Terpaksa Menikahimu
Anak perempuan itu erat memegang tangan ibunya, dengan wajah masih di penuhi kantuk ia berjalan turun dari kereta api yang mereka tumpangi.
" Bunda.. kita masih lama ya sampainya?" tanya anak perempuan yang masih berusia enam tahun itu.
" Sebentar lagi sayang.. kita tunggu pak dhe Yudi menjemput kita ya?" jawab si ibu sembari tersenyum.
Sudah hampir tujuh tahun kota ini ia tinggalkan.
Masih saja panas dan macet dimana mana.
" Ran?!" panggil seorang laki laki yang tingginya sekitar seratus tujuh puluh senti itu, kulitnya bersih dan berkaos biru langit, ia berjalan mendekat ke arah ibu muda dan seorang putrinya yang terlihat memang sedang menunggu kedatangannya.
" Wes suwe?" tanya laki laki itu ketika sudah berhadapan,
" tidak mas, aku dan Tia juga baru saja turun.."
" baguslah, nah.. kita pulang ya?" Yudi jongkok, menyapa gadis kecil yang sedari tadi menatapnya.
" Salim sayang.. Ini pak dhe Yudi, kakak bunda.."
Mendengar kata kata bundanya, tia meraih tangan Yudi dan menciumnya.
Melihat itu Yudi tersenyum, senyum yang mengandung kesedihan jug kebahagiaan.
" Gendong pak dhe ya?" tanya Yudi lembut,
Tia mendongak ke atas, melihat ibunya,
" Kita beli kue dan mainan nanti di jalan.. Oke?" imbuh Yudi tidak menginginkan penolakan.
Mendengar tawaran Yudi, tanpa menunggu persetujuan ibunya Tia mengangguk dengan cepat.
Melihat itu tentu saja Yudi langsung tersenyum dan segera menggendong keponakannya itu.
Disepanjang jalan, mata Tia terus memperhatikan jalan,
Begitu pula dengan ibunya.
Enam tahun bukanlah waktu yang sebentar, mungkin saja sudah banyak yang berubah dikota tempat kelahirannya ini.
" Surabaya banyak berubah ya mas.. banyak bangunan bangunan tinggi sekarang.." ujar perempuan itu,
" dari dulu juga sudah banyak.." jawab Yudi sembari menyetir.
" memang, tapi sekarang jauh lebih banyak.. Kendaraan Pun sungguh padat.."
" memangnya di kota yang kau tinggali tidak padat?"
" pinggiran kota, cukup ramai.. Namun masih banyak lahan lahan kosong..
Hanya di musim liburan seperti ini saja situasi padat, penuh dengan bis bis di jalanan, karena perkembangan pariwisata disana cukup baik..",
" Kapan kapan aku akan mengajak mbak mu kesana Ran..
Tapi kau harus mengajak kami keliling.."
" tentu saja mas, asal musim liburan ya..
tau sendiri adik mas ini harus kerja sembari mengurus anak..".
Mendengar itu Yudi menghela nafas berat,
" kenapa kau tidak pindah saja kesini bersama kami,
Setidaknya ada aku dan mbakmu yang bisa membantu merawat Tia.." ujar Yudi terdengar berhati hati, ia tidak mau membangkitkan luka adiknya.
" Tidak mas.. Aku dan Tiara sudah nyaman hidup disana, jauh dari keramaian dan keruwetan..
Toh ada mak Dar yang masih kuat menjaga Tiara.."
mendengar itu Yudi diam, meski banyak yang ingin di ucapkannya, tapi dia lebih memilih diam dan tidak mau lagi memperpanjang pembicaraannya.
Mobil minibus hitam milik Yudi berhenti di depan rumah,
Rumah bercat putih dan berjendela besar,
Rumah dimana masa kecil sampai usia remaja di habiskan disana.
" Kirani..!" sambut sang kakak ipar keluar dari dalam rumah.
" Mbak Rinta..!" keduanya saling memanggil, dan saling berpelukan.
" Benar benar kau ya Ran.. Akhirnya aku melihatmu juga setelah enam tahun..!" omel Rinta,
" Kan aku sering vidio call mbak.." Kirani tersenyum,
" aduh vidio call tidak bisa mengalahkan pertemuan!".
Tia yang berada di gendongan Yudi hanya menatap saja, ia terlihat bingung melihat ibu dan budhenya ber bicang.
" Lhooo?! Tiara sayang??! Sini gendong budhe, pasti sudah lapar? Kita makan ya?!" Rinta berpindah pada Tiara, ingin mengambil Tiara dari gendongan Yudi, namun Yudi rupanya tidak rela.
" Biarkan ku gendong lebih lama, aku rindu padanya, kau siapkan makanan saja.. Mereka sudah lapar.." ujar Yudi membuat istrinya itu mengangguk,
" Ya sudah, ayo masuk masuk, sudah kusiapkan kamar untuk kalian..!" Rinta menarik tangan adik iparnya yang biasa, di panggil Rani itu dengan semangat.
Rani memasuki Kamarnya, kamar semasa ia masih kecil dan masih gadis,
Semua masih sama,
Tempat tidur yang berukuran sedang, dan lemari kayu berpintu dua dan terdapat kaca yang lebar di salah satu pintunya.
Di taruh travel bag nya, dan berjalan kearah jendela,
Di bukanya kelambu berwarna putih itu,
Sehingga terlihat bunga bunga yang sengaja di tanam Rinta disamping rumah.
Rani tiba tiba menghela nafas, ingatan ingatan lamanya tiba tiba saja datang menyerbu dan membuat dadanya sesak.
" Genta tidak ada nduk.. dia.. Dia lari.." masih begitu segar di ingatannya, kalimat demi kalimat ibu genta.
Ia juga masih ingat benar, betapa marahnya Yudi saat itu, ia mengamuk sejadi jadinya, bahkan hampir membawa Rani pergi dari kediaman keluarga genta dengan memakai kebaya pengantin lengkap.
Bagaimana tidak..
Akad nikah akan di laksanakan satu jam lagi, semua tamu undangan sudah duduk dan berjajar rapi di tenda panjang yang sudah di sediakan,
Tapi pengantin laki lakinya malah tiba tiba tidak ada.
Hilang begitu saja di telan bumi.
" Untuk menghindari malu, dan anggap saja ini sebagai bentuk tanggung jawab kami padamu,
tolong biarkan Hangga yang menggantikan Genta nduk.. Biar Hangga yang mengambil tanggung jawab ini..",
Ucap ibu Genta saat semua orang sudah frustasi dan buntu.
Begitu pula dengan Rani, ia seperti tubuh yang kosong, perasaannya benar benar hancur, sampai sampai air mata tak menitik setetes pun.
Herannya, Hangga yang pendiam dan terbiasa acuh tak acuh kepadanya itu tiba tiba saja menjadi sosok penolong, ia menggantikan kakaknya dengan rela, meski terlihat jelas kebingungan dan keterkejutan di matanya, namun segera di usir kebingungan itu demi menjaga nama baik orang tuanya.
Semua di laksanakan dengan buru buru oleh Hangga, hingga akad berjalan dengan sukses.
Cukup sukses dan lancar untuk ukuran orang yang baru saja menghafal kalimat ijab qobul.
Rani bahkan lupa, kapan Hangga memasangkan cincin di tangannya, karena semua terjadi begitu cepat, seperti mengapung di udara begitu saja.
Dan entah kapan pula Rani berjalan ke kursi dekor pengantin, tau tau dia sudah duduk saja berdampingan dengan Hangga.
" Apa yang sedang kau lamun kan?" suara Yudi memecah keheningan di kamar, membuat lamunan Rani buyar.
" Ah, tidak mas.. rindu saja dengan kamar ini.." jawab Rani tersenyum sesegera mungkin.
" yang lalu biarlah berlalu, sekarang makanlah, mbak mu sudah menunggu.." ujar Yudi kemudian berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Moerni zain
Ya ampun... telat baca terakhir Aksara Rani.. trs ni baru ketemu.. salam mbak Ayu /Kiss/
2024-06-04
1
Ketawang
Dari mas Agung & Ajeng lgsung melipir ke sini,...
2024-05-21
1
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sehabis baca kisah Agung Ajeng, melipir kemari
2024-04-24
1