Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Haiii... Ra, bareng sama aku yuk." ajak Bagas yang memang benar ingin ugal ugalan mendekati Sabira, mendekati dengan cara kalem sudah di lakukan, tapi itu tidak mempan, jadi mulai sekarang Bagas akan mengejar cinta gadis cantik itu secara brutal.
Dia tidak ingin kehilangan gadis cantik itu, apa lagi setelah melihat Sabira yang di perlakukan mesra oleh Devan saja membuat hati Bagas memanas, secara Devan adalah abang Sabira yang baru dia ketahui, lalu bagaimana jadinya klau gadis cantik itu di miliki oleh laki laki lain, oohh... Tidak akan Bagas biarkan itu terjadi, cukup dia melihat Sabira di perlakukan manis oleh abang kandungnya saja, tidak dengan laki laki lain.
Sabira mengerutkan dahinya heran, ada apa dengan ketua OSIS sekaligus Ketua basket itu bersikap manis kepadanya, yang dia tau laki laki itu sangat cool dan berbicara seperlunya.
"Kok diam." tanya Bagas melambaikan tangannya ke arah wajah Sabira yang sedang melamun itu.
"Ha..." kaget Sabira semakin kaget melihat senyum menawan di bibir Bagas.
"Ha he ha he... Kenapa tiba tiba jadi gagu hm... " tanya Bagas dengan suara lembut dan tak ada lagi wajah cool cowok tampan itu, yang ada seperti cowok play boy, yang tebar pesona sama banyak gadis, membuat Sabira bergidik ngeri.
"Kamu kenapa? " bukan menjawab pertanyaan Bagas, justru Sabira balik bertanya.
"Aku nggak kenapa napa, biasa aja." kekeh Bagas, sebenarnya dia juga merasa aneh dengan dirinya yang di luar kebiasaannya ini, tapi mau bagaimana lagi, demi mengejar cinta pujaan hatinya itu, Bagas rela melakukan apa pun.
"Kamu aneh, bikin aku takut." celetuk Sabira yang tidak bisa menahan rasa penasarannya..
"Hahaha... Aku juga merasa begitu, tapi bagaimana lagi, demi mengejar cinta pujaan hati ku, aku rela melakukannya." kekeh Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Sabira melongo mendengar ucapan Bagas itu.
"Ya sudah kejar saja sana pujaan hati kamu, jangan di praktekin sama aku, ngeri tau." oceh Sabira.
"Lah, yang mau aku kejar itu kamu, kenapa harus sama orang lain." kekeh Bagas.
"Maksudnya? " kaget Sabira.
"Dengar, nona cantik, pujaan hati yang mau aku kejar itu ya kamu, bukan orang lain, sudah lama aku menunjukan rasa suka ku sama kamu, tapi kamu acuh saja, kamu nggak peka." cebik Bagas.
"Haaa..." kaget Sabira, dan entah kenapa di hati Sabira seperti ada kupu kupu yang beterbangan, mendengar ungkapan perasaan Bagas tersebut, padahal sudah banyak laki laki yang menyatakan cinta kepada Sabira, namun gadis itu biasa saja, dan menolaknya dengan halus.
Tapi, kenapa dengan laki laki yang ada di depannya itu, membuat jantung Sabira berdetak lebih kencang.
"Apa sih, nggak jelas." jutek Sabira dengab wajah yang memerah.
Senyum Bagas lansung terkembang lebar melihat wajah malu Sabira.
Ha... Andai dia tau, mendekati Sabira perlu menjadi sedikit brutal, sudah dari dulu dia lakukan, tapi ya sudahlah, mungkin baru ini kesempatannya.
"Kurang jelas ya, baiklah. Haii... Nona Sabira yang cantik dan baik hati, perkenalkan, aku Bagas putra Atmaja, laki laki tampan, baik hati dan tidak sombong, mau kah kamu menjadi ke kasih ku, karena aku sangat menyukai dirimu, bila perlu kita lansung menikah saja, tidak perlu berpacaran." ucap Bagas dengan lugas, dan setelah mengucapkan kata kata itu, dia kembali dengan senyum Devilnya.
"Cie.... Cie... Bira di tembak." goda Tuti entah sejak kapan gadis itu berada di sana.
"Mati dong." kekeh Rendi yang ternyata juga ada di sana.
"Kalian." kaget Sabira, sungguh dia malu saat ini, karena kepergok oleh sahabatnya.
"Terima dong Ra, jangan di tolak, cowok tertampan dan populer loh di sekolah kita, banyak ciwi ciwi di sekolah kita yang mau jadi pacar ketos kita ini, tapi dia tolak, malah dia malah suka sama kamu." tuti yang mendukung Bagas.
"Benar Ra, nggak rugi kamu pacaran sama dia, coba aja dulu, klau nggak suka tinggal ganti yang baru." kekeh Rendi dengan konyolnya.
"Loe pikir gue barang yang bisa di tukar tambah." kesal Bagas menatap Rendi.
"Santai dong Bro, gue lagi bantuin loe ini." kekeh Rendi, dengan wajah tengilnya.
Bagas mendengus kesal melihat tingkah konyol Rendi itu.
"Gimana Ra? " tanya Tuti.
"Gimana apanya? " heran Sabira.
"Di Terima nggak ketua OSIS kita ini? " desak Tuti.
"Nggak tau ah... Pusing." keluh Sabira yang tiba tiba pusing mendengar lamaran nyeleneh Bagas itu.
"Lah kok pusing sih, tinggal jawab " iya" apa susahnya." omel Tuti.
"Nanti aja lah, yuk... Berangkat, nanti kita telat loh." ajak Sabira yang menghindar dari Bagas.
"Ohhh... Tidak bisa, aku berangkat sama Rendi, bye... Sampai jumpa di sekolah.
" Ya... Tut...." pekik Sabira.
"Bye Ra, Jangan lupa PJnya ya." goda Rendi memboncengi Tuti.
"Yaa.... Kalian ngeselin." pekik Sabira menahan sebel kepada ke dua sahabatnya itu.
Bagas tersenyum puas, ternyata ke dua sahabat Sabira itu sangat pengertian, sepertinya nanti Bagas akan mentraktir mereka berdua.
"Gimana Ra? " tanya Bagas dengan senyum manisnya.
"Apanya?! " sewot Sabira dengan gelisah.
Tentu saja tingkah Sabira itu sangat lucu di mata Bagas.
"Kamu Terima perasaan aku, kan? " ujar Bagas.
"Aku..."
"Jawabannya harus iya pokoknya, Deal. Sekarang kita jadian." paksa Bagas.
"Apaan sih, nggak lucu." ketus Sabira.
"Menang nggak ada yang ngelawak, sayang. Jadi nggak lucu." kekeh Bagas.
Blus....
Wajah Sabira lansung merona seperti kepiting rebus.
"Cie.... Yang salting." goda Bagas.
"Apa sih." kesal Sabira lalu melangkah meninggalkan Bagas.
"Haii... Mau kemana cinta, bareng sama mas pacar aja, jangan jalan kaki, nanti betis kamu gede loh." goda Bagas.
"Jauh jauh sana! ngapain ngikutin aku." kesal Sabira karena di peper terus oleh Bagas dengan motor ducatinya.
"Naik ke motor ku sendiri, atau mau di gendong." ancam Bagas dengan senyumnya penuh artinya.
"Situ ngancem. " omel Sabira.
"Nggak juga." acuh Bagas menarik tangan Sabira.
"Haiii... Lepasin tangan aku. " kesal Sabira.
"Aku lepasin, tapi naik ke atas motor." ucap Bagas dengan nada lembut tapi penuh perintah.
"Iya iya, dasar pemaksa." cemberut Sabira
Bagas hanya terkekeh dengan wajah kesal pujaan hatinya itu, walau pun kesal, tapi Sabira tetap naik ke atas jok motornya.
"Pegangan" pinta Bagas.
"Nggak mau." tolak Sabira ketus.
Dengan isengnya Bagas mempermainkan Gas, dan berakhir Sabira memeluk tubuh kelar lali laki tampan itu.
Dengan cepat Sabira melepaskan tanganya, namun sayang seribu sayang, kecepatan Sabira kalah sama kecepatan Bagas, dengan sengaja Bagas memegang tangan Sabira yang berada di perutnya, dan sebelah lagi memegang stang motor.
"Lepas ih." kesal Sabira.
"Nggak mau, begini aja biar kelihatan romantis." tolak Bagas.
"Nanti kita jatoh loh, kamu menggang stang sebelah tangan." kesal Sabira.
"Santai aja, aman kok." sahut Bagas.
Sabira hanya bisa pasrah, percuma juga bicara nggak bakal di dengar sama laki laki yang sedang dia peluk ini.
Sementara Bagas terus mengembangkan senyumnya di balik helmnya, akhirnya dia bisa menaklukkan wanita cantik itu, walau gadis itu dengan sangat terpaksa mengikutinya, nggak masalah bagi Bagas.
Bersambung....
Haii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘 mamak doble up hari ini, semoga kalian suka.
nunggu besok deh/Smug/