti itu pada Zahra.
"Lihatlah Nina Zahra, bukan kah ini saudari angkat anda ? Pria tua itu sudah memungut saudari anda karena memang terlebih dahulu menyelidikinya dan sekarang dia mengincar anda karena anda sudah menjadi bagian keluarga Alexander. Kemungkinan besar saudari anda akan kembali lagi ke Indonesia untuk mengacau semua nya. Anda taukan maksud saya nona ? Tanpa dijelaskan pun saya yakin jika anda paham akan hal ini karena anda orang yang cerdas bahkan mendapat gelar cumlaude". Bram menjelaskan semua tanpa dia tutup-tutupi karena memang itu perintah dari tuannya.
Zahra sempat terkejut akan Bram yang tau mengenai kehidupannnya tapi segera mungkin kembali menetralkan wajahnya karena dia yakin jika Bram telah menyelidiki nya sampai ke akar-akarnya.
Zahra nenatap Bu idah yang sedari tadi hanya diam, Bu idah hanya mengangguk karena yang terpenting adalah keselamatan anaknya itu.
Helaan nafas keluar dari bibir mungilnya "baik saya akan ikut tapi bukan di rumah dia". Kata Zahra menunjuk William yang masih duduk dilantai.
"Baik, memang kamu tidak usah pulang ke rumah anak bodoh ini. Kamu akan pulang kerumah mertua mu". Ucap Jastib mencibir cucunya.
"Opa...".
"Kenapa ? Cepat kamu bantu istrimu bawa barang-barang nya masuk kemobil ku. Dasar cucu tida berguna". Jastib segera meninggalkan mereka diikuti oleh Bram.
Ketika sampai diluar para warga suda berkumpul heboh melihat mobil yang terparkir di depan rumah Zahra apalagi mobil itu begitu mewah.
Zahra dan Bu idah kini keluar dari ruma di ikuti oleh William di belakangnya. Kedua wanita itu terkejut karena melihat warga berkumpul disana.
"Ada apa ini neng Zahra ? Apa neng Zahra akan pergi dari sini ?". Tanya pak RT mewakili semua warga nya
Zahra menghela nafas dalam "maaf yah pak RT dan warga lainnya. Nanti saya akan jelaskan jika pulang lagi kesini karena keadaannya sekarang saya tidak mampu untuk menjelaskan lebih detail".
Pak RT mengangguk mengerti, mereka memberikan jalan pada Zahra kemudian masuk dalam mobil bersama Bu idah, mobil melaju meninggalkan kampung itu sedangkan Bram masih tinggal disana untuk menjelaskan pada beberapa warga disekitar termasuk pak RT.
Flashback off
Kini Zahra suda berada dikediaman orang tua William, mereka semua tengah berkumpul meja makan. Zahra sedikit canggung apalagi keluarga william sangat baik padanya tapi William begitu kejam.
"Halo Zahra, kenalin aku Clara ounty dari anak bodoh itu". Sapa Clara denga senyum manis.
"Maaf ya tadi ounty tidak meyambut mu karena ounty sedang ada urusan diluar". Sambungnya lagi.
"Tidak apa-apa ounty". Kata Zahra tersenyum canggung.
"Tak perlu canggung begitu. Kami berpihak padamu. Walaupun kami keluarga William tapi kami lebih menyayangi kamu". Clara mengelus pucuk kepala Zahra.
"Besok kita jalan-jalan yah". Kat Clara Kembali.
"Jangan dulu mengajak Zahra keluar clar, kamu tahukan diluar sana mereka mencarinya biarkan dulu masalah ini selesai". Ujar Oma Farah menatap anak bungsunya itu.
"Iya mommy ihh. Tua Bangka sialan itu menyusahkan saja". Kesal nya menusuk-nusuk makanya pakai garpu.
"Zahra cucuku, jangan sungkan yah sayang, maaf kalau kami membawa mu kemari dengan paksa ini semua demi keselamatan kamu sayang". Oma Farah tersenyum lembut pada Zahra. Zahra hanya mengangguk tak tahu harus mengatakan apa.
Sedangkan Bu idah sibuk didapur. Padahal Zahra sudah melarangnya juga orang-orang disana tapi wanita paru baya itu tetap ngeyel karena merasa sungkan.
Sedangkan orang tua William masih terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun, entah kenapa mereka sangat bersalah atas apa yang menimpa Zahra selama ini. William adalah anaknya tentu dia tak enak pada Zahra padahal kedua orang tua William begitu menyayangi nya.
Bersambung...