Tahun 4025, dunia hancur akibat ledakan laboratorium ilegal yang menyebarkan virus zombie. 5 tahun berjuang, Lin Zirong mempunyai kekuatan istimewa yaitu tumbuhan dan es dengan level 10, serta ruang angkasa istimewa.
Sayangnya Lin Zirong dikhianati oleh teman dan kekasihnya, ia dijadikan objek penelitian oleh ilmuwan dan pejabat rakus yang haus akan kekuatan luar biasanya.
Dalam keputusasaan dan amarah, ia menggunakan sisa kekuatannya untuk meledakkan laboratorium tersebut, menghancurkan semua orang di dalamnya. Dengan senyuman mengejek terakhir, ia menatap temannya yang panik sebelum segalanya berakhir dalam ledakan besar.
Namun, bukannya mati, Lin Zirong terbangun di tubuh seorang wanita muda, Yu Yuning, yang meninggal dikamar pernikahan, akibat diracun tepat setelah melakukan proses sakral pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelucon Yang Sangat Menghibur
Langit di atas penjara tampak kelabu, seolah turut meratapi nasib mereka yang terperangkap dalam ketidakpastian. Bau lembap bercampur dengan aroma busuk memenuhi ruangan sempit, di mana para wanita keluarga Mu dan Shen duduk berkerumun dalam keadaan lusuh dan putus asa.
Di sudut ruangan, Shen Wei duduk bersandar di dinding batu yang dingin. Matanya yang dulu tajam kini tampak sayu, tetapi di balik sorotannya masih tersimpan percikan kegigihan.
Tak jauh darinya, Mu Wei duduk memeluk lutut. Napasnya tidak teratur, matanya berkaca-kaca. Ia bukan siapa-siapa dalam keluarganya. Ia hanyalah anak selir kedua Mu Ho, seorang pria yang terkenal suka berganti wanita. Sejak kecil, ia terbiasa diabaikan. Bahkan di kediaman Jenderal Shen, ia hampir tak kasat mata. Namun saat ini, ia lebih takut daripada sebelumnya.
"Apakah aku harus kesana?" ucapnya dalam hati.
Dengan gemetar, ia memberanikan diri merangkak mendekati sepupunya. Ia tahu Shen Wei bukan lagi seseorang yang bisa diandalkan, tapi kepada siapa lagi ia harus berlindung?
Mu Wei melangkah ragu mendekati sepupunya. Ia berjongkok tak jauh dari Shen Wei, berusaha menenangkan gemetar di tubuhnya.
"Sepupu..." Mu Wei berbisik dengan suara lirih, seolah takut seseorang akan mendengarnya. "Apakah kita... apakah kita akan dikirim ke tempat hiburan istana?"
Shen Wei hanya menatap kosong ke lantai.
Tiba-tiba, Mu Lang, anak perempuan Mu Ho yang lain, membuka suara. Suaranya gemetar, penuh ketakutan.
"Jika kita pergi ke tempat hiburan istana..." ia menelan ludah, suaranya nyaris berbisik. "Kita akan dipaksa belajar musik, menari, dan menghibur para pejabat. Lalu...""
Ia terdiam, tidak sanggup melanjutkan. Tenggorokannya tercekat, seolah hanya dengan membayangkan nasib mereka sudah cukup untuk membuatnya pingsan.
Di sudut lain ruangan, Yu Yuning yang sejak tadi diam memperhatikan dan mendengar percakapan mereka, akhirnya bersuara.
"Kalian tidak akan pergi ke tempat itu," katanya dengan nada datar, namun cukup jelas untuk didengar semua orang.
Mata Mu Lang dan para gadis lainnya membelalak. Mereka menatap Yuning dengan penuh harap.
Benarkah?
Apakah ini berarti ada jalan keluar?
"Apa maksudmu?" ucap Mu Wei bingung. "Apakah kau akan menyelamatkan kami?" Mu Lang bertanya dengan suara penuh harapan.
Yu Yuning menatap mereka dengan pandangan acuh tak acuh.
"Tidak," jawabnya santai. "Maksudku, kalian tidak akan dikirim ke tempat hiburan istana."
Mu Wei dan para gadis lainnya menatap satu sama lain, kebingungan.
"Kalau bukan ke tempat hiburan istana... lalu ke mana?" Mu Lang bertanya hati-hati.
Yuning menghela napas panjang sebelum menjawab.
"Kalian akan diasingkan ke tempat prajurit," katanya santai. "Dan menjadi penghangat ranjang para prajurit."
Seakan petir menyambar di siang bolong, ruangan itu langsung dipenuhi suara pekikan ketakutan.
"APA?!"
"KAU GILA!"
"TIDAK! TIDAK MUNGKIN!"
Mu Lang memaki dengan suara melengking, matanya dipenuhi ketakutan. "Itu lebih buruk dari mati! Aku lebih baik mati daripada harus menjadi wanita seperti itu!"
Mu Wei jatuh terduduk, wajahnya pucat seperti kain yang dicelupkan ke dalam air dingin.
"Tidak mungkin..." bisiknya, tubuhnya gemetar hebat. "Ayahku tidak akan membiarkan ini terjadi..."
Chen Chen yang sejak tadi diam tiba-tiba menuding Yu Yuning dengan wajah merah padam.
"KAU! KAU YANG HARUSNYA PERGI KE SANA!" bentaknya penuh amarah. "Kau bukan istri Shen Wei yang asli! Kau hanya istri pengganti, jadi kaulah yang paling pantas dikirim ke sana!"
Yuning terkekeh, seolah ucapan itu adalah lelucon yang amat menghibur. Ia mengangkat tangannya dengan gerakan perlahan, memasukkannya ke dalam lengan bajunya.
Semua mata menatapnya dengan waspada. Mereka takut, yu Yuning menyerang mereka dengan benda yang tak kasat mata itu seperti ia menyerang keluarga Mu.
"Kau..." Mu Lang menelan ludah. "Apa yang akan kau lakukan?"
Yuning tersenyum tipis, matanya berkilat tajam. "Bahkan jika aku mati dan sekarat..." suaranya begitu tenang, tetapi setiap kata mengandung ancaman yang tak terbantahkan. "...aku masih ingin menghina orang-orang tak tahu malu seperti kalian."
Ruangan itu kembali sunyi.
Mu Wei menatap Yuning dengan takut. "Jangan bercanda seperti itu..." suaranya nyaris tak terdengar.
Yuning memiringkan kepalanya, senyumannya tetap menghiasi wajahnya. "Aku tidak bercanda," bisiknya.
Mu Lang mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar. "Kau... Kau benar-benar gila..."
Mu Lang mundur perlahan, tubuhnya gemetar hebat saat ini ia bersembunyi di belakang ibunya, Bibi Shen. Matanya membelalak penuh ketakutan, sementara bibirnya bergetar, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
"kenapa wanita ini menakutkan. Kak Shen kenapa kau menikahi wanita itu, huhu.." ucapnya dalam hati.
Di sisi lain, Mu Wei tampak hancur. Kesedihan tergambar jelas di wajahnya, seolah-olah harapan terakhirnya baru saja dihancurkan. Ia menunduk, menggigit bibirnya dengan kuat agar tak menangis.
"Aku tak mau kesana.." ucapnya dalam hati.
Yuning terdiam, pikirannya dipenuhi kilasan-kilasan masa depan yang suram. Ia tahu apa yang akan terjadi jika mereka benar-benar dikirim ke tempat para prajurit untuk menjadi penghangat ranjang para prajurit. Ia tahu betul bahwa Mu Wei tidak akan mampu bertahan menghadapi kehinaan itu. Pada akhirnya, gadis itu akan memilih mengakhiri hidupnya sendiri.
"CK CK CK, sungguh kasian anak-anak selir ini." ucapnya dalam hati sambil menggelengkan kepala nya.
Sedangkan Shen Wei melihat istrinya dari tadi mengerutkan kening, "apalagi yang ia fikirkan, kenapa ia malah menggelengkan kepalanya. Aku tak mengerti wanita seperti apa ini yang ku nikahi, tapi aku bersyukur." ucapnya dalam hati tersenyum.
Di sudut ruangan, Mu Li terduduk dengan tatapan kosong. Sejak kecil, ia telah dididik dalam seni musik, kaligrafi, dan berbagai keterampilan lainnya. Beberapa kali mak comblang datang untuk menjodohkannya dengan pemuda terhormat, dan ia selalu membayangkan masa depannya sebagai istri seorang pejabat atau bangsawan. Tetapi sekarang… semua impiannya sia-sia.
Oh tidak....!!!
Jika mereka benar-benar dikirim ke tempat para prajurit yang jumlahnya ribuan, tidak ada harapan tersisa. Ia membayangkan tubuhnya yang hancur, diperlakukan seperti barang yang bisa dibuang kapan saja. Ia takkan bertahan lama.
Air matanya mulai mengalir tanpa henti.
Keheningan menyelimuti ruangan. Tak ada lagi yang berbicara. Semua tenggelam dalam keputusasaan masing-masing.
BRAK!
Suara pintu besi yang dibuka dengan kasar menggelegar di dalam penjara. Para wanita tersentak, sebagian menjerit ketakutan.
Seorang penjaga dengan wajah garang masuk, membawa sebuah ember kayu berisi sesuatu yang mengeluarkan bau busuk. Dua penjaga lainnya mengikutinya dari belakang, membawa tumpukan mangkuk kayu kotor.
“Hei! Makanannya sudah datang!” salah satu penjaga berseru, suaranya kasar dan penuh ejekan.
Para tahanan segera bergegas saat para penjaga membawa panci besar berisi bubur. Keluarga Mu buru-buru mengantre, berharap mendapatkan makanan secepatnya.
Namun, di sudut lain, Yu Yuning dengan cepat menghentikan keluarga Shen, para pelayan, dan pengawal yang hendak ikut dalam antrean.
"Jangan ikut antre," katanya tegas.
Shen Ning mengernyit. "Mengapa, Kak? Kami juga lapar!"
Ibu Shen menatapnya dengan bingung. "Menantuku, kita tidak tahu kapan akan makan lagi. Kenapa kau melarang kami?"
Beberapa pelayan saling berbisik, merasa perut mereka sudah sangat kosong. Mei Lan memberanikan diri bertanya, "Nyonya muda, kalau kita tidak ikut antre sekarang, bagaimana jika nanti tidak ada makanan tersisa?"
Penjaga itu menciduk sesuatu dari dalam ember itu dengan sendok besar dan menuangkannya ke dalam mangkuk. Cairan kental berwarna abu-abu kehijauan jatuh ke mangkuk-mangkuk kayu dengan bunyi mencurigakan.
Yu Yuning tetap tenang, matanya menatap lurus ke arah panci bubur yang sedang disendok ke dalam mangkuk. "Percayalah padaku. Kalian akan mengerti sebentar lagi."
Para pelayan dan pengawal mulai gelisah, tapi melihat ekspresi Yuning yang yakin, mereka memilih menurut dan berusaha agar tetap tenang. Meski perut mereka keroncongan, mereka menahan diri.
“Cepat makan! Atau kalian lebih suka kelaparan?” petugas penjara.
Mu Lang menutup hidungnya, wajahnya seketika pucat. “A-apa ini…?” suaranya bergetar.
“Bubur,” jawab penjaga itu sambil terkekeh, memperlihatkan gigi kuningnya yang menjijikkan. “Makanan istimewa untuk para wanita bangsawan sepertimu.”
“Ini… ini bukan makanan! Bahkan babi pun tak akan mau memakannya!” Mu Wei menahan mual.
Penjaga itu mengangkat alisnya, lalu tiba-tiba menyendok lebih banyak cairan menjijikkan itu dan mencipratkannya ke arah Mu Wei.
“Kalau begitu, jangan makan!” katanya kasar. “Lebih baik kau kelaparan sampai mati!”
Mu Wei menahan tangis, tubuhnya bergetar hebat saat cairan itu mengenai wajah dan bajunya.
Selir Chen terisak, menatap makanan di hadapannya dengan penuh keengganan. “Aku… aku tak sanggup makan ini…”
Penjaga lain mendengus. “Hah! Dasar wanita manja! Kau pikir ini rumah bangsawanmu? Kau pikir masih bisa makan sup sarang burung dan daging panggang? Makan atau mati, pilihanmu!”
Bibi Shen, yang sejak tadi diam, akhirnya membuka mulut. Suaranya rendah dan dingin. “Kalian ingin kami mati kelaparan?”
Penjaga itu melirik Bibi Shen dengan seringai puas. “Itu bukan urusan kami. Tapi kalau kalian semua mati, bukankah kami akan rugi? Para prajurit akan kecewa jika tak ada wanita yang bisa mereka nikmati.”
Para wanita di ruangan itu semakin ketakutan.
𝙙𝙞 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙠𝙤𝙥𝙞 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙪𝙚 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙜𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙣𝙩𝙪𝙠 /Smile/
semangat ya
x bosan.
Terhibur
Terima kasih kak, terus bersemangat yer..
makasih update nya 🙏🙏